Cerita Seks Sakit Tapi Enak

Cerita Seks Sakit Tapi Enak - Sempat bedekuk kencang jika aku melihat adegan video sampai mulutku melongodan itu pun aku tidak menyangka apa yang aku tonton itu adalah rekaman istrtiku dengan suami adik iparku mereka berdua sedang berhubungan intim sungguh aku tidakbias mempercainya, kenyataannya istriku telah mengkhianati.

Erina, adik iparku berdiri di sebelahku mengamati reaksiku akan rekaman video tersebut. Tampak jelas dia terluka dan marah. Dia menemukan rekaman video ini dalamlaci yang tersembuni di meja kerja suaminya hanya beberapa jam yang lalu.

Adegan di TV terus berjalan, aku berjalan menuju pantr di ruang sebelah dan menuangkan minuman ke dalam dua buah gelas. Erina menerimanya tanpa sepatah katapun.

Kami berdua meneruskan melihat rekaman video tersebut dalam diam.

Tampak jelas betapa usaha Bob dalam mengolah bentuk tubuhnya, tapi aku merasa senang karena betapapun hasil latihannya telah membuat otot tubuhnyamenjadi besar dan kekar tapi itu tak membuat batang penisnya jadi lebih besar.Setidaknya aku masih lebih hebat dibagian itu.

Tentu saja, Vita terlihatmenikmati apa yang didapatkan dari Bob terkecuali terhadap ukuran kejantanannya, aku cukup mengenal Vita akan hal ini.Isteriku mempunyai bentuk tubuh yang atletis.

Dia rutin pergi ke gym dan selalu berusaha mengajakku ke tempat itu juga, tapiaku tak pernah punya ketertarikan dengan hal-hal semacam itu.

Cerita Seks Sakit Tapi EnakSaat melihat adegan video tersebut, aku membayangkan apa mungkin hal tersebut akan mambawa perbedaanaE|Erina melangkah pergi untuk mengambil minuman, kupandangi dia, Erina berumur 10 tahun lebih muda dari isteriku dan memiliki bentuk tubuh yang lebihmontok dibandingkan kakaknya.

Payudaranyajuga lebih besar.

Aku melihat perkembangan kedewasaan tubuhnya hingga menjadi seorang wanita muda yang cantik dalam beberapa tahun belakangan.Dia dan Bob menikah dua tahun yang lalu.

Vita dan aku menikah jauh sebelumnya dan sekarang sudah memiliki3 orang anak. Kami akan segera merayakanulang tahun pernikahan kami yang ke duapuluh.

“Kamu tahu sudah berapa lama ini terjadi?”tanyaku begitu video tersebut berakhir. Vita menggelengkan kepala.

“Mungkin sudah setahunlebih!” sambungnya ketus. Aku gelengkan kepala.

“Tidak, ini terjadi baru-baru ini. Kelakuan Vita berubah aneh sejaksekitar bulan lalu dan sekarang aku baru mengerti sebabnya,” jawabku.

“Kakak kandungku sendiri!” kata Erina dengan geram. Aku mengangkat bahu. Aku benar-benar tak bisa berkata apapun untuk membuat kenyataan ini menjadi lebih baik.

“Apa yang akan kita lakukan?” tanyanya, tampak jelas nada kemarahan dalam suaranya.

“Aku belum tahu,” ku hela nafas. Aku masih sangat terguncang untuk dapat berpikir jernih.

“Abang belum tahu?” tanyanya tak percaya. Aku hanya mengangkatbahu kembali.

“Kakakmu dan anak-anak sedang berakhir pekan di rumah pantai dan kakek nenek mereka juga ikut di sana. Aku rasa aku butuh waktu 24 jam untuk membuatkeputusan drastis.”

“Well, aku sudah tahu apa yang akan kulakukan!” potong Erina. Kupegang kedua bahunya dengan tanganku untuk meredakannya.

“Bukankah Bob sedang diluar kota sekarang ini?”

“Ya,” jawabnya, tapi segera menambahkan dengan nada marah sebelum aku mampu melanjutkan,

“Mungkin sekarang ini dia sedang meniduri wanit lain lagi!”

“Aku rasa tidak,” jawabku sambil menggelengkan kepala.

“Apa?”

“Dengar, aku cukup mengenal Bob dengan baik dan dia bukan tipelelaki yang suka main perempuan,” kataku, meskipun sadar betapa menggelikannya penjelasanku ini.

“Kamu pasti bercanda,” tukas Erina. Aku hanyamengangkat bahu.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku tak percaya kalau Vita dan Bob sengaja melakukan ini.”

“Itu kan sudah terlihat jelas di video itu!” teriakErina.

“Apa ada kelakuan Bobyang aneh akhir-akhir ini? Aku tahu kalau sekarang ini Vita sedangmengalami puber kedua.Dia baru saja memasuki usianya yang ke tiga puluh sembilan dan perasaan akan berumurempat puluh di tahun depan sangat membuatnya resah.”

“Itu bukan alasan!”

“Aku tidak bilang ini suatu alas an, tapi aku rasa itu bukan bagian dari penyebabnya,” jawabku. Erina menatapku dan menggelengkan kepala, tapi kemudian dia menarik nafas dan kelihatan agak sedikit mereda emosinya.

“Sudah satu tahun kamimencoba untuk mendapatkan seorang bayi, tapi belum juga beruntung. Aku tahu itusangat mengganggu Bob,” jelasnya sambil menggosok kedua lengannya, tapi kemudian ketenangannya sirna dan matanya berkilat marah,

“Itu juga sangatmenggangguku, tapi akutidak lari dan tidur dengan salah satu saudaranya!”

“Kamu benar,” jawabku,coba menenangkannya.

“Tapi aku masih merasakalau kita butuh waktubeberapa hari untuk berfikir sebelum membuat keputusan besar.”

“Baiklah! Mungkin abang benar, tapi aku merasa itu tak akan membantu,” tukasnya, Rasa sakit dan marahnya terlalu besar untuk ditahannya.

“Besok malam kamu kembali saja kemari dankita bicarakan lagi,” tawarku.

“Sebelum itu kita berdua punya waktu untuk menenangkan diri.”Erina terlihat tidak puas, tapi dia mengangguk setuju. Dia mengeluarkan video tersebut dari dalam player dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Aku berharapdia tidak melakukan suatu tindakan yang bodoh sampai dia merasa tenang.Kuputuskan untuk mandi, aku merasa kotor.

Aku pergi ke kamar mandi, menyetel suhu air panas dan melihat pantulan bayanganku di dalam cermin.Kamar mandi ini mulai terisi uap panas saat kutatap mataku.

Ini akan jadi sebuah malamyang panjang dan aku merasa ragu akankah berangkat kerja besok pagi.Erina dating ke rumahku malam berikutnya.

Dia terlihat lebih kurang tidur dibandingkan aku, tapi setidaknya dia terlihat jauh lebih tenang dibandingkan kemarin.

“Jadi, apa keputusan abang?” tanyanya langsung tanpa basa-basi. Aku mengangkat bahu.

“Apa ini tidak membuatabang marah?” tanyanya gusar.

“Tentu saja ini membuatku marah, tapiaku tetap tak bisa merubah apa yang sudah terlanjur terjadi.”Kenyataannya adalah aku lebih merasa sakit karena dikhianati dari pada kelakuan mereka.

“Astaga, aku benar-benar heran dengan abang? Aku akan mintacerai pada Bob! Abang juga mestinya menceraikan Vita!” kataErina.Aku gelengkan kepala, aku sudah punya keputusan sendiri.

“Itu tak akan terjadi. Kakakmu Vita dan aku punya tiga orang anak. Kami sudah berumah tangga hamper dua puluh tahun,” kutarik nafas, lalu melanjutkan,

“Aku sangat mencintai kakakmu, dan perbuatannya dengan Bob tak akan mampu menghapus cinta itu begitu saja.

Aku merasasakit dan aku akan mencari tahu kenapa dia merasa harus mengkhianatiku, tapi aku tak akan menceraikan dia.” Erina menatapku tajam.

“Abang akan memaafkannya,” tanyanya tak percaya. Aku mengangguk. Erinamenggelengkan kepalanya, air matanya mulai keluar. Aku merengkuhnya ke dalampelukanku dan dia mulaiterisak. Ini berlangsung untuk beberapa saat lamanya hingga akhirnya dia dapat mengendalikan diri.

“Aku rasa aku tak akan bisa memaafkan Bob,” akhirnya dia berkata.

“Erina, apa kamu benar-benar ingin berpisah dengan Bob?” tanyaku. Sejenak dia ragu sebelum akhirnya menggelengkan kepala.

“Tapi aku tak bisa membiarkan begitu saja perbuatannya,” jawabnya lirih.

“Ayo kita ambil minum dulu,” tawarku. Dia mengangguk setuju.Gelas yang pertama terasa hanya untuk membasahi tenggorokansaja. Gelas yang ke dua baru terasa pengaruhnya.

Aku bilangingin pergi ke kamar mandi sebentar saat Erina menuangk minuman pada gelas ketiganya.

Ketika aku keluar dari kamar mandi aku mendapati dia melihat rekaman video tersebutlagi. Aku menghela nafas, menghampirinya untuk mematikan TV.

“Kamu tahu kan, ini takakan membantu,” kataku. Di menghela nafas. Kami meminum gelas ketiga dalam diam.Kali ini giliran Erina yang pergi ke kamar mandi saat aku menuang gelas yang keempat.

Aku masih belum merasa mabuk, tapi rasa sakit di hati sedikit terasa hilang.Erina keluar dari kamarmandi dan berjalan ke arahku.

Segera saja akumenyadari ada sesuatu yang berubah. Pertama,Erina terlihat sudah mengambil sebuah keputusan.

Yang kedua, tak mungkin rasanya kalau tak melihat kalau beberapa kancing bajunya yang atas terbuka dan dia tak lagimemakai bra. Aku dapat melihat jelas putting payudaranya dari balik blouse-nya.

“Erina, apa yang kamu lakukan?” tanyaku bingung.

“Aku akan melakukan sesuatu yang mungkin bisa mempertahankan pernikahanku setelah pengkhianatan Bob. Akuakan meniduri abang,” jawabnya.

Aku baru saja akan memprotesnya, tapi dia sudah langsung melumatbibirku.Disamping itu, kalau mau jujur, meskipun akumemutuskan untuk memaafkan Vita, aku juga sama terlukanya dengan Erina.

Meniduri Erina, benar atau salah,mungkin saja akan menolong. Aku merasa sangsi kalau ini akan bisa menyakiti mereka.Dalam sekejap saja kamisudah tak berpakaian lagi dan aku terkejut melihat buah dada Erina bahkan lebih besar dari yang pernah kubayangkan.

Ukuran payudara Vita breasts sekitar B cup. Tapi menurutku putingnya yang mesar mencuat itu terlihat seksi pada ukuran payudaranya.

Payudara Erina yang jauh lebih besar dibandingkan isteriku tampak sangat menggiurkan. Mungkin ukurannya C cup, tapi sangat pasti kalau ini adalah ukuran full C cup.

Putingnya tidak sepanjang punya kakaknya, tapi lebih gemuk. Dia tersenyum memergoki aku yang terpana melihat dadanya.

“Ini milikmu sepenuhnya,” kata Erinasambil menyangga keduabuah dadanya dengan kedua tangannya sekaligus meremasnya menggoda.

Kuhabiskan gelas keempatku dan segera membenamkan wajahkuke dalam dua bongkahan daging kenyal didepanku. Tangan Erina bergerak ke bawah untuk meraihbatang penisku.

“Wah, punya abang besar sekali!” katanya, gairahnya terdengar besar dalam nada suaranya. Aku bergerakturun menelusuri lekuk tubuhnya, melewati perutnya dan mulai menyapukan lidahku pada bibir vaginanya.

Dia segera bersandar pada dinding di dekatnya dan memegangi kepalaku dengan kedua tangannya sambil mendesah. Segera saja tubuh Erina mulai tergetar ketika aku konsentrasi pada kelentitnya.

Langsung saja dia meraih orgasmepertamanya dan aku harus menyangga tubuhnya sebelum dia jatuh. Lalu kugendong dia menuju ke kamar tidur.

Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, Erina menjulurkan kedua lengannya ke depan menmintaku untuk segera naik. Aku merangkak menaiki tubuhnya dan memberinya kejutan

"Ini kejutan malam ini?,” jelasnya, nampak jelas rasa kecewa dan terkejutnya.

“Nah, aku rasa yang terkejut sekarang adalah kakak. Apa kakak benar-benar berharap kalau rekaman itu tak akan diketahui oleh siapapun?” Tanya Erina.Vita menggelengkan kepala.

“Kakak keliru,” kata Erina, lalu menambahkan dengan nada sinis,

“Nah, sekarang impas kan?” tangis Vita benar-benar pecah sekarang dan dia berlarimeninggalkan kamar. Bukannya merasa puas telah membalas dendam,tapi aku malah merasa sangat tidak enak.

Kudorong tubuh Erina menjauh dan pergi menyusul Vita.Kutemukan dia di ruangkeluarga, sedang menyaksikan rekaman videonya dengan Bob. Dia menoleh dan memandangku dengan tatapan yang berlinang air mata.

“Aku sungguh-sungguh minta maaf!” ucapnya diantara isak tangisnya.

“Itu terjadi begitu saja bulan lalu. Bob tengah frustrasi karena Erina tak juga hamil. Kami minum-minum dan aku tak ingat pasti apa yangterjadi kemudian, yang kuingat saat aku terbangun, kita tidur berdua di ranjangnya.

Apakah kamu mau memaafkanku?” tanyanya.Aku hendak mulai menjawab, tapi Erina sudah berada di ruangan ini.

“Abang percaya semua omong kosong ini? Itu mungkin benar kejadian pertama kalinya, tapi bagaimana dengan yangberikutnya? Kak Vita terlihat jelas sangat menikmatinya dalam video itu,” potong Erina dengan marah. Wajah Vita berubah merah oleh rasa malu.

“Kami melakukannya cuma dua kali saja,” bela Vita lirih, meskipun dia sadar itu tak banyak membantunya.

“Kejadian yang kedua terjadi saat Bob menelphone-ku untuk dating dan bicara. Aku juga terkejut saat mendapati ada sebuah kamera yang dalam keadaan siap rekam.

Lalu dia memperlihatkanpadaku rekamannya dengan Erina yang sedang bercumbu. Kami sepakat untuk menghentikan affair ini,tapi Bob ingin membuatsebuah video sebagai kenang-kenangan.”

“Dan kakak tak mampumenolaknya, kan?” potong Erina dengan tajam.

“Aku mau menolaknya!”jawab Vita, tapi kemudian meneruskan dengan suara pelan,

“Tapi video kalian berdua benar-benar membuatku jadi terangsang. Melihatmu bercumbu dengan Bob sangat membuatku terangsang.”

“Kakak jadi terangsang karena melihatku?” Tanya Erina tak percaya.Vita tak berani menatap kami berdua, tapi dia hanya mengangguk. Aku gelengkan kepala. Aku benar-benar kaget dengan apa yang dikatakan Vita barusan.

“Erina, Vita dan aku menikah di usia muda. Aku tidak heran jika kakakmu membayangkan apa yang hilang dari masa mudanya setelah kami menikah dulu. Aku juga merasakan hal itu.”

“Lalu apa abang berselingkuh di belakangkakak?” Tanya Erina asked. Kugelengkan kepala.

“Tidak sampai hari ini,” jawabku. Vita mulai merasa tak nyaman.

“Aku benar-benar minta maaf! Aku sangat mencintaimu dantak ingin kehilanganmu,”kata Vita. Aku tersenyum mendapati situasi ini. Ketakutan terbesarku adalah jika Vita sudah tidak mencintaiku lagi. Sekarang aku tahu itu tidak benar.

“Aku tak akan meninggalkan kamu. Andai saja kamu ceritakan padaku tentang semua ini sebelum kamu membuatkeputusan, mungkin kitabisa lakukan itu bersama.”

“Bersama?” tanyanya. Dia terlihat jelas terkejut.

“Ya. Vita, aku punya sebuah fantasi yang ikinkulakukan. Aku tak pernah menceritakannya padamu karena kupikir kamu sangat konservative tentang seks dan kupikir kamu akan marah jika kuajakmembicarakannya. Aku tak ingin kehilangan kamu.”

“Sungguhkah?” tanyanya, ketakutanna perlahan berubah menjadi sebuah harapan.Kurengkuh dia ke dalampelukanku dan memberinya sebuah ciuman yang sangat dalam sebagai jawabannya.

“Jadi, abang mengijinkan pria lain menikmati tubuh isteri abang?” Tanya Erina tak percaya Aku mengangkat bahu dan tersenyum.

“Aku tak masalah jika Vita bercinta dengan orang lain, Cuma syaratnya aku harus ada di sana dan dia pulang ke rumah kembali bersamaku.”

“Menakjubkan,” kata Erina, tak tahu harus berkata apalagi.

“Erina, meskipun ini takmembantu, Bob mengatakan padaku kalau hanya dengankulah satu-satunya wanita yang pernah berselingkuh dengannya.Aku percaya padanya.

Bob benar-benar mencintaimu,” kata Vita, masih memelukku. Erina masih tetap menggelengkan kepala.Kutarik kembali Vita dalam sebuah ciuman.

Aku masih tetap telanjang, sedangkan Vita masih berpakaian lengkap. Aku mulai melucuti pakaiannya.Dan dia membantu mempercepatnya.

“Hey, bagaimana denganaku?” Tanya Erina. Vitamemandangku seakan meminta ijin. Aku mengangguk, masih meraba-raba kemana iniakan berakhir. Isteriku menatap adiknya dan menyeringai lebar.

“Erina, kamu sangat boleh bergabung dengankami,” undangnya.

“Sudah kukatakan, Akusangat suka melihatmu bercinta dengan Bob.Kurasa melihatmu melakukannya dengan suamiku pasti akan lebihdahsyat lagi!” Aku samaterkejutnya dengan Erina, tapi aku sudah terlalu terangsang oleh wanita yang kunikahi hamper dua puluh tahunini.

Vita dan aku tak menunggu jawaban Erina lagi. Kupanggul Vita menuju ke kamar tidur kami dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap.

Dia protes soal aroma dan kenyataan kalau sepreinya telah habis dipakai, tapi protesnya tersebut langsung terhenti begitu kulesakkan batang penisku ke dalam lubangvaginanya. Kupegangi pinggulnya saat aku mulai bergerak keluar masuk.

“Ya, setubuhi aku sayang!” teriaknya. Vita tidak pernah berkata mesum saat berhubungan seks sebelumnya. Birahiku benar-benar terbakar oleh perubahan isteriku ini.

Kami berdua benar-benar terhanyut denganirama persetubuhan ini hingga aku dikejutkan oleh sebuah tangan yang memegang buah zakarku.

“Jadi, akhirnya kamu putuskan untuk bergabung dengan kami,” kataku pada Erina. Dia mengangkat bahunya, tersenyum nakal dan kemudian menciumku.

“Aku tak akan pernah melewatkan kesempatan untuk menikmati batang penis abang lagi,” katanya begitu lumatan bibirnya denganku berakhir. Kemudia dia menampar pantat Vita dengan keras. Vita teriak terkejut.

“Disamping itu, aku masih belum memberikan hukuman pada wanita jalang yangsudah menyetubuhi suamiku ini,” katanya sebelum memberi sebuahtamparan lagi.

“Hey! Hentikan,” cegahku. Aku mencintaiVita dan tidak ingin melihat dia disakiti.

“Tidak apa-apa! Aku memang pantas mendapatkannya,” kataVita, mengejutkanku, tapi kurasa Erina sudahmengira akan hal ini.

“Nah kakakku yang jalang, kakak suka dengan kekerasan ya,” kata Erina dengan yakin sambil memilin putting kakaknya dengan kasar.Vita berteriak antara sakit dan nikmat.

Baru saja aku mau menghentikan semua ini,tapi Vita malah mulai meledak orgasmenya.

Iniakan menjadi sebuah eksplorasi yang menarik dilain waktu.Erina menarikku menjauh dan menaiki batang penisku.

Tak perlu menunggu waktu untuk penyesuaian yanglama lagi seperti saat pertama kali, dia kemudian mulai bergerak naik turun di atasku sekali lagi.

Aku sudah dekat dengan orgasmeku saat akhirnya Vita pulih kondisinya setelah ledakan orgasmenya. Diamelumat bibirku denganliar sebelum tangannya bergerak meremas pangkal batang penisku.

“Hey, hentikan, kakak merusak iramaku!” Erina komplain. Vita tersenyum, melepaskan cengkeramannya dan menarik Erina dalam sebuah ciuman.

Ciuman keduanya sangat lama dan juga basah, tapi saat akhirnya selesai Erina kembali komplain.

“Wanita jalang!” teriaknya, yang sebenarnya hanya terkejut oleh aksi Vita barusan. Isteriku hanyatersenyum.

Lanjut ke halaman berikutnya...

“Sudah kubilang kan, kalau melihatmu bisa membuatku sangat terangsang. Apa yang kamu harapkan saat memutuskan untuk bergabung dengan kami?” jawab Vita, dan kemudian tangannya bergerak ke bawah untuk memainkan kelentit Erina. Segera saja nafas Erina mulai tersengal.

“Aku tidak tertarik pada wanita! Singkirkantangan kakak!” perintahnya, tapi Erina tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan Vita.

“Aku juga belum pernahmelakukannya dengan seorang wanita sebelumnya. Aku rasa kamu juga. Bagaimana kamu tahu kalau kamu tak suka?” Tanya Vita.

“Tapi aku kan adikmu!” jawab Erina. Vita tak menghiraukannya.

“Aku yakin kalau mulutmu pasti akan lebih bermanfaat daripada hanya bicara tak karuan begitu,” jawab Vita, lalu kemudian kembali melumat bibir adiknya lagi.

“Wow! Vita, ini sangat hot! Jika saja aku tahu lebih awal kalau kamu juga mau melakukannyadenga wanita juga,” kataku dengan seringai lebar. Vita hanay mengangkat bahu.

“Siapa kira? Aku juga tak pernah membayangkan sebelumnya sampai aku lihat videonya Erina dengan Bob,” jawabnya sebelum kemudian membungkuk kedepan untuk menghisap salah satu putting payudara Erina. Mengerang kerasErina mulai orgasme.

Aku mencoba untuk bertahan, tapi segera saja aku seburkan spermaku ke dalam vagina Erina juga.

Erinamembuat kami berdua terkejut saat dia menjambak rambut kakaknya agar mendekat padanya dan melumat bibirnya dengan liar ditengah ledakan orgasme yang melandanya.

Vita meraih batang penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya begitu orgasme yang mendera kami berdua mereda.

“Iih, menjijikkan! Penis abang kan penuh dengan cairanku,” kata Erina dengan wajah menyeringai. Vita hanya tersenyum lalu mendorong tubuh adiknya hingga terlentang.

Dia bergerak menaiki tubuh Erina dan duduk di atas dada montoknya.Membuat vaginanya berada sangat dekat kemulut Erina. Erina meronta beberapa saat,tapi Vita lebih kuat danlagipula tubuhnya berada di atas menindihErina.

“Sekarang giliranku untuk orgasme dank arena kamu sudah memakai penis suamiku untuk orgasme, kamu harus menggantikan tugasnya. Jilat vaginakuErina!” perintah Vita. Aku hanya menyaksikandengan terpesona.

Aku tengah menyaksikan bagian daridiri Vita yang tak pernah kusangka dimilikinya. Erina mencoba memprotes, tapi Vita sama sekali tak mengacuhkan.

Disorongkan vaginanya kea rah mulut adiknya dan mendesah keras beberapa saat kemudianketika lidah Erina menelusup ke dalam lubang vaginanya.

“Ya, begitu! Tepat di situ!” ceracau Vita. Mereka berdua seakan asyik masyuk dalam dunianya sendiri dalam beberapa menit ke depan sebelum pada akhirnya Erina mendorong tubuh Vita dari atasnya.

“Hey!” protes Vita, tapi Erina cuma tertawa. Dia kemudian mengaturuntuk melakukan posisi enam-sembilan dengan isteriku. Kuamati lidah Erina langsung melata keluar masuk ke dalam vagina kakaknya.

Vita ragu untuk beberapa saat sebelum akhirnya lidahnya juga memberi aksi yang sama terhadap vagina Erina.Terlihat jelas bahwa kedua wanita ini sangatmenikmati dan larut terhadap apa yang tengah mereka perbuat.

Sudah cukup lama mereka saling memuaskan birahi satu sama lainnya dan aku yakin kalau keduanya sudah mendapatkan paling tidak sebuah orgasme.

Batang penisku akhirnya sekali lagi mengeras sepenuhnya dan aku tengah bingunguntuk memutuskan apa yang akan kulakukan.

Erina melihat kebingunganku dan mengedip kepadaku sambil sebuah jarinya menyelip masuk ke dalam lubang anus Vita. Vita mengerang.

Erina terus memainkan jemarinya di dalam lubang anus Vita sambil tetap mengoral vaginanya. Sejenak kemudian Erina mengisyaratkan padaku untuk mendekat.

Dicengkeramnya batangpenisku dan menempatkan kepala penisku tepat di lubang anus Vita. Kudoeng sedikit hingga kepalanyamasuk sebelum Vita akhirnya menyadari apayang tengah terjadi.

“Tunggu!” teriaknya, tapi Erina tetap berkonsentrasi pada kelentitnya dan itu membuat perhatian Vitakabur. Kumasukkan beberapa centi lagi.

“Hentikan, ini sakit!” erang Vita. Erina menampar pantat isteriku dengan keras.

“Tapi rasanya sangat nikmat, kan?” tanyanyapada isteriku. Vita hanya mengerang. Kumasukkan lagi lebih dalam.

“Ya!” Vita semakin mengerang keras.

“Jadi, diam dan nikmatisaja!” perintah Erina menampar pantat Vita lagi. Erina merangkak ke bawah tubuh Vita dan mulai mempermainkan kelentitnya.

Aku terus mendorongkan penisku semakin ke dalam anus Vita. Rasanya sangat rapat dan aku tak yakin sepenuhnya apakah dia menikmati ini ataukah tidak.

“Apa kamu ingin aku berhenti?” tanyaku meyakinkan.

“Jangan! Masukkan seluruhnya. Sodomi aku!”teriak Vita. Dan jawaban itu membuatkumelesakkan sisa peniskuselurhnya tanpa ragu lagi. Dia langsung mulai orgasme. Kurasakan denyutannya seiring tiapsodokanku.

Kusodomi Vita dengan keras dan cepat, membuat buah zakarkumenghantam dahi Erina.Segera saja aku orgasme beberapa menitkemudian. Vita dan aku rebah kecapaian sedangkan Erina meberikami masing-masig sebuah ciuman yang penuh nafsu yang dalam.

Tak disangsikan lagi kalau dia juga sangat membutuhkan sebuah pelapasan yang sangat mendesak.Begitu kondisiku dan isteriku mulai pulih, tanpa menyia-nyiakan waktu lagi kami berdualangsung berkonsentrasi pada vagina Erina.

Dengan bergantian lidahkami mengeksplorasi seluruh titik sensitifnya.

Dan itu membuat Erina merintih memintaku agar segera menyetubuhinya langsung.Kuposisikan dia dalam dogy-style, Vita memposisikan dirinya diantara tubuhku dan Erina dan mencumbu anus adiknya dengan menggunakan lidah.

Hal ini terlalu berlebihan untuk dapat ditahan Erina lebih lama lagi danorgasme segera menggulungnya.Denyutan liar dinding vagina Erina tak mampu kutahan, kulit penisku yang terasa sangat sensisit segera memberiku ledakan orgasme yang berikutnya.

Isteriku terus saja mencumbui lubang anus adiknya saat aku semburkan kembali spermaku di dalam vagina adik iparku untuk kesekian kalinya.Kami bertiga hanya mampu berbaring kelelahan dengan tubuh bersimbah keringat untuk sekian waktu.

Saat akhirnya kami mampu bergerak, hanyadengan gerakan tubuh yang lemah dan pelan. Secara bregiliran kami mandi menyegarkan tubuh, berpakaian dan bertemu di meja makan.Vita menyiapkan sesuat untuk mengganjal perut kami semua yang kelaparan.

“Aku lapar,” Erina said.

“Aku juga,” timpalku.

“Aku rasa kita sudah membangkitkan selera makan kita,” Vita tersenyum. Hampir disepanjang acara makan kami diwarnai keheningan. Masing-masing tenggelam dalamalam pikirannya.

Aku lihat Vita sedang menata mentalnya untuk membuka omongan. Akhirnya dia menatapku begitu acaramakan kita selesai.

“Jadi, apakah kita semua baik-baik saja?” nada bicaranya terdengar nervous. Kamisaling menatap satu sama lain dalam beberapa saat dan kemudia aku mengangguk. Senyuman Vita terkembang.

“Bagaimana dengan kamu?” Tanya Vita pada adiknya.

“Mmm, aku belum tahu,” jawab Erina dengan jujur, tapi kemudian dia tersenyumlebar dan bertanya,

“Yang kamu maksud itutentang kamu dan Bob atau kenyataan bahwa baru saja aku sadar kalu aku seorang lesbianyang juga menikmati hubungan incest?”

“Kamu bukan lesbian,” jawabku sambil tersenyum.

“Dia benar,” Vita menambahkan.

“Kamu seorang biseksual yang menikmati hubungan incest.” Erina tidak bias menahan diri. Dia tertawa terbahak. Vita dan aku ikut tertawa, tapi dengan cepat tawakami berhenti.

“Erina, beri Bob kesempatan,” kata Vita dengan lebih serius. Erina menarik nafas.

“Akan kupikirkan.”

“Dan diskusikan dengannya soal belum juga hamilnya kamu. Kalian berdua mungkin harus membicarakan haltersebut. Mungkin sekaranglah waktunya untuk datang ke dokterahli.”

“Wow, sekali nasehat langsung komplit,” jawabErina dengan tersenyum. Dia terlihat agak bimbang.

“Hei, kamu boleh menyewa suamiku sebagai gantinya kalau yang jadi masalahmu adalah Bob,” gurau Vita,mencoba untuk membuat adiknya tersenyum. Senyuman Erina semakin terkembang lebar saat tangannya bergerak mengelus perutnya.

“Masalah itu mungkin sudah terpecahkan kalau memang yang bermasalah aadalah Bob.Minggu ini adalah periode masa paling suburku dan suamimu sudah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik saat mengisiku dengan spermanya.”Alis Vita’s, dan tentu saja alisku, terangkat karena terkejut.

Kami saling mamandang dan kemudian menoleh ke arah Erina. Akhirnya kami bertiga hanya mengangkat bahu.

“Itu issue untuk besok saja,” jawab Vita.

“Kalau memang jadi,” Erina menambahkan.

“Beritahu kami kalau akhirnya kamu memutuskan untuk memaafkan Bob,” kataku, merubah topic pembicaraan.

“Akan tiba waktunya bagi Bobdan aku untuk membicarakannya, tapi itu persoalan lain lagi.

Dan jika semuanya berjalan baik dan antara kamu dan Bob ok, aku rasa aku ingin melihat Bob dan Vita melakukannya secara langsung. Aku yakin itu akan terlihat lebih hebat dari pada di dalam video.”

“Hanya selama aku diberi kesempatan dengan kamu lagi,” jawab Erina menimpali aE~tantanganku. Dia kemudian menoleh kea rah Vita dan dengan tersenyum menambahkan,

“Tentu saja dengan kamu juga.”

“Aku bisa menggaransi kalau soal itu,” balas Vita.

Erina memberi sebuah pelukan pada kami berdua sebelum dia pergi. Vita dan aku saling menatap dalam kebisuan untuk beberapa saat.

“Nah, sekarang bagaimana?” Tanya Vita. Awalnya aku hanya mengangkat bahu, tapi kemudian kuhembuskan nafas. Aku sadar jika kami berdua membutuhkan sebuah aturan dasar dalam hal ini.

“Pertama, aku rasa kitaharus saling setuju dan berjanji bahwa kita tidak akan saling bermain dengan orang lain tanpa persetujuan salah satu dari kita. Takada lagi affair,” jelasku dengan ringkas. Vita tampak sedikit malu dan mengangguk setuju.

“Kita harus ekstra hati-hati terhadap anak-anak. Aku tidak mau gaya hidup kita yang baru ini membawasebuah dampak bagi mereka semua,” Vita menambahkan.

“Setuju.”

“Kamu puny ide yang lain lagi?” Tanya Vita. Aku menyeringai.

“Ya, masih ada sebuah hukuman yang menunggumu.”

“Hukuman?” Tanya Vita,matanya berbinar.

“Yeah, sekarang aku tahu kalau kamu suka sedikit kekerasan dan rasa sakit, aku rasa kita harus kembali lagi ke kamar. Lagipula anak anak tidak ada dan kita hanya berdua saja sekarang.”

“Apa yang kamu rencanakan?” Tanya Vita curiga. Aku hanya tersenyum lebar.

Tante VinaKami habiskan beberapajam berikutnya dengan saling memuaskan dan memanjakan satu sama lain.

Tidak semua yang kami coba berjalan dengan baik, tapi saat itu tidak berjalan sesuaiharapan, kami hanya tertawa dan kemudia mencoba sesuatu yang lainnya lagi.

Untuk pertama kalinya Vita dan aku saling berbagi seluruh fantasi seksual dalam kehidupandua puluh tahun perkawinan kami. Kami sadar kalau tidak semua fantasi tersebut bisa diwujudkan dalam satu malam ini, tapi kami sudah melakukan sebuah awal yang bagus.

Mentari pagi hanya menunggu satu dan duajam untuk terbit saat akhirnya kami merasa terlalu lelah untuk mencoba sesuatu yang lain lagi, tapi kami berdua belum merasa mengantuk juga. Sekali lagi kami mandi lagi danmelangkah menuju ke kamar tamu.

Kamar ini memiliki pemandangan yang indah saat mentariterbit dan juga seprei yang bersih dan segar.Kami berdua berbaring dan berbincang seakan sudah tak saling bicara selama bertahun-tahun.

Aku bahkan tak begitu yakin apa yang sedang kami diskusikan, tapi pada akhirnya aku merasa lebih dekat dengan isteriku melebihi sebelumnya. Manteri terbit mengantarkan kami berdua lelap dalammimpi indah dengan saling memeluk.

Tamat
Cerita Seks Sakit Tapi Enak Cerita Seks Sakit Tapi Enak Reviewed by Anonymous on 12/02/2016 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.