Cerita Dewasa Perubahan Pacarku

P E R U B A H A N
P A C A R K U

*********** ® © ® © *********
Cerita Dewasa Perubahan Pacarku - “Sayang, nanti malem aku mau nginep di kos rani ya” kata riska pacarku, sambil memelukku dari belakang.

“oh iya gapapa, kan besok kamu libur kan, aku juga mau ke lokasi KKN aku kok” jawabku singkat,,

Hari itu dia setelah pulang dari kampusnya mampir ke kosku karna kos dia memang masih sepi karna masih bangunan kos baru yang letaknya di dekat kampusnya yang memang tergolong bangunan baru, jadi masih sepi di situ karna mahasiswa kampusnya dari jurusan lain kebanyakan masih menempati gedung lamanya.

Seharian itu kami lalui berdua dengan menonton film, dengar musik dan bercerita tentang aktivitas kami masing-masing hari itu dikampus, Rani itu salah satu temen dia satu kampus tapi rani itu masih berkuliah di gedung lama, rani ini orangnya enerjik dan cerewet, bahkan tingkah lakunya juga mendekati cewe nakal dan penggoda, awalnya aku agak keberatan riska bertemen dengan rani karna aku khawatir dia bakal ikut-ikutan pergaulannya si rani ini.

Perubahan PacarkuRiska pacarku walaupun sudah tidak perawan tapi dia tetap menjaga tingkah lakunya yang sopan, riska ini orangnya cantik, kulit putih mulus karena memang dia ada keturunan chinesse dari neneknya dulu, drngan body dia yang tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm (karna aku gak pernah ngukur tinggi dia) dan payudara yang menurut pengakuannya sih ukuran 36B, tapi aku juga gak pernah ngukur, pernah suatu kali aku coba liat BH dia tapi di BH dia gak tertera ukurannya.

Singkat cerita malemnya sekitar jam 7 dia pamit mau pulang ke kosnya dan dia juga pamit mau ketempat rani jam8. Aku juga Cuma mengiyakan aja sambil lalu, dia pulang dengan baju yang dipakai tadi saat datang kekampus, akupun melanjutkan tugas kampus yang masih belum dikerjakan dan juga mengechek bahan-bahan buat program KKN besok paginya.

Karna bosan aku pun ber BBM ria dengan pacarku, sampai sekitar jam10 dia gak lagi balas BBMku dengan alasan ngantuk dan mau tidur, akupun maklum dan melanjutkan tugasku.

Sekitar jam11aku liat ada BBM masuk, dari temenku Dani, dia bilang dia lihat pacarku masuk ke club malam bersama sekitar 4 orang lainnya, dia kebetulan lihat saat dia lagi nongkrong di indoma**t deket kosnya, dan kos dia memang dibelakang club malam itu, dia bersumpah gak mungkin salah lihat karena dia lihat responku agak gak percaya sama omongan dia, dia nyuruh aku cek sendiri kalo gak percaya.

Karna penasaran akupun langsung ganti baju dan pakai sepatu, kemudian ku kemudikan mobilku ke club malam itu, aku sempat melirik ke indoma**t tempat nongkrong temenku tadi, dia sudah gak ada disitu, sempat terpikir juga buat pulang lerumah, tapi aku urungkan karna aku pikir kalaupun dia bohong ya paling gak aku bisa refreshing dan siapa tau didalam ada temenku,,

Akupun membayar di loket, kemudian secara hati-hati aku masuk ke dalam sambil mengawasi dan mencari-cari keberadaan pacarku, suasana club malam saat itu cukup ramai karena malam itu adalah malam rabu gaul, jadi memang agak sulit buat cari pacarku apalagi kalau dia lagi melantai, aku lihat beberapa temenku memang ada disitu tapi aku Cuma sekedar say hai aja karena mereka juga membawa ladies masing-masing.

Setelah beberapa saat mencari akupun akhirnya menemukan pacarku di sebuah meja bersama 4 orang, yaitu rani dan 3 temannya, aku lihat pacarku duduk disamping kiri rani, kemudian disebelah kiri pacarku aku lihat temen rani yang memang aku agak kenal karna beberapa kali rani ke kosku bareng cowo tersebut, kalo gak salah namanya andi, sementara disebelah kanan rani duduk pacar rani, aku tau itu karna dari bbm pacarku aku lihat rani sering pasang DP berdua dengan cowo tersebut disertai kata-kata romantis, sementara disamping kiri andi aku liat ada seorang cowo dengan badan lumayan kurus yang Cuma duduk sambil memainkan gadgetnya.

Aku sebenarnya marah karna aku merasa ditipu sama pacarku, ingin sekali aku datangi dan aku seret pulang, tapi aku tau walaupun aku sayang sama dia tapi statusku sama dia masih sebatas pacar walaupun kedua orangtua kami sudah sama-sama saling kenal.

Akupun akhirnya mencari tempat yang strategis buat mengawasinya, pacarku saat itu sungguh terlihat sangat cantik karena memang dia pandai sekali berhias, apalagi dia malam ini menggunakan gaun kuning yang belahan dadanya agak rendah, walaupun masih tidak mengekspos payudaranya, tapi yang membuatku agak risih adalah bagian bawah gaun itu memang pendek sekitar satu jengkal diatas lutut, pacarku pernah memakai itu saat pergi ke acara ulang tahun temennya, itu pun dia masing menggunakan celana tipis yang mungkin namanya legging, karna aku memang gak tau yang begituan.

Sejauh ini dalam pengawasanku memang tidak ada hal-hal aneh yang mereka lakuin, hanya sebatas ngobrol walau aku lihat rani beberapa kali berciuman dengan pacarnya.

Tapi detelah sekitar 40 menit pengawasan, aku lihat hal yang mengagetkan, yaitu si andi memberi dan setengah memaksa pacarku buat merokok, tapi pacarku dengan tegas menolak karna dia tidak suka rokok bahkan beberapa kali ngambek gara-gara asap rokokku, tapi setelah beberapa lama dipaksa akhirnya pacarku menyerah dan mencoba sebatang rokok, walaupun awalnya dia canggung dan batuk-batuk, tapi sepertinya si andi itu sangat perhatian dan telaten mengajari dia cara merokok, akhirnya malah terlihat pacarku menyalakan batang kedua rokoknya sambil juga membantu andi menyalakan rokoknya, mereka terlihat mengobrol berdua dengan wajah yang berdekatan sehingga beberapa centi lagi saja bibir mereka pasti saling bertemu.

Tapi kulihat si andi tidak berusaha untuk menciumnya, mereka tetap mengobrol sambil tangan andi mengelus elus rambutnya, kulihat rani dan pacarnya mulai berdiri menuju lantai dansa kemudian cowo yang disamping kiri andi juga berdiri kemudian berlalu, cowo itu sempat lewat di depanku dan kemudian terlihat seperti menuju pintu keluar, dia terlihat sangat mabuk.

Aku melihat mereka berdua tetap mengobrol, tapi kemudian andi menawarkan segelas minuman kepacarku, tapi pacarku dengan tegas menolak sambil bersikap seperti mau berdiri, tapi dengan cepat ditarik andi sehingga dia kembali duduk, aku lihat andi memasang mimik serius, sepertinya dia sedang meminta maaf kepacarku, beberapa saat kemudian aku lihat suasana mulai mencair kembali dan pacarku kembali menyalakan rokoknya, tapi kemudian aku lihat ekspresi wajah pacarku agak kaget, sedetik kemudian kulihat dia bisa menguasai perasaannya kemudian dia mulai mengangguk.

Ternyata merekan melakukan suit, kulihat andi dengan wajah kecewa mengeluarkan dompet kemudian menyerahkan uang 20ribu kepacarku, kemudian mereka terlihat bersuit kembali, aku lihat sekarang malah pacarku menutup wajahnya, sesaat kemudian andi menuangkan minuman ke gelas dan diberikan ke pacarku, kulihat dia dengan wajah kesal tetap meminumnya.

Permainan itu berlangsung beberapa saat dan kulihat andi menghabiskan beberapa uangnya untuk taruhan dengan pacarku dan pacarku juga mengabiskan beberapa gelas minuman, terlihat dia mulai sedikit mabuk, kemudian pacarku kembali terlonjak kaget saat dibisikan sesuatu, tapi kemudian dia mengangguk.

Mereka terlihat kembali melakukan suit, kali ini kulihat pacarku kembali malu dengan ekspresi menutup mukanya, tapi kemudian kedua tanganya disingkiran oleh si andi, tapi sejurus kemudian dia mendekati wajah andi, dan bagai tersengat listrik, aku sangat kaget, walaupun gak terlihat dari posisiku mengawasi mereka, tapi aku yakin mereka sedang berciuman dilihat dari gerakan kepalanya, dalam keadaan normal pasti pacarku tidak akan mau, karna ditempat itu banyak orang dan disamping mereka ada rani dan pacarnya yang memperhatikan mereka sambil tertawa.

Setelah mereka melepas ciumannya, kulihat mereka kembali bersuit, dan aku liat sepertinya pacarku kalah lagi, tapi tanpa membuang waktu andi langsung menyerang pacarku dengan ciuman ciiumannya, kulihat pacarku bersandar di sofa sambil mengimbangi ciuman si andi, tanpa ku duga ternyata andi mulai menurunkan kepalanya dan dia menciumi leher pacarku sambil tangannya mengelus elus pundak pacarku, dia terlihat sangat buas menciumi leher pacarku, aku lihat tangan pacarku menggenggam tangan rani, rani juga terlihat mengelus rambut pacarku sambil membisikan sesuatu, kulihat tangan andi yang tadi mengelus pundak pacarku dia turunkan dan tenggelam dibalik badannya, aku yakin tangan dia berada di payudara pacarku, karna kulihat pacarku menggigit bibir bawahnya, kulihat badan dia juga naik turun seperti orang sesak nafas.

Aku yang melihatnya pun merasakan perasaan yang campur aduk, antara horni, marah, kecewa, cemburu, karna gak tahan akupun akhirnya pergi ke toilet, kemudian aku beronani sampai ejakulasi di dalam toilet.

Setelah puas berejakulasi, akupun duduk di kloset sambil merenungi nasibku, ingin sekali aku hajar si andi itu, tapi gimanapun aku masih punya sedikit kewarasan dalam otaku, karna akan fatal kalau sampai aku hajar dia. Beberapa saat kemudian aku dengar seseorang berbicara dengan penjaga kebersihan toilet, seperti orang sedang melakukan transaksi sesuatu, kemudian aku dengar pintu toilet disamping dibuka, aku dengar dari suara sepatunya seperti suara high heels, akupun kembali tenggelam dalam pikiranku sampai aku dengar suara “mmphhh, mmmph” seperti orang berciuman, akupun penasaran.

Kemudian terdengar ucapan

“Tapi janji ya, Cuma lihat tetekku aja, gak lebih” suara cewek yang sangat aku kenal, yang gak lain pacarku, Aku sempat tertegun beberapa saat, sangat kaget.

Sampai kemudian terdengar suara seperti orang berciuman kembali

“mmphh ah, mmmphhh”

“Janji dulu dong ndi, kalo gak yaudah taruhan kita batal” ancam pacarku, yang kemudian dijawab andi

“Yaah, aku udah abis duit banyak ni masa Cuma dikasih lihat, kasih bonus dong elus atau jilat gitu tetekmu” Keluh andi.

“yaudah mau elus atau jilat?” tanya pacarku,

“kalau bisa dua-duanya dong, aku udah abis banyak duit ni, mana kiriman ortu masih lama, ayolah tolongin aku, penasaran banget ni sama rasanya” dari nada bicaranya terdengar dia seperti orang yang memelas.

“udah dong jangan diremes terus teteku, gimana bisa dibuka kalo diremes terus” protes pacarku.

Aku yang penasaran kemudian mencari cara untuk mengintipnya, dan entah anugerah atau musibah aku akhirnya menemukan sebuah ventilasi yang sepertinya sedang rusak dan hanya ditutup lakban, dengan menggunakan kunci mobil kemudian dengan hati-hati aku lubangi lakban itu, dan akhirnya berhasil, dan ternyata view disini sangat sempurna karna aku bisa lihat wajah dan body pacarku secara sempurna.

Kulihat dia sedang duduk di kloset dengan paha mulusnya, paha itu tertutup rapat karna saling dikatupkan, tapi kulihat roknya terlipat lumayan tinggi jadi kalau dia membuka pahanya sedikit sepertinya celana dalamnya akan terlihat. Dia gak lihat saat lakban itu aku lubangi karena kulihat dia sedang melihat kebawah, melihat tangan kekar sedang meremasi payudaranya dari luar gaunnya.

“Yaudah buka dong bajunya” kata andi,

“bukain dong” balas cewekku manja sambil menggoyangkan dadanya dan tersenyum.

“yaudah sini aku bukain, hehe”. Kulihat andi kembali mencium pacarku dengan ganas, kemudian dia menciumi leher pacarku dan kulihat tanganya berada dipunggung pacarku, terlihat dia sedang mencoba menurunkan resleting gaun cewekku, kemudian terbukalah gaunnya.

Pacarku gak pake BH karna bagian dada gaun dia memang dibuat tebal, kulihat cewekku menunduk karena malu. Kemudian aku lihat tangan andi menyentuh ujung putinngnya yang sebelah kanan, hal itu membuat pacarku mendongak sambil menggigit bibirnya, kulihat jari-jari andi mulai memelintir puting pacarku yang membuat dia semakin menggelinjang.

Kemudian kulihat kepala andi mendekati payudara kiri pacarku, itu membuat pacarku mendesah panjamg “uhhhhmmmmm” desahnya yang ditutupi dengan tangannya, andi kemudian mendongak kemudian tersenyum kearah pacarku yang kemudian kulihat dia membalas senyumnya. Sambil jarinya memainkan puting pacarku, andi bertanya

“enak gak ris?”,

”enggak enak ah, Cuma geli aja kok, udah puas kan?” jawab pacarku sambil menggigit bibirnya.

“enak aja udah puas, belum lah orang tetekmu montok gini kok, jujur dong enak gak?” kata andi sambil mengintensivkan serangan ke payudara pacarku,

“ahhh, iya enak ndi enak banget, belum pernah aku ngrasain gini” kulihat tangan andi satunya mengelus paha pacarku, dan pacarku malah membuka pahanya dan memperlihatkan celana dalam kuningnya, melihat itu si andi gak menyianyiakan kesempatan, sambil kembali memainkan payudara pacarku dengan mulutnya, tangannya mulai mengelus vagina pacarku dari luar, kulihat pacarku memejamkan matanya dan mendesah.

“memek kamu basah ris, horni ya? Hehe” kekeh andi,

“enggak, biasa aja Cuma lagi keputihan mungkin” jawab riska,

“ emang kalo keputihan tu gimana sih?” tanya andi,

“yee kepo, cek aja sendiri” jawab riska sambil terlihat malu,

“yaudah sini aku lihat” kata rudi sambil menarik turun celana dalam riska, dan riska sedikit mengangkat pinggulnya, sehingga sekarang celana dalamnya terlepas tapi masih tersangkut di betis kirinya,

“yaah pahanya kok malah ditutup sih, buka dong kan aku penasaran” protes andi melihat riska malah merapatkan pahanya,

“yaudah, tpi Cuma lihat ya jangan yang lain” kata riska sambil menggigit jarinya untuk menahan malu, pelan pelan dia membuka kedua pahanya, kemudian posisi duduknya agak diturunkan, lalu kedua kakinya dinaikan ke masing-masing sisi kloset.

Dengan begitu maka dapat terlihat secara utuh vaginanya, kulihat andi menjururkan kedua tangannya ke vagina riska, kemudian merekahkanya,

“ ahhhh ndi, kan katanya Cuma liat, kok disentuh gitu ahhh” protes pacarku,

“gimana bisa tau kalo gak dibuka, masih sempit banget memekmu, jarang dipake atau punya cowokmu yang kekecilan?”, kulihat pacarku tersentak mendengar kata andi yang menyebut kata ‘cowokmu’, tapi kemudian dia tersenyum dan menjawab

“enak aja, punya dia gede tau”,

Andi langsung menjilati vagina pacarku, yang membuatnya mendesah desah tidak terkontrol

“hmmmm, paling juga gedean punyaku kok” jawab andi sambil memainkan vagina riska dengan mulutnya,

“hhhh, ssssstt, enggak, punya dia besar kok”. Andi langsung menghentikan aktivitasnya, kemudian dia berdiri

“ayo taruhan lagi, gede mana punyaku atau punya cowokmu? Ini didompetku tinggal 100ribu, kalo punya cowokmu lebih besar, aku kasihin sekalian hapeku, tapi kalo punyaku lebih besar, kamu harus ikut aku pulangnya” tantang andi,

“emang gimana cara ngukurnya? Masa pake penggaris?” tanya pacarku,

“ya kamu yang ngukur lah, tinggal bandingin aja kok” jawab andi enteng,

“yaudah siapa takut, hehe”.

Andi langsung menurunkan celananya, kemudian terlihat penis dia yang berdiri sempurna,

Kulihat riska kaget sambil menutup mulutnya, tapi kulihat matanya seolah takjub, kulihat riska menjulurkan tangannya kemudian memegang penis andi, kulihat dia mengelus-elus penis andi,

“kalo Cuma dipegang gitu gimana bisa teliti ngukurnya?” sergah andi,

“emang gimana ngukurnya?” tanya riska tapi matanya tidak teralihkan dari penis andi,

“di emut dong kontolku, rasain seberapa besar”.

Tanpa berkata kulihat riska menurunkan kakinya dari kloset, kemudian memajukan kepalanya, dia cium ujung penis andi, kulihat dia mulai menjilati penis itu dan kemudian memasukkan kemulutnhya, kulihat riska memejamkan matanya dan terlihat sangat menikmatinya, andi sendiri kulihat dengan brutal meremas payudara riska.

Mereka terlihat sama-sama saling menikmati,beberapa saat kemudian aku lihat andi mengerang tanda dia akan klimaks, tahu akan andi akan segera klimaks, riska mengeluarkan penis dari mulutmya kemudian mengocoknya sambil di arahkan ke dadanya, muncratlah sperma itu membasahi payudara riska.

Setelah ejakulasinya mereda, andi mengecup bibir riska kemudian bertanya

“gedean mana? Jujur ya”,

“gedean ini ndi, duuh gemes banget deh” jawab riska

“yaudah, berarti kamu ikut aku malam ini ya” tagih andi,

“iya deh, tapi janji ya gak ada acara masukin itu ke sini” kata riska sambil memandang penis andi, kemudian riska hendak membetulkan celana dalamnya tapi keburu di cegah andi

“ehh tunggu, tadi aku janji sama yang jaga toilet mau ngasihin CD kamu ke dia, kalo enggak tar kita bakal di grebek katanya”,

“loh kok gitu? Duh yaudah deh nih” kata riska sambil memberikan celana dalamnya ke andi, saat andi membentangkan celana dalam itu terlihat ada noda disitu, menandakan tadi riska memang sangat basah.

“eh ndi, kamu liat itu gak? Perasaan tadi rapet kok jadi bolong gitu ya?” kata riska,

“ah dari kemarin kok udah berlubang, emang kenapa takut diintip? Kalo ada yang ngintip nih sekalian aku kasih liat memek yang nanti mau aku kontolin hahahahaha” kata andi sambil mendorong bahu riska sehingga dia membungkuk kemudian menarik rok riska keatas sehingga tepampanglah vagina riska dan anusnya.

“ihh apaan sih, gak ah pokoknya gak mau ml ya, cukup mainin tetek aja loh” protes riska, kemudian mereka berdua keluar toilet tersebut.

10 menit kemudian aku juga keluar ruangan itu, penjaga toilet cukup kaget begitu melihatku

“loh mas, daritadi didalem ya?” tanyanya,

“iya mas aku agak mabok jadi tadi tepar deh didalem, eh itu kok dipalang gitu mas lorongnya? Kalo ada yang mau ke toilet gimana?”tanyaku penasaran,

”oh ini abis di pel mas, jadi takut licin terus tar ada yang jatuh mending aku palang dulu mas” jawabnya,

aku Cuma tersenyum, batinku mengatakan gimana mungkin abis dipel kalo masih agak kotor gini lantainya, dasar mata duitan!

Lanjut ke halaman berikutnya...



CHAPTER 2

Karena kejadian semalam, sampai jam 7 pagi aku gak bisa tidur, akhirnya aku ke kampus buat ngumpulin tugas kemudian ke posko KKN, aku ijin gak bisa jaga posko karena sakit dan aku Cuma menitipkan data bahan program ke temen yang lagi jaga posko, kemudian aku pulang ke kos untuk tidur, aku tertidur sampai sekitar jam 3 sore, aku bangun saat pacarku membangunkanku dan membawakan makanan, kami kemudian makan bareng dan aku mencoba bersikap biasa dan diapun gak curiga, kemudian aku bilang ke dia kalo aku mau ke warung depan mau beli rokok, di warung ternyata ada beberapa orang yang ngobrol disitu, akupun basa-basi dan ternyata malah terbawa suasana ngobrol, tak terasa kami sudah ngobrol sekitar 1 jam. Karena capek ngobrol akhirnya aku mohon diri untuk pulang.
Sesampainya di kos, kulihat riska sedang tidur sambil pegang hape ditangannya dengan LED yang menyala menandakan ada BBM yang masuk, sepertinya dia ketiduran, akupun mengambil hapenya dan ternyata memang ada bbm dari rani, aku baca BBM itu mulai dari yang paling atas

“masih di tempat andi ris?”

“masih ran, kenapa?”

“wahb gila, udah jam 1 nih masih disitu aja, lagi dimana andi nya?”

“ini lagi disamping aku ran?”

“wah, lagi ngapain dia?”

“lagi netek sama aku ni ran,hihi”

“wah gila kalian, netek terus dari pagi dia? Kan kalian perjanjiannya Cuma gitu hihihi”

“ihih, aku jebol kok ran tadi pagi, pas mandi dijebol sama dia”

“wah kok gitu? Batal dong taruhannya?”

“ya aku lagi mandi terus dia masuk, bilangnya Cuma gesekin aja, tapi akunya keenakan malah aku yang dorong hihihi”

“sekarang udah menggila ni ya hihihi”

“iya dong ran, ni aku bbman sambil nungging katanya dia pengen doggy :p”

“duh ni ank vulgar banget ya skrg”

“kok gak bales ris? Lagi keenakan ya? Hihii”

Itu BBM terakhir dari rani, baca BBM itu aku langsung horni dan beronani didalam toilet, ingin rasanya aku putusin aja hubungan ini, tapi tidak mungkin karna orang tuanya sudah sangat baik sama aku. Akupun akhirnya meng‘endchatt’ BBM tersebut agar riska gak curiga kalo aku baca BBM dia, paling juga pas bangun dia kira dia sendiri yang meng’endchatt’ BBM dia sama rani, soalnya pacarku memang agak teledor orangnya. artseks.com
Setelah itu akupun menuju ke kasur, kemudian tidur sambil memunggunginya.

Sebulan setelah kejadian itu, aku berusaha bersikap biasa saja karna akupun sibuk dengan kegiatanku, bahkan akhir-akhir ini andi malah seperti berusaha mendekatiku lewat rani, sudah 2kali aku main ke kos dia yang ternyata bangunannya masih bangunan lama, daerah kosnya juga masih sepi dan disamping rerimbunan rumpun bambu, aku tau seluk beluknya karena aku sempat kehalaman belakang. Kulihat sikap riska ke andi juga biasa saja dan tidak mencurigakan.

Setelah beberapa kegiatan hari itu selesai akupun pulang ke kosku dan ternyata riska sudah nunggu didepan sambil tersenyum, akupun membalas senyumnya kemudian kami masuk dan kami makan bersama, setelah itu aku kembali larut didepan laptopku mengerjakan tugas-tugasku, setelah itu akupun pergi tidur disamping riska,,

Aku terbangun oleh suara dering HP yang ternyata dari milik riska, dengan hati-hati riska mengambil Hpnya kemudian berjingkat menuju dapur (kosku lumayan besar, didalam kamar sudah termasuk dapur dan kamar mandi, sehingga harus merogoh kocek dalam untuk menyewanya), aku yang tadinya males-malesan bangun kemudian karna penasaran aku coba untuk mengintip dan menguping obrolannya (karna ini hasil dari nguping, maka disini akan diceritakan pendengaranku dari hasil suara riska saja, tidak ditampilkan suara lawan bicaranya, jadi mohon pembaca dapat membayangkan sendiri kata-kata dari lawan bicaranya riska)

“kenapa ndi malem-malem gini nelpon?”

“Pengin? Kan kemarin udah seharian dibelain aku bolos kuliah, aku lagi di kos cowokku ni”

“enak aja, punya dia besar juga tau, hehe, eh tadi si rudi kekampusku loh, diajak si rani”

“ya mau ketemu aku lah, iya dia bilang udah sering bayangin aku gitu gara-gara waktu dia main ke kosmu liat aku Cuma pake anduk, kamu juga sih” kulihat riska agak merajuk

“ya terus dia minta aku buat ngisep aja, kalo aku gamau dia bilang mau ngaduin ke cowokku, padahal dia juga gak kenal cowoku kan hihi”

“yaudah dia ajak aku masuk mobilnnya, ya terus gitu deh”

“didalem mobil dia langsung buka celana dia, terus aku Cuma disuruh emut punya dia”

“iya iya ini juga sambil mainin tetek aku kok, ya aku emut2 aja punya dia,tapi aku horni juga sih hihi”

“iyalah, sambil emut punya dia juga diem-diem aku elus punyaku dari luar, dia liat juga kayaknya”

“iya,punyaku itu namanya memek ndi sssttt, masa Cuma disuruh bayangin aja, sini dong jilatin beneran ndi ahhhhhhh” kulihat tangan dia masuk kedalam celana piyamanya

“kurang ndihhh, jariku itu kecil, pengen punyamu aja ahhhhhh”

“iya pengen kontol kamu ndiiihhh, ahhh aku nyampe”

“apah? Enggak ah, masa main bertiga sih”

“yaudah deh dia Cuma nonton ya tapi, gak lebih loh”

“yaudah lusa di kosmu ya, jangan besok aku ada ujian, malemnya mau main sama cowoku dulu buat pemanasan lawan kamu hihi”

Lanjut ke halaman berikutnya...



Hari berikutnya pada malam hari aku ML sama riska tapi hanya seperti biasanya saja tidak ada yang istimewa, karna riska sebenarnya type orang yang pendiam kalo lagi ML kemudian kami tertidur sampai pagi harinya riska membangunkanku untuk pamitan mau kekampus, entah dia sudah bangun dari jam berapa tapi kulihat dia memang sudah rapi dan cantik, dia memakai celana jeans beserta baju berkerah, bibirnya yang merah bikin aku gemas dan akhirnya aku kecup dia

”ihhhh, belum gosok gigi, masih bau jigong” ejek dia, akhirnya dia pergi juga.

Aku tau riska sebenarnya bukan kekampus tapi ke kos andi (hasil nguping pembicaraannya lewat telepon), aku bergegas mandi dan ganti baju kemudian aku berangkat menuju ke lokasi KKNku, aku pinjem motor temanku di lokasi KKN dan aku tinggal mobilku disitu, aku lajukan motorku kearah kosan andi, saat tikungan terakhir sebelum kos andi, aku terkaget karena motorku di salip sambil di geber oleh sebuah motor sport yang knalpotnya sudah di modifikasi, tentu saja aku maki dia tapi dia berlalu kemudian aku lihat motor itu berhenti didepan kos andi akupun melewatinya sambil melotot tapi dia Cuma mengacuhkannya, aku gak brani teriak memaki karna takut malah memancing perhatian, akhirnya aku parkir motor di belakang kos dekat rerimbunan, akupun berjalan mengendap ke arah posisi yang aku pikir bagus untuk mengintai karna dulu saat kemari aku sudah mencari posisi tersebut dan memang ketemu posisi yang memungkinkan aku mengawasi ke dalam kamar, yaitu di lubang angin kamar itu,akupun langsung pasang posisi pengintaian.

“motor baru rud?” tanya andi pada cowo yang duduk di kursi di dalam kosnya, oh itu ternyata yang riska bilang namanya rudi waktu dia telpon si andi, rudi ini cowok yang juga aku lihat ada di dalam club malam bareng rani,riska, andi dll.

“enggak kok, baru 2 hari, hehe, eh mana si riska?” jawab rudi,

“itu lagi dikamar mandi” balas andi sambil kepalanya menengok kearah kamar mandinya,

“wah, abis kamu pakai ya?” selidik si rudi,

“enggak kok dia lagi kebelet katanya, gatau kebelet apan, kebelet ngentot sama aku mungkin hahaha” tawa rudi,

“eh lagi pada ngomongin aku nih ya? Hhuh dosa tau ngomongin orang” potong riska yang langsung duduk disamping andi

“dosaan mana ngomongin orang atau ngentot?” balas andi sambil mulai menciumnya dengan ganas,

“mmpph dosaan ML,tapi kan enak hihihi” jawaab riska setelah pagutannya terlepas

“main sosor aja kalian, kan ada aku disini” protes si rudi

“yaudah kamu nonton aja, gak usah kebanyakan omong, sana duduk dikursi sebelah itu, dan enjoy the show hehe” kata andi yang langsung mendaratkan ciuman di leher riska yang langsung membuat riska mendongak seperti memasrahkan lehernya.

Saat itu riska memakai sebuah gaun tidur tipis berwarna putih yang entah punya siapa karna aku gak pernah lihat dia memakainya, gaun itu sangat seksi karna memperlihatkan paha mulusnya dan terlihat bayangan celana dalam warna putih.

Ciuman andi turun dan kini dia sudah memanjakan payudara riska dengan mulutnya, riska sedari tadi yang sedari tadi menunduk memperhatikan kelakuan andi di payudaranya sambil menahan desahan, terlihat dia mendongakan kepalanya kemudian menatap rudi dengan sayu, sadar dirinya sedang ditatap riska, rudi kemudian mengelus penisnya dari luar celananya yang malah ditingkahi dengan tawa oleh riska, sesaat kemudian andi menyudahi ritual memanjakan payudara riska, kemudian dia menyandarkan diri dipinggiran ranjang, riska yang tau langsung mengambil alih posisi andi yang kemudian langsung menciuminya dengan ganas mulai dari wajah hingga dada andi, kulihat andi mengerang keenakan saat puting susunya dimainin dengan mulut riska,

“oh riska sayang, rudi pengen lihat pantatmu tu, sini emut kontolku sambil tunggingin pantatnya kearah rudi ya sayang” pinta si andi

“wuu aku kan gak sayang kamu ndi” protes riska, tapi kemudian dia beringsut juga turun dari ranjang.

Kemudian kulihat Rska menunggingkan pantatnya yang masih tertutup rok dan celana dalam ke arah rudi, melihat itu rudi mengacungkan jempol ke arah andi kemudian dia menurunkan celananya untuk kemudian dielus elus kontol dia sendiri, hal berbeda terjadi pada andi yang celananya dibukain oleh riska yang kemudian langsung diciumi penis andi itu,

“coba deh lihat lagi ngapain si rudi itu” perintah andi yang diikuti dengan menolehnya wajah riska ke arah rudi, dan melihat rudi sedang mengelus penisnya.

Melihat itu riska tersenyum kemudian kembali melanjutkan memanjakan penis andi dengan mulutnya, kulihat tangan riska kebelakang mengelus pantatnya sendiri dan kemudian dia sedikit demi sedikit menarik bagian bawah gaun tidurnya kedepan sehingga sekarang tampak pemandangan dia sedang menungging dengan celana dalam warna putih tipis yang berenda disampingnya, sungguh sangat seksi sekali apalagi dia sedikit menggoyangkan pantatnya seperti mengundang rudi untuk menjamahnya, sungguh seksi dia melakukan itu saat ada penis dimulutnya dan telihat seperti mengundang orang lain untuk memasukkan penis ke vaginanya, aku sudah tidak tahan ingin rasanya ku merangsek kedalam dan langsung memasukan penisku ke vagina dia, tapi aku Cuma bisa memainkan penisku sendiri. Kulihat andi memberi kode kepada rudi, kemudian berdiri dan mendekati riska, Riska yang masih sibuk memanjakan penis andi dengan mulutnya tidak sadar apa yang andi lakukan saat mengundang Rudi, karena setelah memberi kode ke Rudi terlihat tangan kiri Andi meremas payudara Riska dan tangan kananya mengelus pipi Riska.

“kasian tu rudi Cuma liatin aja, aku suruh dia buat pegang pantatmu aja ya” kata andi

“hmmmmmmppp,gak ah, kan janjinya cuma nonton” jawab riska tanpa menoleh

“kamu gak kasian sama dia? Tega banget sih siksa anak orang sstt, udah ah aku jadi gak tega liatnya, kalo kamu gak mau mending jangan lanjutin aja deh” Protes Rudi sambil dahinya mengernyit karena seperti menahan ngilu di penisnya.

“Hmmmhhmmm, yaudah tapi cuma pegang aja ya” jawab Riska masih tetap memanjakan penis Andi, terdengan suara crep crep sepertinya dia sedang mengecap cairan percum Andi

Mendengar jawaban itu rudi langsung bangkit dan mendekati riska lalu menempelkan telapak tangannya ke pantat riska, riska yang kaget kemudian mendesah dan mendongakkan kepalanya, hal ini langsung disambut andi dengan mencium bibirnya, Kulihat tangan Riska menahan tangan Rudi saat tangan Rudi seperti menggeser ke arah paha bagian dalam Riska.

“Udah nikmatin aja ya, aku yakin kamu seneng kok, bantu aku senengin dia ya Rud” ujar Andi di sela-sela. Riska kemudian mengangguk dan memejamkan matanya.
Kulihat tangan Riska yang tadinya menahan tangan rudi dibagian belakang tubuhnya, kini malah terlihat kembali ke depan dan sepertinya memegang sesuatu, aku yakin dia sedang memainkan penis Andi.

“sayang, katanya rudi cuma mau pegang pantat, kok sekarang malah ngelus ngelus sih? uuuhhhh” protes riska saat Andi sedang menciumi telinganya,

“katanya tadi gak sayang? Kok selarang panggil aku sayang? Hehe, biarin aja ya si rudi, biar penasarannya hilang, kan dia lagi pengen nyenengin kamu juga. kamu ceritain aja yang dia lakuin dibelakang itu ya,”jawab andi,
Memang dengan posisi itu andi tidak dapat melihat apa yang dilakukan rudi karena pandangannya terhalang tubuh riska.

“heeemm, sayang si rudi nakal ni, dia malah ngelus ngelus memekku ni sayang, duhh geli banget sayang memekku, rudi ahhhhhhmmm. Rudi ngapain buka CD aku? duh sayang, harusnya kamu yang bukain CD aku bukannya si Rudi” protes riska tapi dia gak menahan celana dalamnya sehingga sekarang celana dalamnya sudah terlepas dari tubuhnya,

“hehe,nanggung” jawab rudi sambil terkekeh, kulihat rudi menenggelamkan kepalanya ke bongkahan pantat riska,

“sayang, rudi makin nakal ni masa dia ciumin memek aku sih? Sssstt ahhhh, Sayang lidahnya masuk ke memekku ni, duhhhhh, ahh hmmmmmmm,” erang riska sambil melaporkan kelakuan si rudi,

Andi yang daritadi memainkan payudara riska sambil penisnya di kocok riska . Kemudian merespon laporan Riska itu.

“Kamu yang nakal, udah tau pantat kamu montok malah dipamerin ke Rudi, ouhhhh, aduh, jadi ada saingannya kan aku sekarang” Rudi menahan birahinya sambil berusaha mengontrol perasaannya.

“Kan kamu yang suruh sayang, uhhhhh. Sayang ni Rudi tambah kebangetan deh, masa dia jilatin anus aku sihhhhhh uhhhh, hentiin dia dong sayang aku gak kuat bangethhhh “ erang Riska sambil sekarang dia terlihat meremas payudara kanannya sendiri.

”sayang, ayo sini naik masukin kontol aku ke memek kamu, kamu minggir rud, biar riska sama aku dulu” ujar Andi yang sepertinya sudah sangat bernafsu mendengar perkataan pacarku itu.

Kulihat riska merangkak ke arah andi, mengangkangi vaginanya di depan penis andi, kemudian aku lihat dia menuntun penis andi masuk ke vaginanya sambil kudengar dia mendesah, kulihat tubuh riska naik turun menunggangi penis andi.

Rudi yang sudah telanjang mendekati riska, kemudian dia mengelus rambut riska, tau apa yang rudi inginkan riska kemudian tersenyum terlihattangannya meraih penis Rudi yang sudah menegang maksimal kemudian menariknya ke mulutnya dan langsung melumat penis rudi, kulihat rudi merem melek merasakan permainan mulut riska,

“hos hos hos, kamu cuma mau main mulut rud? Tu masih ada satu lubang nganggur” tawar andi,

Riska terlihat kaget dan ingin berontak, tapi buru-buru andi menarik badan riska ke pelukannnya dan menguncinya, kulihat rudi langsung memposisikan penisnya didepan lubang anus riska dan meludahi lubang tersebut, kulihat dia mulai berusaha memasukkannya,

“aduhh sakit banget andi, rudi cukup dong” kudengar suara riska agak sesenggukan pertanda dia menangis, tapi rudi tetep melanjutkannya Rudi gak peduli dan tetap melanjutkannya,

Melihat sikap Rudi membuat aku teringat dengan kisah-kisah pembunuh berdarah dingin, dan kulihat Riska seperti sedang menghadapi tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Dia berusaha memasukkan penisnya ke anus Riska tanpa mempedulikan Riska yang sesenggukan kesakitan. lalu aku lihat pantat Rudi sudah gak bergerak, sepertinya dia sudah berhasil menanamkan penisnya ke anus Riska dan dia sedang mendiamkannya didalam, mungkin untuk membiasakannya.

Kulihat rudi sudah mulai memompa penisnya di anus riska, kulihat badan riska melengkung dan dia masih membenamkan kepalanya di dada andi, setelah sekitar 10 menit pompaan andi kulihat badan riska sudah terlihat rileks bahkan sekarang aku lihat riska menoleh ke rudi sambil menggigit bibirnya, kudengar riska mengerang

“hunngggggggg, kok jadi enak gini sihh” erang Riska.

“ hmmm, makanya percaya aja sama apa yang diomongin Andi, pasti seneng deh kalo. Uhhh ndi sempit banget ni anusnya, sampe ngilu gini kontolku” Rudi berkata sambil menggerakan pinggulnya pelan.

“Iya makanya Ris percaya sama aku, kan jadi keenakan gitu. Anus dia sempit karna ada kontolku di memeknya Rud, kontolku kan gede hehe” ujar andi tenang, karena dia memang gak menggerakan badannya untuk memompa vagina Riska.

“enggak ungghhh, bukan itu, Riska belum pernah main belakang gitu auhhhh, gak nyangka bakal gini enaknya uh uh uh” Jawab riska sambil mengerang.Kemudian dia melumat bibir Andi dengan ganas.Kulihat Andi menjulurkan lidahnya dan langsung dihisap oleh Riska,

Kemudian Riska agak memundurkan kepalanya tetapi kemudian memajukannya kembali untuk menciumi wajah Andi, enggak,itu bukan ciuman tapi jilatan. Riska menjilati wajah Rudi mulai dari dahi, mata hidung dan bibir, terlihat Andi menjulurkan lidahnya dan terlihat lidah Riska terundang untuk kemudian menempelkan ujung lidahnya ke ujung lidah Andi, kemudian aku lihat lidah mereka saling membelit dan dilanjutkan dengan aksi saling melumat.

Hal itu sungguh seksi sekali seperti adegan dalam film porno, tapi aku lihat itu lebih ini jauh lebih seksi dari film porno karena hal itu dilakukan Riska saat ada orang lain yang sedang memompa anusnya dari belakang dan ada penis yang masih tertanam di dalam vaginanya. Bagaimana mungkin dia melakukan tindakannya terhadap Andi dengan sangat tenang dan terlihat sangat menikmati tindakannya terhadap Andi tersebut, karena saat melakukannya Riska terlihat beberapa kali mendesis-desis.

Ini sangat seksi sekali karena dari video porno jepang yang pernah kutonton saat melakukan adegan DP biasanya sang cewe akan menjerit seperti orang kesakitan, tapi hal berbeda terlihat dari Riska, dia seperti tidak merasakan sakit tapi terlihat ekspresinya seperti sangat menikmati, ekspresi seperti itu sering aku lihat saat dia sedang aku pijat badannya yang kadangterasa capek setelah rutinitasnya, ekspresi yang menandakan dia merasa puas.

Walaupun terkadang dia juga mengernyitkan dahinya atau menggigit bibirnya. Mungkin hal itu juga karena Rudi memompa anusnya dengan pelan dan hati-hati, mungkinkarena dia tidak ingin menyakiti Riska atau karena memang susah untuk memompanya mengingat masih sempitnya lubang anus Riska.

Tapi memang Riska ini orang pendiam saat melakukan kegiatan bersetubuh, bahkan saat pertama kali kuperawani dia juga dia tidak menjerit ataupun meronta kesakitan, dia hanya diam menggigit bibirnya dan mengernyitkan dahinya yang kemudian berkata lirih bahwa itu sakit. Sesaat kemudian aku melihat darah menetes di antara vaginannya yang menandakan dia memang masih perawan saat itu.

Kejadian itu berlanjut sampai andi dan rudi ejakulasi, beberapa kali aku lihat mereka berubah-rubah posisi saling bergantian, kadang rudi yang memompa vagina riska dan andi memompa anusnya, kadang juga sebaliknya. Saat mereka selesai ejakulasi, mereka istirahat sebentar dan kemudian melanjutkannya kembali aktivitas mereka.

Karna waktu sudah mulai sore akupun mengakhiri acara mengintaiku, karna sudah banyak orang berlalu-lalang, takut ketahuan sedang mengintip malah jadi gawat. Akupun kembali ke posko KKN untuk mengambil mobilku kemudian pulang ke kos. Sekitar jam 7 malam aku lihat rani menulis PM di BBMnya

“duuh yang abis makan sandwich ni, gak bagi-bagi ya riska ini”, dan aku lihat riska juga menulis PM di BBMnya

“sirik aja rani :p” . Jam 10 malam riska menelponku dia bilang baru sampe kos dan mau langsung tidur, soalnya kegiatan dia padat sekali hari itu.

Akupun langsung merebahkan diri di kasur sambil berpikir, kenapa riska bisa berubah begini, dia jadi binal sekali kalo sama andi, dia juga gak segan mengucapkan kata kotor padahal riska ini sangat sopan orangnya dan akan marah kalo aku ngucapin kata kotor, dia juga jadi cerewet di ranjang padahal selama ML sama aku gak pernah begitu, paling cuma mendesah dan itu juga dia tahan desahannya. Semuanya berubah saat dia mengenal andi dan kejadian di club malam saat itu, sampai sekarang akupun bimbang harus melakukan apa untuk menyelesaikan masalah ini.

Lanjut ke halaman berikutnya...



Esok harinya aku jemput Riska di kampusnya, kebetulan hari ini jadwal kuliahku kosong karena dosen sedang ada tugas luar. Aku jemput dia untuk kemudian aku ajak dia makan sambil menceritakan tentang hal-hal konyol yang terjadi, setelah makan kami berdua sempatkan diri berjalan-jalan sebentar di sebuah mall di kawasan sekitar tempat kami makan, setelah lelah berjalan-jalan akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke kosku.

Setibanya di kosku, Riska langsung saja rebahan di kasurku sambil memainkan Hpnya. Melihat Riska yang tiduran dan aku teringat kejadian yang terjadi saat aku mengintip kemarin tentu saja aku langsung menjadi horni, langsung saja aku rebahkan diriku disampingnya.

“Sayang, kamu kok cantik sih hari ini?” rayuku sedikit menggombal,

“Makasih” jawab Riska sambil tersenyum yang sedetik kemudian diikuti dengan kecupan lembut darinya di bibirku, tapi setelah dia mengecup bibirku dia membalikkan tubuhnya dan memunggungiku sambil tetap matanya tidak terlepas dari gadgetnya.

“yaah, kok malah dipunggungin gitu sih?” protesku sambil sedikit pura-pura merajuk.

Riska kemudian menaruh Hpnya disamping bantal, kemudian dia kembali membalikkan badannya sehingga sekarang posisi kami saling berhadapan, kemudian sambil tersenyum dia menjewer telingaku.

“iih udah mau sarjana kok masih ngambekan sih, nanti kalo udah mulai bikin skripsi terus skripsinya dicoret sama pembimbing bakal ngambek juga? hahaha” ejek Riska sambil tertawa puas seperti melepas beban yang berat.

“Aduh, ini anak kecil berani ya jewer orang tua, aku hukum ni haha” balasku saat berhasil melepaskan jeweran tangannya yang langsung aku balas dengan cara menggelitiki dia.

“hahaha, ampun ampun orang tua” kata Riska yang masih terus tertawa sambil kakinya seperti menendang-nendang udara, ekspresi dia saat itu sungguh sangat menggemaskan.

“Udah diem dong ya, dasar anak kecil ini” kataku berpura-pura seperti seorang ayah yang memarahi anaknya, kemudian untuk mendiamkan tawa dia, langsung aku lumat bibir dia. Aku lumat terus bibir dia, aku emut bibir bagian bawahnya yang kemudian aku gigit pelan karena gemas.

Sambil menciumnya tanganku pun bergerak aktif membuka kancing bajunya, tapi dia sedikit menahan tanganku. Aku yang sudah sangat bernafsu tidak mempedulikan tangannya yang seakan menahanku, hingga akhirnya diapun menyerah dan membiarkan kancing bajunya kupreteli hingga semuanya terlepas, sambil aku ciumi leher dia tanganku pun sudah bergerilya mencari pengait BH dia, setelah kutemukan akupun melepas BH dia kemudian aku lanjutkan menciumi payudara sebelah kanannya sambil tangan kiriku menangkup payudara sebelah kirinya.

Setelah puas menjilati payudara kanannya, akupun mulai menyerang payudara kirinya dengan mulut sambil tangan kiriku pelan-pelan turun untuk mengelus perutnya yang rata kemudian kembali turun untuk membantu tangan kananku melepas kaitan celananya.Aku terus memainkan payudaranya sambil memejamkan mataku dan membayangkan apa yang aku lihat kemarin di rumah andi.

Riska terus mendesah sambil tangannya meremas-remas kepalaku dan mengarahkannya untuk turun ke selangkangannya karena celananya sudah berhasil aku lepaskan. Akupun menurutinya untuk menurunkan kepalaku ke selangkangannya, aku mulah menciumi pahanya, dari ciuman di paha kemudian berubah jadi jilaan, aku jilati pahanya kemudian dengan pasti aku mulai mengarahkan jilatanku ke paha dalamnya yang kemudian mengarah ke tujuan utamanya yaitu vaginanya, aku mulai jilati belahan vaginanya.

“hhhhhhssssttt ndiiiiihhh hhhhhmmmm” desah Riska lirih.

Walaupun sangat pelan dan diantara desahannya, tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas kalau dia menyebut kata ‘ndi’, mendengar itu akupun sempat kaget dan menghentikan jilatanku.

Hatiku sangat sesak hampir saja air mataku menetes, bagaimana mungkin dia dengan teganya membayangkan orang lain saat dia sedang melakukan ritual cinta bersama pacarnya sendiri? Untuk menutupi kesedihanku akupun kembali menciumi vaginanya, tapi kali ini hanya mengecup-ngecupnya saja karena aku juga sedang berusaha menutupi kesedihanku agar tidak sampai terlihat ataupun terdengar.

Walaupun sedih tapi bayangan tentang kejadian semalam membuat nafsuku bangkit kembali, akupun mulai membuka celanaku dan celana dalamku, kulihat Riska memandangku tanpa ekspresi sambil kedua tangannya memeluk bantal. Penisku yang sudah sangat tegang kemudian aku gesek-gesekan di vaginanya.

“ssstt, geli sayang” kata Riska sambil menggigit bibir bawahnya dan menatapku, tapi tetap tanpa ekspresi.

“masukin aja sayang jangan dimainin terus” pinta dia sambil mulai menutup matanya.

Akupun langsung memasukan penisku ke vaginanya, tapi terasa sedikit berbeda, jika biasanya aku merasakan saat dimasukan penisku vaginanya terasa mencengkeram penisku tapi sekarang aku merasakan sepertinya itu tidak terjadi, walaupun aku tetap merasakan licinnya dinding vagina Riska pertanda dia juga terangsang.

Karena kejadian kemarin masih saja terngiang di otaku yang membuat gerakan pompaanku menjadi sangat tidak teratur dan liar. Kulihat Riska masih tetap memeluk bantalnya itu dan menekan-nekannya ke payudaranya, melihat itu akupun berinisiatif untuk membantu memanjakan payudaranya, maka segera aku tarik bantal tersebut, tapi Riska menahannya dengan kuat seperti tidak mau kehilangan kenikmatan dari apa yang dipeluk dan ditekan-tekannya, tapi karna memang gerakanku tidak teratur yangmalah mendekati liar dan beringas maka saat aku tarik kembali bantal itupun Riska tidak dapat menahannya.

Saat bantal itu terlepas, aku sempat kaget dan tertegun yang membuat pompaanku di vaginanya berhenti. Mataku menatap nanar pada sebuah titik, titik yang berada di bagian dalam belahan antara kedua payudaranya, aku yakin titik itu merupakan hasil bekas dari ciuman atau hisapan kuat. Tapi lagi-lagi aku mencoba menguasai keadaan, dengan pelan-pelan aku mulai kembali melanjutkan pompaanku.

“huh huh huh, sayang itu kok ada merah-merah di teteknya?” tanya yang sebisa mungkin terlihat tenang, konsentrasiku pada pertahanan penisku rupanya sedikit membantu untuk menyembunyikan keterkejutanku.

“ohhhh iniih yahh, aku abis digigit seemuthh saayang ohhh” Jawab Riska, dia yang tadi juga terkejut dan kelihatan khawatir, tapi begitu melihat ekspresiku yang tenang dia pun kembali tenang dan memejamkan matanya.

“hhhhhggg, dasar tetek kamu emang montok banget makanya semutpun iseng pake digigitin segala, kirain ada cowok lain yang gigit tetek kamu” kataku dengan berusaha tenang dan sedikit menyunggingkan senyum.

Riska yang tadi terpejam mendadak membuka matanya saat aku menyebut kata ‘cowok lain’, tapi melihat aku tersenyum dia menjadi tenang

“enggak sayang gak ada kok uhhmmmmm” jawabnya

Karena capek dengan posisi misionaris, aku minta dia untuk menungging, walaupun agak sedikit malas tapi akhirnya dia menurut juga, dia balikan tubuhnya kemudian menaikkan pantatnya dengan posisi kepala dia terbenam di bantal, melihat seksinya pantat dia akupun langsung memasukan penisku ke vaginanya kembali.

Dengan posisi doggy style dengan kepala dia tetap dibawah dan pantatnya dinaikkan, itu membuat vagina dia dan anus dia terekspose sempurna. Sambil menggenjotnya akupun memejamkan mata sambil membayangkan apa yang kulihat semalam, bosan juga cuma membayangkan sementara obyek yang aku bayangkan ada didepan mata, akupun mulai membuka mata dan mulai memperhatikan pantatnya yang seksi, aku lihat vagina dia yang merekah karena sedang ‘memakan’ penisku, kemudian aku alihkan perhatianku ke anusnya, telihat sebuah perbedaan di anusnya yaitu sekarang anusnya tidak terlihat sempit lagi seperti dulu, tapi sekarang lubang anusnya terlihat sedikit menganga, tapi tidak terlalu lebar.

Pokoknya ada sesuatu yang beda dari bentuknya. Karena penasaran akupun membasahi jempol kiriku dengan ludahku, kemudian aku tempelkan jempol tersebut ke lubang anus tersebut dan mulai aku tekan sedikit demi sedikit.

“Jangan!!!” aku terkaget karena tiba-tiba Riska mendongak dan sedikit membentak kepadaku.

“Loh kenapa sayang?” tanyaku sambil mengernyitkan dahi

“Jangan pokoknya jangan disitu, aku gamau!! Jangan ngerusak moodku dong” bentak Riska lagi

Aku yang kaget karena dibentaknya, tanpa bicara lagi akupun melanjutkan pompaanku karena memang sudah berada dipuncak hampir mencapai ejakulasi.

“aahhh sayang aku keluar” kataku sambil mencabut penisku dari vaginanya dan menyemprotkan spermaku ke bokong dia.

Riska yang mengetahui aku sudah klimaks, kemudian dia langsung berbaring tengkurap di kasur, biasanya dia tidak begitu, dia masih semangat memanjakan penisku saat aku sudah klimaks, bahkan tak jarang karena kelihaian blowjob dia aku yang sudah ejakulasipun akan kembali horni dan tak jarang akhirnya berlanjut ke ronde berikutnya.

Akupun kemudian merebahkan diri di samping dia.

“Sayang maaf ya, tadi udah bikin kamu marah” kataku meminta maaf. artseks.com

“iya gapapa sayang, jangan diulangi ya, aku gak suka main belakang soalnya kayaknya sakit” jawabnya sambil membalas senyumanku.

Aku hanya bisa tersenyum, senyum yang penuh arti mendengar jawabannya itu karena aku melihat sendiri apa yang sudah andi dan rudi lakukan kepadanya.

“Yaudah, sebagai permintaan maafku, aku ajak sayang berlibur deh hari minggu nanti” tawarku pada Riska.

“emang mau liburan kemana kita?” tanya Riska girang mendengar tawaranku.

“Kemana aja deh yang kamu mau, asal jangan ke supermarket atau mall, ribet bawain belanjaannya tar, bukan refreshing malah jadi kerja rodi haha” kataku yang diiringi tawa.

“oh jadi gitu ya anggap pacar sendiri sebagai beban haha” tawa Riska sambil memukulkan bantalnya ke kepalaku.

BUUKKKKKKK

Lanjut ke halaman berikutnya...



Hari Sabtu ini hari yang sibuk, karena hari-hari menjelang berakhirnya masa KKN jadi aku dan rekan-rekan satu kelompok disibukan dengan banyak hal, beberapa program masih belum dijalankan dan bahkan program utama juga belum sepenuhnya selesai, jadi dari hari Jumat kemarin kami sudah sangat sibuk, kebetulan hari ini adalah hari dimana jadwal programku dijalankan.

Aku terakhir kontak dengan Riska semalam, dimana saat aku mau tidur aku hubungin dia cuma untuk menanyakan kabar dan mengucapkan selamat tidur. Riska memang aku larang hubungin aku duluan untuk hari Jumat dan Sabtu karena memang aku gak ingin programku terganggu.

Dengan kesibukanku ini membuatku teralih dari beban hidup yang aku panggul karena kejadian yang dialami pacarku itu, dengan harapan saat hari minggu aku sudah free dan bisa refreshing bersama pacarku tercinta tanpa beban tugas dan juga programku. Semalam sebelum tidur Riska bilang hari ini dia mau ke salon biar besok tampak lebih cantik saat liburan bersamaku, biar aku jadi fresh lagi setelah stress dengan KKN aku dan tambah seneng kalo pacarnya tampak lebih cantik katanya.

Hari sabtu sekitar jam 3 sore Riska BBM aku, dia tanya besok mau pergi jam berapa, tapi aku gak balas karena saat itu sedang melakukan sosialisasi ke warga tentang program kami, setelah itu aku kembali larut dalam kegiatanku kembali.

Malam minggu aku pulang ke kosku sekitar jam 10 malam, aku coba telpon Riska tapi gak diangkat, aku yakin dia sudah tidur. Aku akhirnya memutuskan untuk mandi, setelah itu aku tidur, sebelum tidur tidak lupa aku mengirim ucapan selamat tidur via BBM dan aku bilang besok sebelum jemput dia aku bakal telpon dulu.

Hari minggu pagi aku terbangun sekitar pukul 7 pagi, tidur kali ini sangat puas karena sudah tidak ada kekhawatiran tentang programku, tinggal program utama aja, ah tapi kupikir itu bisa dikerjain bareng temen-temen kelompok. Akupun dengan semangat langsung mandi, mandipun sambil nyanyi-nyanyi lagu yang biasa aku nyanyiin bareng Riska.

Setelah siap untuk pergi, akupun mencoba menelpon Riska tapi gak diangkat, ah kupikir dia masih tidur, aku putuskan buat nyamperin dia aja ke kosannya, aku bakal bangunin dia dan kalo gak bangun juga ya terpaksa aku siram pake air, Begitu pikirku.

Aku mulai memanaskan mesin mobilku, setelah kurasa cukup panas dan siap untuk diajak jalan seharian ni mobil, akhirnya akupun meluncur ke kosan Riska. Di jalan aku coba PING!!! Dia berkali kali tetapi cuma D saja, dasar ini anak kalo tidur udah kaya kebo aja.

Sesampainya di kos dia, aku buka gerbangnya dan berjalan menuju kamarnya, tapi di parkiran aku gak lihat motor dia dan kamar dia sepertinya sepi karena aku gak lihat sandal favorit dia dan lampu kamarnya juga padam. Aku coba menelpon Rani, kutanyakan keberadaan Riska, Rani dengan suara yang parau menjawab telponku dan dia bilang gak tau dimana Riska, Rani yang sepertinya baru bangun tidur terdengar seksi sekali suaranya, tapi pikiran itu segera aku tepis. Aku mulai berpikir kemana pacarku ini pergi, dari semua pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke tempat andi aja untuk sekedar mengechek.

Segera saja aku memacu mobilku ke lokasi KKNku untuk meminjam motor, temenku yang biasa aku pinjami motor protes karena setiap aku pinjem motornya gak pernah kuisi bensin, ya mana sempat aku berpikir mengisi bensin kalo saat pulang dari pengintaian saja pikiranku selalu kalut. Akhirnya aku kasih saja selembar merah uangku, aku bilang aja kalo misal aku gak sempat isi bensin ya uang itu buat gantiin bensinya sekalian upah ngantrinya.

Saat lewat depan kosan andi, aku melirik dan diparkiran terlihat motor Riska, tapi hanya motor dia aja yang ada, suasana kos sepertinya sepi, aku berpikir jangan-jangan mereka sedang keluar berlibur, tapi semua dugaanku itu salah.

Saat aku sudah berada di posisi pengintaian, aku melihat pacarku sedang duduk bersama seorang cowok, dimana saat itu pacarku mengenakan seperti kimono yang keliatannya sangat pendek karena saat duduk paha dia terekspose, kulihat cowo yang duduk bersamanya itu Rudi.

Dia duduk bersama pacarku sambil mengobrol, Rudi terlihat memainkan rambut pacarku, baru kusadari rambut pacarku merupakan gaya baru, dimana mungkin dia kemarin ke salon dan memotong rambutnya sedikit lebih pendek dan mewarnai rambutnya, dimana sebelumnya rambutnya berwarna hitam berkilat sekarang menjadi warna kecoklatan. Terlihat pacarku saat itu habis mandi, karena masih ada tanda rambut habis basah dan sepertinya kering karena hair dryer.

Aku mencoba menelpon Riska saat itu, kulihat HP Riska berdering dan langsung disambar oleh rudi, kulihat Rudi memperhatikan nama yang tampil di layar HP Riska.

“Dari cowokmu ni” kata Rudi sambil menunjukkan layar HP ke arah Riska.

“Gak usah diangkat, taruh aja Rud” jawab Riska.

Akupun geram mendengar kata-kata riska, ternyata dia tau kalo aku mencoba menghubunginya berkali-kali tapi dia malah tidak peduli.

“Kali aja penting loh, ada rencana ya?” ucap Rudi.

“Ada sih, dia ngajak aku liburan gitu deh” Riska bicara sambil mengangkat kedua bahunya.

“Yaudah sana pulang aja, tar gampang aku bilang sama andi kalo kamu ada urusan mendadakk” tawar Rudi kepada Riska.

“Tapi kan kamu baru dateng rudiiii” jawab Riska gemas sambil mencubit kedua pipi Rudi.

“Ya gapapa kan ada ini yang nemenin aku” kata Rudi menyambar botol minuman keras, sambil kembali memainkan ujung rambut Riska.

“oh jadi lebih milih ditemenin botol ini daripada ditemenin aku?” riska bertanya mengejek rudi, sambil jarinya dia tempelkan ke ujung botol itu sambil pandangan matanya menatap botol itu, pinggiran lubang botol itu dia telusuri dengan ujung jarinya dan pandangannya berubah ke selangkangan Rudi sebentar, kemudian menatap mata Rudi.

Sejurus kemudian Riska merebut botol itu dari tangan Rudi, kemudian dia mendekatkan botol itu ke wajah Rudi. Matanya menatap tajam wajah Rudi. Kemudian kulihat Riska mencondongkan wajahnya ke botol itu.

“Masih yakin mau ditemenin botol ini? Kalo diginiin gimana?” kata Riska sambil menjulurkan lidahnya ke ujung botol itu, kulihat dia menjilati botol itu.

Rudi terkekeh melihat tingkah Riska, kemudian dia memajukan duduknya, dia menggapai pantat Riska yang masih dibalut oleh kimononya.

“Semalem dahsyat gak sama andi?” kata Rudi sambil mengelusi pantat Riska dari luar.

“Biasa aja sih, kaya biasanya, tapi biasanya kan emang enak kalo main sama dia, enak banget malah. Hhihi” kata Riska sambil menengguk minuman dari botol yang daritadi dia mainkan.

“main anal gak?” kata Rudi sambil dia mengelus paha Riska dan menggeser naik keatas tepian bawah kimono Riska.

“Enggak Rud, kan perjanjiannya boleh main anal kalo udah disetujuin kamuhhh” jawab riska sambil mendesah karena aku lihat Rudi mengelusi belahan vagina Riska.

Baru aku tahu kenapa Riska melarang aku memainkan abus dia, ternyata dia punya perjanjian harus ada kesepakatan dari Rudi, tapi aku ini kan pacarnya? Aaaaaahhhhhh, seruku dalam hati. Aku tidak habis pikir memikirkan apa yang ada dipikiran Riska kini.

“Gak enak nih ris kalo minum gak ada cemilannya, itu orang didepan jualan apa sih?” kata Rudi yang mulai membetulkan posisi duduknya hingga normal.

Rudi memang tipe orang yang kalem, mungkin hal ini yang membuat Riska jadi gemas sama dia dan ingin menunjukkan kalo Rudi bisa dia taklukkan, walaupun mungkin akhirnya malah Riska yang takluk sama Rudi, tentunya lewat andi.

“Oh itu jualan gorengan gitu deh kayaknya, mau beli?” jawab Riska.

“Yaudah beliin dong, kamu ada duit kan? Duitku abis dipinjem sama andi ni buat buat bayar hutang kalah taruhan bola itu” ujar Rudi kalem.

“Dasar emang itu anak, gali lubang tutup lubang gara-gara taruhan bola, liat aja banyak barang dia udah digadai” jawab Riska sambil geleng-geleng

“Iya emang tu dia, laptop satu-satunya mainan dia aja dia jual, gila memang” Rudi berkata sambil gemas karena kelakuan sahabatnya itu

“iya kan dia jadi gak punya mainan, makanya sekarang bisanya cuma mainin aku aja hihi. Yaudah aku pake baju dulu ya” Riska mencoba bangkit, tapi tangannya ditahan oleh Rudi.

“Ngapain? Udah pake gitu aja belinya” Rudi menatap wajah Riska.

“gak mau ah, risih diliatin orang nanti” protes Riska.

“Riska, kamu itu cantik, seksi, kasih lah dikit pemandangan buat bapaknya itu dulu jaman mudanya gak pernah liat yang seksi gini” rudi tersenyum

“aduh, tapi kan..hmmmhh” ucapan Riska terhenti saat Rudi tiba-tiba menciumnya.

“Udah gapapa, cewek itu suka kalo ada orang kagum, kamu itu seksi Ris, kamu coba deh sekali ini rasain sensasinya tampil seksi diluar, kamu pasti jadi horni deh, udah coba aja” Rudi mencoba meyakinkan Riska.

“mm, yaudah deh aku coba” Riska terlihat sebenarnya ingin membantah, tapi kulihat akhirnya dia menyerah. Kulihat senyum berkembang di wajah Rudi.

“Yaudah aku ambil dompet dulu” Riska bergegas, tapi ditahan oleh Rudi.

“Tunggu, harus diginiin dulu” ujar Rudi menahan Riska, kemudian dia sedikit melonggarkan tali kimono Riska, kemudian menarik yang bagian atas sehingga bagian dada Riska semakin longgar.

“Tapi nanti tetek aku keliatan dong Rud?” Riska kembali mencoba protes.

“Gapapa, kasih lah rejeki dikit. Nikmatin aja sensasinya, aku kasih waktu kamu 15 menit disana, sebelum itu jangan balik kesini, kalo horni jangan lupa jadi nakal ya” Rudi memandang Riska yang menuju tasnya hendak mengambil dompet.

Mengetahui rencana itu, aku pun mengendap-endap melipir ke arah bagian samping kos Andi. Walaupun kos ini terletak dipojokan tetapi masih ada akses jalan penghubung antar kelurahan, tetapi bagian samping dan belakang banyak pohon yang rimbun, sehingga menguntungkan pengintip seperti aku.

Beberapa saat kemudian aku lihat Riska keluar dari kos tersebut, kulihat kumononya sangat seksi, karena memang bagian bawahnya pendek, apalagi tadi sudah ditarik bagian atasnya oleh Rudi, sehingga makin terangkatlah bagian bawahnya itu. Saat akan menyeberang aku lihat Riska tengak-tengok, saat dia menengok aku lihat bibir dia memerah tebal, sangat eksotis sekali.

Seorang gadis cantik, tinggi, ranbut kecoklatan, bibir merah tebal dan mengenakan kimono yang seksi berada di pinggir jalan, serasa hidup di dunia fantasi porno. Tapi itu sangat nyata dan terjadi saat ini. Kulihat Riska telah berhasil menyeberangi jalan itu kemudian mendekat ke gerobak permanen milik penjual gorengan itu.

Terlihat Riska mencoba menutupi rasa malunya dengan memainkan ujung rambutnya,tapi sialnya hal itu malah membuat dia semakin terlihat seksi.

Kulihat dia mencoba ngobrol dengan penjual gorengan dengan senyum malu-malu, seperti rata-rata gerobak yang mempunyai gagang untuk mendorong, posisi Riska sekarang berada disitu seolah dia sedang hendak mendorong gerobak itu, tapi dia gunakan itu sebagai mainan seperti kadang dia mencoba mengangkat tubuhnya dengan pegangan di gagang tersebut, karena posisi pegangan tersebut maka pastinya saat dia pegangan itu kimono bagian atasnya melebar dan pasti jadi santapan mata penjual gorengan itu.

Tak lama berselang datang lelaki tinggi besar dengan badan gelap, tangannya bertatoo datang sepertinya untuk membeli gorengan, dia sempat terlihat kaget saat menyadari keberadaan Riska disitu, itu dilihat dari gesture lelaki tersebut dimana punggungnya agak kebelakang sambil wajahnya lurus kedepan, melihat itu Riska justru memberikan senyum manis sambil sepertinya menyapa lelaki tersebut. Kulihat lelaki itu berjalan ke sebelah samping pacarku, kulihat mereka berbincang.

Perbincangan mereka terlihat sangat seru, waktu 15 menit yang diberikan Rudi sepertinya sudah selesai, tapi kulihat Riska masih mengobrol dengan lelaki tersebut, bahkan kadang Riska seperti tidak sengaja memajukan salah satu kakinya, tentu hal nini menyebabkan kimono bagian bawahnya tersingkap dan aku yakin lelaki itu menyadarinya karena kulihat dari jakunnya dia seperti menelan ludah. Setelah beberapa lama kulihat Riska mulai kembali ke dalam kos, akupun kembali ke posisi awal tadi aku mengintip.

“Betah banget diluar kamu Ris?” ejek Rudi.

“iya tadi diajak ngobrol dulu sama bapak-bapak serem, hiiiih” jawab riska sambil seolah bergidik ngeri.

“Gak takut apa sama yang serem-serem?” tanya Rudi kalem.

“justru karena dia aku jadi tertantang Rud, gimana kalo orang seserem dia bisa aku taklukin hihi” jawab Riska

“emang bisa naklukin dia kamu? Yang ada malah dimakan kamu” rudi sedikit mengejek.

“yee kamu gatau sih gimana dia tadi curi-curi liat tetek aku, tau dia lagi curi-curi pandang ya aku buka aja sekalian, eh dianya malang buang muka, kan pengecut hiihi” ujar Riska bangga.

“berart hebatan aku dong ya bisa liat tetek ini sepuasnya” ujar rudi sambil mencubit payudara Riska.

“aw, iya hebatan Rudi deh, tau gak Rud, pas dia curi pandang paha aku, aku tunjukin aja sekalan paha sama celana dalemku sekalian hiihihi” Riska cengengesan

“Tuh kan aku bilang juga apa, kamu pasti suka deh” Rudi bersemangat.

“iya Rud, tadi aku nyesel, kenapa gak sekalian aja aku gak pake celana dalem biar kaget tu orang serem, jantungan deh dia nantinya hiiihihii” Riska cengengesan.

“yaudah tunjukin aja Ris” kata Rudi sambil mencium Riska dan mendorongnya kearah pintu, tapi riska agak menahan.

“dari sini aja Ris, dari balik kaca, gelap ini kacanya kan?” Rudi membalikkan badan Riska menghadap kaca, sambil dia ciumin tengkuk Riska dari belakang.

“ahhhh Rud” desah Riska.

“Kamu godain dia dari sini, aku pengen liat dari belakang, goda dia sayang” ujar rudi sambil dia berjingkat mundur dan kemudian duduk.

Kulihat Riska menghadap kekaca sambil meremas payudaranya dan bergoyang-goyang seperti orang striptease, akupun bingung kapan riska mempelajari goyangan tersebut.

“Godain apa kaya gitu?suaranya mana? Panggil dia, rayu dia gitu” protes rudi.

“Hmmmm ah pak, tadi bapak pengen liat tetek Riska kan pak? Ini Riska kasih lihat pak” Riska berbicara dengan kaca didepannya, aku tahu maksud yang dia bicarakan adalah orang yang ada dibalik kaca tersebut, diseberang jalan.

“tempelin ke kaca putingnya, gesek-gesekin bayangin lagi di elus dia” perintah Rudi.

Kulihat Riska maju kedepan dan menempelkan putingnya dikaca, kemdian dia menekan-nekan payudaranya ke kaca.

“aahhh pak, Riska enak banget pak diginiin, remes terus pak tetek riska” kata riska.

Cklekk, tiba-tiba lampu dinyalakan, Riska kaget dan melirik ke arah Rudi sebagai tanda protes.

“Udah nikmatin aja, kan kacanya gelap lagian siapa sih yang iseng nengok kesini?” rudi tersenyum.

Aku penasaran akupun turun kemudian mengendap untuk mencari posisi view yang tepat, kulihat kaca itu memang gelap tapi karena lampunya yang terang maka masih tercetak bentuk sesuatu yang ada didekat kaca itu. Aku melihat Riska dengan kulitnya yang mulus berada dibalik kaca, walaupun tidak terlihat jelas, tapi bahkan akupun bisa melihat payudara yang terjepit dan putingnya yang sedang digesek-gesekan ke kaca.

Aku melirik ke arah lelaki yang tadi ada di penjual gorengan, dia sudah naik ke motor tapi dia melirik ke arah jendela kos andi dan dia terlihat turun dari motornya dan menyeberangi jalan. Aku terus awasi lelaki tersebut, sepertinya dia ingin memastikan apa yang dia lihat, dia berhenti di depan gerbang. Aku memutuskan untuk kembali ke tempat awal.

“Rud, bapak itu masuk ke halaman ini, matiin lampunya” Pinta Riska tapi dia tidak menghentikan aktivitasnya di depan kaca.

“Ahhh, bapak mau lihat yang jelas ya tetek Riska? Sini aja pak essstttttt” Riska mendesah, aku tidak tau apakah bapak itu mendengarnya atau tidak.

Aku lihat Riska kembali memajukan badannya ke kaca, kalau tadi dia sempat mundur dan meremas payudara menggunakan tangan, sekarang dia kembali menempelkan payudaranya dikaca sambil tatapan matanya menatap pada satu titik. Aku terkejut saat melihat bayang bayang manusia dibalik pintu, aku lihat bayangan itu semakin membesar. Dan dugaanku benar ternyata bapak itu sudah berada didepan kaca.

“iihh bapaknya niat banget kesini? Riska nafsuin kan pak?” ujar riska sambil payudaranya semakin ditekan ke kaca.

“Bapak mau lihat memek Riska gak? Ini Riska kasih liat, tapi janji ya lihat aja” Riska mulai mengelus pantatnya, kemudian dia menurunkan celana dalamnya. Kulihat bapak itu menelan ludah.

Kulihat Riska tiba-tiba mundur dan mengambil kimono dan menaikan celana dalamnya dan kemudian memakainya lagi kimononya. Terdengar keributan di luar kos dan kudengar beberapa kali suara aduh aduh ampun. Beberapa saat kemudian pintu dibuka Rudi, masuklah andi sambil wajahnya kelihatan meredam emosi.

“Ngapain si bangsat itu depan kos ini?” tnya andi emosi

“Selow bro, emang kenapa dengan orang itu?” selidik Rudi.

“Anjing itu udah nipu aku, dia salah kasih por-poran liga, makanya sekarang aku habis-habisan gini, anjing babi!” maki andi.

“Selow bro selow, tadi dia cuma dikasih sedikit pertunjukkan kok sama si Riska”ucap Rudi

“Oh mana Riska? Ni aku bawain makanan buat kalian, yaudah aku jalan dulu ya, pinjem motormu lagi ya Rud” Ucap andi buru-buru.

“Lagi dikamar mandi tu kayaknya dia, gak nunggu dia?” Tanya Rudi kalem.

“Gak usah, sibuk aku” Jawab Andi sambil berjalan keluar.

BRAK!!! Suara pintu dibanting........................

Lanjut ke halaman berikutnya...



Kejadian yang sangat mendebarkan dan menggairahkan itupun membuatku horni dan aku melakukan onani, kemudian aku berejakulasi dan aku terduduk lemas di tanah. Sungguh sangat seksi sekali tadi Riska meliukan badannya saat menggoda bapak tadi, aku yakin bapak tadi pasti akan beronani juga saat sudah sampai rumahnya.

Sekitar 15 menit aku terduduk, terdengar suara dari arah dalam seperti pintu dibuka, akupun mulai kembali ke posisi mengintai. Aku mulai berdiri dan naik keatas sebuah batu yang kujadikan pijakan untuk dapat mencapai pada lubang angin yang agak tinggi itu.

“Lama banget ngapain aja di dalem?” tanya Rudi.

“Ya nggak ngapa-ngapain sih cuma mainin air aja buat ademin ni kepala” jawab Riska enteng sambil menghempaskan pantatnya ke samping Rudi, kemudian dia menyalakan sebatang rokok.
Riska masih mengenakan kimononya yang tadi dia pakai, sepertinya dia sedang malas ganti baju.

“Tu Andi bawain makan buat kita. Bapak tadi tu musuh Andi ternyata, dia pernah ngasih por-poran bola yang salah jadi si Andi rugi banyak katanya haha” Ujar Rudi sambil menunjuk ke bungkusan yang ada di meja.

“Oh iya dia pernah cerita ke aku kalah taruhan gara-gara ditipu temennya waktu judi bola gitu, dia kalah 8 juta. Yaudah karna kasian aku kasihin aja kalungku buat dia jual, tapi cuma laku 4 juta, makanya dia bingung cari 4 juta lagi tu” Ujar Riska sambil mengambil dan membuka bungkusan itu.

"Ya itulah kalo cowo bodoh ya gitu deh, aku gak laper, kamu makan duluan aja” Ujar rudi sambil mengambil sebuah lolipop dan membuka bungkusnya kemudian memasukannya ke mulut.

“Rudiiii, itu kan permen aku, sini balikin” Protes Riska melihat permennya dilahap oleh Rudi.

“Gak ah kan udah buat aku, tapi kalo mau ya udah ini rasain sendiri”Senyum rudi sambil dia mengoleskan lolipop itu bibirnya. Kemudian lolipop itu dia sembunyikan dibalik badannya.

Kulihat tangan Riska menarik kepala Rudi kemudian dia mencium bibirnya, ciuman mereka terjadi lumayan lama dan kemudian saling membelai tubuh masing-masing.

Terlihat sangat sensual sekali dimana sambil berciuman tangan kanan Riska meremas kepala Rudi sementara tangan kirinya masih mengapit rokok. Dengan ciuman yang lama itu aku yakin rasa dari lolipop itupun pasti sudah hambar.

Tangan Rudi yang tadinya menyembunyikan lolipop itu kemudian dia keluarkan, lalu tangan yang masih memegang lolipop itu dia arahkan ke depan wajah mereka, aku tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan.

Kemudian aku lihat lolipop itu sedang diarahkan turun dan kulihat kepala Riska seperti terhipnotis mengikuti lolipop itu.
Lolipop itu meluncur turun, kemudian aku lihat kulihat rudi mengoleskan lolipop itu di sekitar puting susunya sendiri. Kepala Riskapun langsung menghampiri dan sepertinya dia sedang memainkan puting Rudi dengan mulutnya.

Kulihat Rudi mulai menurunkan lagi lolipop itu kebawah dan diusap-usap keperutnya dan diikuti dengan Riska yang mulai terlihat antara menciumi atau menjilati penisnya, karna tidak terlalu jelas dari posisiku.

Kemudian Rudi menurunkan lolipop itu kembali dan masih diikuti oleh kepala Riska, dia terus menurunkan pelan-pelan lolipop itu hingga ke tepian kolor celananya, tapi saat sampai situ kulihat Rudi dengan cepat menarik lolipopnya dan kemudian kembali mulutnya melahap lolipop itu.

Tetapi yang membuatku kaget kepala Riska gak mengikuti lolipop itu melainkan tangannya masuk kedalam kolor itu kemudian menurunkan kolor itu sehingga tersembulah penis Rudi yang sudah menegang.

“hihi, udah berdiri gagah ternyata” Riska terkekeh sambil tangannya mengurut penis itu naik turun, kemudian dia majukan kepalanya untuk melumat penis itu.

Tapi kemudian kulihat Rudi menahan kepalanya dan menarik kepala riska keatas dan kemudian dia melumat mulut Riska. Sambil berciuman kulihat Rudi melepas tali kimono yang digunakan Riska, kemudian lolipop yang dipegangnya dia tempelkan di ujung puting Riska, kemudian dia gesek-gesekan lolipop tersebut sehingga membuat Riska kelonjotan.

Disela-sela ciuman dan mengerjai puting payudara Riska, kudengar dia menyuruh Riska untuk membuka lebar pahanya, Riska menurut saja membuka pahanya lebar bahkan kemudian dengan memiringkan tubuhnya dan menaikkan kakinya yang daritadi menjuntai dilantai dia naikkan ke kursi, sehingga sekarang sangat lebar kakinya membuka.

Dengan posisi dia yang seperti itu aku dapat melihat bagian depan celana dalamnya yang tipis itu, tapi itu bukan hanya tipis melainkan lebih ke tembus pandang! Karena aku dapat dengan jelas melihat belahan vagina pacarku bahan dapat kulihat noda-noda lembabnya.

Tangan andi yang memegang lolipop yang tadinya sibuk mengerjai putingnya kemudian dia julurkan turun menuju vagina Riska, mereka terus melanjutkan lumatan bibir mereka.

Lolipop itu sudah ada didepan vagina Riska yang kemudian langsung Rudi tempelkan ke Celana dalamnya, kemudian dia seperti menekan-nekan lolipop tersebut sehingga membuat Riska terlonjak-lonjak. Kemudian kulihat dia menyelipkan lolipop tersebut kebawah vagina Riska, sehingga sekarang Riska menduduki lolipop yang tepat dibawah vaginanya tetapi masih terhalang celana dalamnya.

Akhirnya Rudi mengambil lolipop itu dan kemudian dia suapkan ke mulut Riska, riska pun menyambut lolipop itu dengan melahapnya kemudian dia tersenyum manis ke arah Rudi.

“Lepas aja CD kamu itu” perintah Rudi.

Riska pun berdiri dengan lolipop masih berada di mulutnya, dia kemudian menurunkan celana dalamnya.

Entah untuk keberapa kalinya aku dibuat terkejut, karena sekarang kulihat vagina dia sangat bersih dan tanpa rambut. Aku tadi tidak melihatnya saat dia menggoda bapak-bapak tadi karena memang posisinya membelakangiku, saat dia lari terburu-buru karena melihat kedatangan Andi pun dia berlari sambil menutupi vaginanya.
Terlihat Riska menaruh lututnya di kursi dan dengan merangkak di sofa dia mulai mendekati Rudi, Rudi lalu menarik lolipop dari mulut risa.

“Sebagai pembalasan yang tadi, sekarang kamu tempelkan lolipop ini di bagian manapun di tubuh kamu, dan aku akan mengikutinya sambil menjilatinya” jawab andi menawarkan sendiri balas jasanya kepada Riska dan kemudian dia memberikan lolipop itu ke Riska.

Awalnya Riska kembali melahap lolipop itu yang diikuti dengan serangan Rudi terhadap mulutnya, mereka berpagutan sangat mesra sekali aku lihat walaupun aku lihat masih sedikit terganggu karena masih ada gagang lolipop. Kemudian Riska mengeluarkan lolipop itu dari mulutnya yang kemudian diikuti oleh pandangan dari ekor mata Rudi, Riska menempelkan lolipop itu di pipinya dan direspon Rudi dengan mencium dan menjilati puting Riska. artseks.com

Riska menggerakan kepalanya sehingga rambutnya bergerak beralih terkumpul satu sisi, lolipop itu pelan pelan dia arahkan ke telinga dia yang sudah terbebas dari rambutnya yang sudah terkumpul di bagian lain sisi kepalanya, Rudi sangat rakus melahap telinga Riska yang di sahuti dengan desahan dari Riska, lolipop itu bergerak ke arah leher Riska dan tentu saja Rudi tau apa yang harus dilakukannya, kemudian berlanjut ke payudara Riska dan disitu Riska menahan agak lama lolipop tersebut.

Setelah lama terparkir di payudaranya, Riska mengarahkan lolipop itu kepunggungnya yang tentu saja langsung dilahap oleh Rudi.punggung tersebut dilanjutkan dengan Riska mengarahkan turun lolipop itu seperti mengarahkan ke vaginanya, tapi baru sampai bawah pusar Riska langsung menarik lolipop itu kemulutnya, melihat itu Rudi dengan cepat memagut mulut Riska, Riska seperti kelabakan menerima serangan Rudi di mulutnya.

Aku lihat Riska mulai menggerakan lolipop itu menyusuri tubuhnya. Riska kembali menempatkan lolipop itu dimana tadi dia tempatkan sebelum dia melahapnya, terlihat dia mulai menggerakan lolipop itu menyusuri tubuhnya, tapi aku lihat dia gak mengarahkan ke vaginanya melainka anusnya, dia oles-oleskan lolipop itu disekitar lubang anusnya yang diikuti oleh jilatan lidah Rudi.

“ouhhmmhh, Rudi curang, ah, tadi kan walaupun rudi maem lolipopnya tapi Riska tetep maem kontolnya Rudi kok uhhhhhh” Erang Riska saat memaikan lolipop yang sudah mulai agak mengecil itu di liang anusnya.

“elllll, back to the rule, babe” ucap Rudi sambil menjilati anus Riska dari arah atas.
Riska mulai menurunkan lolipop itu ke arah vaginanya, dia putari labia mayoranya dengan lolipop itu yang langsung dijilati Rudi dari arah samping. Riska menggesek-gesekan lolipop itu dibelahan vaginanya.

Kulihat Rudi agak pegal karena dari tadi kepalanya tidak bisa tegak dia mulai berdiri seperti hendak meluruskan kepalanya.

“Rudi kenapa berhenti sih, kan bagian sini belum, bagian dalemnya dong sayanghhh” Protes Riska saat Rudi melepas jilatanya dan hendak berdiri, terlihat lolipop itu terbenam di dalam vagina pacarku itu.

Rudi menepis tangan Riska hingga pegangan dia di gagang lolipop itu terlepas, kemudian rudi menyambar gagangnya dan kulihat dia seperti memaju mundurkan gagangnya beberapa kali sebelum akhirnya dikeluarkan lolipop itu dari vagina pacarku. Kemudian Rudi mengambil posisi dibelakang Riska dan mulailah dia memasukkan penisnya kedalam vaginanya, terlihat lolipop itu terjatuh kelantai, Rudi membungkuk untuk mengambil lolipop itu, kulihat dia menyorongkan lolipop itu ke mulut pacarku.

“mmmmmmm, gak mau ah Rudii, kan jorok abis kena anus sama memek Riska” tolak Riska sambil mengatupkan kedua bibirnya dan menggeleng.

“uhhhhh, ah kemarin aja kamu mau kok hisap kontolku sama Andi, padahal sama aja itu bekas anus sama memek kamu” paksa Rudi sambil menahan kepala Riska dan memaksanya untuk membuka mulut.

Riska akhirnya menyerah, dia buka mulutnya dan membiarkan lolipop itu masuk ke mulutnya sambil dahi dia berkerut seperti orang menahan mual. Rudi masih dalam posisi yang sama yaitu tangan kanannya menahan kepala Riska dan tangan kirinya memegang lolipop, bedanya sekarang lolipop sudah berada di mulut Riska.

Rudi melepaskan penisnya dari vagina pacarku, kemudian dia duduk bersandar di sofa, Riska yang tadi terduduk melepaskan lolipop dari mulutnya dan meletakannya di meja, kemudian dia bangkit dan mulai naik ke badan rudi, dia pelan menurunkan badannya hingga menempelkan vaginanya di penis Rudi, pelan dia turunkan badannya hingga kepala penis Rudi terbenam di vaginanya, tapi tiba-tiba rudi menahannya.

“tunggu, aku gamau lanjutkan kalo kamu gak sambil emut lolipop” ujar Rudi sambil tangannya menahan pantat Riska

“ouhhh, Rudi tega banget sihhhh” Riska berkata sambil menoleh kebelakang melihat lolipop yang terletak di meja yang dibelakanginya. Kemudian badan dia melengkung kebelakang berusaha menggapai lolipop tersebut.

Saat badan Riska mulai melengkung untuk lebih mudah menggapai lolipop itu, tiba-tiba Rudi menghujamkan penisnya dalam-dalam hingga membuat Riska berteriak kaget, tapi saat Riska menegakan badannya dan berusaha untuk memeluk rudi, kulihat Rudi kembali menghentikan gerakannya.

Sebal karena dia sadar sedang dipermainkan, akhirnya dengan cepat dia melengkungkan badannya ke belakang dan dengan cepat menyambar lolipop itu dan langsung melahapnya sambil pantatnya mengimbangi gerakan cepat pantat Rudi.

“udah puas?” kata riska sambil menyunggingkan senyum menggoda sambil tangan kirinya memainkan gagang lolipop itu, seperti sedang memutar lolipop itu di mulutnya.

“udah dong, bayangin aja itu kontol Andi hos hos” jawab Rudi sambil memompa cepat vagina Riska

“beda dong uhhmmm, kalo punya Andi kan gak manis kaya ini” jawab Riska yang berusaha mengimbangi pompaan Rudi

“Yaudah kasih yang asin-asin aja dikit tu permenmu” balas Rudi

“oouuhhh Rud, gimana emang caranya?” Tanya Riska yang sedang keenakan.
Rudi kemudian melepas penisnya dari vagina pacarku.

“kasih cairan ini aja mmm asin” kata Rudi sambil telunjuknya menyeruak ke vagina riska kemudian menghisap jarinya.

Riska melotot, tapi kulihat dia mengambil lolipop itu dari mulutnya kemudian megarahkan turun ke vaginanya, Pantat riska kemudian sedikit maju mundur yang direspon dengan senyum oleh Rudi. Kemudian Riska kembali melahap lolipop itu dan menurunkan badannya hingga penis Rudi kembali terbenam.

Baru beberapa pompaan kulihat Riska terlonjak dan berdiri sambil melenguh “UUUNNGGGHHH’ dan kulihat cairan memancur dari vaginanya dan membasahi paha dan penis Rudi, kudengar bunyi kletak yang aku yakin Riska sudah menghancurkan lolipop di dalam mulutnya dengan giginya. Tangan dia terlihat mencengkeram bahu Rudi.

Setelah orgasmenya mereda, Riska menurunkan kembali badannya, saat vaginanya sudah dekat dengan penis Rudi, Rudi langsung mendorongnya ke belakang hingga pinggul dia membentur pinggiran meja, terdengar suara mengaduh tapi Rudi tidak peduli dan dia menjambak rambut Riska kemudian mengarahkan wajahnya kedepan penisnya, Riska pun langsung melumat penis itu, penis yang basah karena cairan kewanitaannya, terdengar suara sruuup sruupp yang berasal dari hisapan dia, kulihat beberapa kali Riska juga menjilati dan menghisap paha Rudi yang basah karena cairan kewanitaannya, akhirnya Rudipun berejakulasi didalam mulut Riska yang langsung Riska hisap hingga rudi sedikit mengerang karena linu.

Setelah itu riska naik ke sofa dan bersandar di pundak Rudi

“Gimana tadi, seru kan?” tanya Rudi.

“iya Rud seru banget hehe” jawab riska sambil memeluk Rudi

“Tadi pengalaman pamerin tubuh ke orang lain gimana? Kamu suka? Jadi horni kan? Buktinya kamu jadi tambah nakal gini” Rudi bertanya seperti menginterogasi

“Iya aku jadi horni gara-gara liat tadi orang curi pandang ke aku, rasanya gimana gituu. Aku nakal kan karna diajarin kalian, mana ada dulu aku gini” jawab Riska sambil mempererat pelukannya ke Rudi seperti orang gemas kemudian dia membenamkan kepalanya ke dada rudi dan meringkuk.

“yaudah, kapan-kapan aku ajarin yang lebih nakal dan menantang ya, kamu mau kan?

Riska gak menjawab tapi kulihat dia menganggukkan kepalanya. Melihat riska yang sepertinya hendak tidur, Rudi kemudian mengelus kepalanya kemudian memeluknya.

Melihat mereka tertidur, akupun memutuskan untuk pulang saja.

Setelah sampai dirumah pikiranku jadi kacau, apa ini yang namanya berselingkuh? Di khianati? Aku pikir mereka awalnya berhubungan hanya karena hubungan badan saja, tapi melihat apa yang terjadi setelah mereka puas berhubungan badan aku rasa tidak mungkin tidak timbul perasaan dalam hubungan mereka, karena aku lihat begitu nyamannya Riska meringkuk dalam pelukan Rudi itu.

Bagaimanapun aku harus memisahkan mereka, bagaimanapun caranya. Aku melihat bayanganku di cermin, hatiku jadi sakit sekali menyadari orang yang ada di cermin adalah pecundang yang tidak berdaya melihat semua pengkhianatan, emosiku pun sangat memuncak.

PRANG!!!!!!! Aduhhh!!!!!

Lanjut ke halaman berikutnya...



“Sayang bangun sayang, aduh kenapa ini? Sayang gapapa kan?” Riska membangunkanku dengan wajah panik.

“Auw, iya udah bangun ni” jawabku setelah merasa nyeri di tangan kananku yang sekarang sedang diangkat Riska.

“Ayo sekarang ke rumah sakit, pokoknya ayo. Mana kunci mobilmu?” Riska dengan panik mencari kunci mobilku. Setelah ketemu yang dicarinya, dia mengambilnya kemudian menarik tubuhku.

Ya, aku semalam telah memukul kaca di lemari kamar kosku karena aku sangat emosi sekali memandang wajah pecundang yang tidak berdaya melihat pengkhianatan pacarnya sendiri, walaupun terasa perih tanganku semalam tapi rasa itu teralihkan atau mungkin rasa perihnya tidak sebanding dengan rasa sakit hatiku, yang akhirnya aku membenamkan kepalaku di bantal dan aku tertidur.

Aku sampai tidak tahu kalau semalam Riska berkali-kali menelepon aku dan mengirimkan BBM yang isinya meminta maaf gak bisa nepatin janjinya dengan alasan Rani minta tolong dia untuk menemani ke kampung Rani karena ada keperluan, dan di pesan tersebut juga dia bilang bahwa sekarang dia baru sampai kos dan pengen langsung tidur karena kelelahan nemenin Rani pulang kampung. Bagaimana mungkin aku percaya alibi dia? Kan aku juga sempet nelpon Rani saat aku lagi cari Riska, aku cuma tersenyum saja baca pesan dari dia. Aku baru sempat baca BBM dia saat di dalam mobil.

Selama di jalan Riska fokus mengendarai mobilku, hingga kamipun tenggelam dengan aktivitas masing-masing. Riska mengendarai mobilku dengan ngebut, kulihat dengan lincahnya dia mengambil sela-sela yang ada diantara kendaraan lainnya hanya dengan bermodal klakson, lampu dim dan lampu sign dia berhasil berkelak-kelok menembus jalanan, hingga akhirnya kami sampai di rumah sakit terdekat.

Sesampainya di pintu UGD, mobilku langsung di cegat oleh beberapa perawat dan seorang dokter. Mereka membawa ranjang yang beroda dan sebuah kursi roda, tapi semua aku tolak dan aku memilih untuk berjalan sendiri saja. Riska terlihat terburu-buru mengarahkan mobilku ke parkiran dan dia terlihat masuk untukmengurus administrasi. Di dalam sebuah ruangan beberapa dokter dan perawat sibuk mengeluarkan serpihan kaca dari punggung tanganku dan setelah itu luka tersebut di jahit.

Sial, sekarang baru terasa betapa sakitnya ini tangan, batinku.

Setelah segala urusan administrasi selesai, kamipun pulang. Di dalam mobil, Riska dengan cerewet sekali memarahiku kenapa bisa sampai berbuat sebodoh itu. Tapi aku gak peduliin ocehannya itu, kuambil Hpku kemudian aku pasang headset dan kumainkan musik di Hpku dengan suara full. Beberapa saat kemudian kami sampai di kosku.

“kamu kenapa sih bisa bego banget pake acara pukul kaca segala?itu kan bahayain nyawa kamu. Siapa sih yang bikin kamu jengkel sampai kamu bisa gitu, kamu gak berani sama dia? Harusnya kamu datengin dia dong pukul dia, jangan jadi pengecut cuma berani pukul kaca!” Oceh Riska dengan wajah merah padam di dekat pintu kosku, kulihat air mata mengalir di sela-sela matanya yang dari tadi basah.

“Gapapa sayang, cuma aku lagi sebel aja sama temen kampusku yang udah ngerjain aku. Ya berani aja sih pukul dia, tapi kan aku juga jaga perasaan dia sebagai temen sayang” Jawabku tenang sambil sedikit tersenyum, agak mebingungkan juga sih ini aku tersenyum atau meringis karena rasa sakit ditanganku.

“Kemudian Riska mendekatiku yang sedang duduk diranjang, dia sedikit membungkukkan badannya dan kedua tangannya memegang pipiku.

“Yaudah, jangan diulangi lagi ya, aku gamau kamu sakit sayang” ujar Riska iba, kemudian sebuah ciuman mendarat di dahiku.

“Sayang, minggu depan kamu libur gak? Liburan yuk kita keluar kota gitu deh” tanyaku

“iya aku libur sayang, kan libur semester udah mulai minggu depan, ayok deh kita berlibur, eh emang KKN kamu udah selesai?” Riska terlihat sangat senang.

“Udah ah kamu belum saatnya ngomongin KKN, kampusmu kan gak ada KKN” Ejekku sambil menjulurkan lidahku.

“Eh ini anak malah pamer lidah ya, kalu aku sedot lidahnya baru tau rasa deh kamu sayang” balas Riska sambil diiringi tawa.

Liburan, ya itu yang aku pikirkan semalam sebagai usahaku menjauhkan Riska dari Andi dan Rudi, saat liburan nanti aku berniat melamarnya, aku pikir saat sudah ada cincin yang melingkar di jari manisnya tentu Riska akan menjaga ikatan suci ini.

Seminggu ini aku lewati dengan biasa saja, aku gak melakukan aktivitas mengintaiku seperti sebelum-sebelumnya, aku seperti sudah tidak peduli dengan itu semua. Tapi aku tetap memantau aktivitas Riska melalui telepon, dan tidak ada yang mencurigakan sama sekali aktivitas dari dia dan diapun malah makin sering datang ke kosku.

Hari ini adalah hari dimana aku dan Riska akan berlibur, kami akan menghabiskan waktu 2minggu untuk bersama agar lebih dekat satu sama lain. Kami akan berlibur di sebuah resort pantai yang ada di provinsi sebelah kami tinggal saat ini. Saat ini aku sedang menuju ke kos Riska.

Kulihat Riska sudah menunggu depan kosnya, kulihat dia mengenakan kaos ketat yang memetakan tekstur tubuh bagian atasnya, dan bawahanya dia mengenakan sebuah hotpants, disampingnya terlihat sebuah koper dan di punggungnya ada sebuah ransel.

“Maaf bu, ini ibu Riska yang mau minggat itu ya?” Ucapku ketika turun dari mobilku dan membungkuk bersikap seolah seorang supir yang bersiap mengantar majikannya.

“Aku ini bukan mau minggat, tapi mau di culik sama pak supir yang ganteng ini, aku rela kok pak. Hahaha” jawabnya sambil tertawa dan merentangkan kedua tangannya seperti memasrahkan tubuhnya untuk kuculik.

“Lagian kamu ini, mau liburan aja pakaian satu lemari dibawa semua, mana bawa koper sama ransel lagi, huh” ucapku sambil menggerutu.

“Ih sayang, aku kan gatau rencanamu kaya apa, jadi aku bawa aja koper sama ransel, ini tu tandanya aku siap mau kamu ajak liburan ala koper atau ransel” Riska beralibi sambil memanyunkan bibirnya, sungguh sangat menggemaskan melihat kelakuannya ini.

“Oh yaudah aku bawa masuk kamar aja kopernya, kita tidurnya di pom bensin kok nantinya” Kataku saat mengangkat kopernya dan pura-pura berjalan masuk ke halamn kosnya.

“Wuuu dasar pelit, yaudah masukin ke mobil aja kopernya, biarin deh nanti kalo kamu mau nginep di pom bensin gapapa, biar Riska nanti sewa hotel sendiri” Jawab Riska pura-pura kesal, aku jadi semakin gemas saja sama dia.

Akhirnya kamipun berangkat ke tujuan, waktu tempuh ke tempat tujuan sekitar 3 jam dari kota kami, di dalam mobilpun kami ngobro-ngobrol, mendengarkan musik sambil bernyanyi bersama. Hingga gak terasa kami sudah masuk ke lokasi wisata tersebut. Aku langsung menuju ke sebuah hotel yang dulunya sudah aku reservasi.

Saat check in di resepsionis, aku terkejut karena bertemu dengan teman sekolahku, aku sangat dekat dengan dia karena kami satu ekskul dan sering nongkrong bareng juga. Ajun, teman sekolahku yang sekarang sudah berbeda penampilannya, penampilannya sangat maskulin dan kulihat sekarang dia berkumis, aku sampai senyum sendiri bagaimana dia dulunya sangat anti dengan rambut yang tumbuh di atas bibirnya itu karena dia bilang akan terlihat lebih tua kalo tumbuh kumis.

Ajun ini sekarang sudah bekerja, karena dulu saat lulus SMA dia diterima di kampus kedinasan milik pemerintah. Dia bilang sedang ada kerjaan di daerah sini. Dia bilang akan disini selama 40 hari dan sudah 2 minggu disini, wah kebetulan dia bisa jadi temen kalo lagi bosan. Setelah aku mengenalkan dia dengan Riska kemudian aku dan Riska berjalan menuju kamar kami.

Malam harinya aku ajak Riska jalan-jalan disekitar hotel yang kami tempati, aku menjelaskan beberapa hal ke dia, kulihat dia menatapku dengan heran saat aku menjelaskannya, hal itu wajar saja karena aku memang belum pernah kesini tapi aku jelasin ke dia seolah-olah hafal betul tempat ini, padahal kan aku tau itu semua juga dari internet. Sebagai mahasiswa yang katanya merupakan kaum berpendidikan, tentu saja teknologi itu harus dimanfaatkan, ya salah satunya menggunakan teknologi untuk mencontek pas ujian.

Kami menghabiskan malam itu dengan jalan, makan, dan meminum beberapa bir kaleng, aku lihat juga Riska mampir ke sebuah toko dan kemudian membeli dua bungkus rokok, kemudian dia menyerahkan kepadaku sebungkus rokok dan satu bungkusnya dia masukkan ke dalam tas.

Aku kaget juga sebenarnya melihat dia jadi doyan minum bir dan sekarang dia berani membeli rokok di depanku. Tapi itu semua aku cuekin saja. Setelah agak jauh berjalan, akhirnya kami berhenti di sebuah taman bermain umum untuk sekedar istirahat, aku berjalan menuju ke mainan prosotan dan Riska berjalan mengikutiku, aku naik ke tangga prosotan dan Riska menghempakan pantatnya ke ayunan yang letaknya disamping prosotan tersebut.

“aku kalo lagi stress sama tugas kuliah emang suka ngerokok dikamar, maaf ya sayang aku baru ngasih tau” Ucapnya sambil menyalakan rokoknya kemudian dia hisap dalam-dalam. Dari cara menghisapnya aku yakin itu merupakan kebiasaan orang yang sudah terbiasa merokok.

“Oh jadi sekarang stress juga ni jalan sama akunya?’ ucapku menggodanya

“enggak sayang, aku pengen ngerasain aja sensasinya ngerokok kalo lagi bahagia, ternyata emang rokok itu teman segala suasana ya hihii” ucap riska sambil kulihat dia terkekeh.

“sayang sini deh, aku mau ngomong sesuatu yang penting” Ucapku sambil memasang muka serius tanpa beranjak dari tempat dudukku.

“Ih mau ngomong apa sih?” kata Riska sambil bangkit dan mendekatiku.

Karena memang perosotan ini untuk anak-anak jadi tidak terlalu tinggi, sambil membungkuk aku meraih tangan kiri Riska, kemudian aku elus punggung tangannya, aku mengambil sebuah benang di saku jaketku, kemudian ujung benang itu aku ikatkan di jari manis Riska.

Riska tampak heran melihat kelakuanku mengikat jari manisnya. Kemudian benang itu aku tarik dan kulihat tangan Riska juga tertarik ke atas. Kemudian aku mengambil sebuah cincin yang aku sembunyikan di saku jaket, aku perlihatkan cincin itu ke dia.

“Sayang, aku boleh jadi teman segala suasanamu gak? Kalo mau, pas aku lepasin benang ini dari tanganku, kamu harus tetap menahannya di posisi ini, tapi kalo kamu belum mau, kamu boleh turunin tangan kamu” Pintaku dengan muka serius. Riska tampak kaget dan mulutnya terbuka, tapi tangan kanannya dia angkat untuk menutupi mulutnya.

Aku lihat mata Riska berkaca-kaca, melihat itu nyaliku jadi ciut untuk melepaskan benang itu, jangan-jangan di hatinya sudah ada yang lain, entah Andi atau Rudi. Tapi sebagai sebagai seorang lelaki aku harus tetap melanjutkannya, apapun resikonya akan aku terima.

Setelah beberapa detik berpikir, akupun membulatkan hatiku untuk melepaskan benang tersebut, aku lepas dengan spontan. Saat itu waktu terasa begitu lambat, seperti di slowmotion saat benang itu terlepas akupun melihat tangan Riska bergerak perlahan untuk turun, menyadari itu saat melihat gerakan turunnya tangan Riska akupun merasa hatiku begitu sesak.

Tapi saat tangan itu belum sempat turun sempurna, aku lihat Riska mengangkat tangannya dengan cepat dan berusaha memposisikannya seperti saat tertarik benang tadi.

Melihat itu hatikupun terasa sangat senang kemudian dengan cepat aku tarik lagi benang itu hingga menjadi kembali tegang, kemudian aku masukan ujung benang yang aku aku pegang ke dalam lubang cincin dan kemudian aku melihat cincin itu meluncur menyusuri benang tersebut dan akhirnya cincin itu berhenti pas di jari manisnya.

Aku lihat Riska meneteskan air matanya dan dia mengembangkan senyum yang lebar. Akupun beranjak turun dari tempatku berdiri yang langsung disambut dengan pelukan erat oleh Riska.

“Makasih sayang buat kejutannya, aku seneng banget deh” ucapnya sambil membenamkan kepalanya didadaku.

“Iya sayang aku juga seneng banget, lega banget deh. Paling gak tu cincin jadi DP dulu, nanti bakal aku ganti jadi cincin kawin” Aku mengelus rambutnya, kemudian mengecup kepala dia.

“Wuu masa DP sih? Emangnya aku lagi kamu kredit ya? Eh tadi kamu bilang apa? Temen segala suasana ya? Emang kamu mau jadi rokok ya sayang?” ucap Riska sambil mendongakan kepalanya dan menatap mataku.

“hmm gimana ya, gpp deh jadi rokok, kaan udah sering di hisapin sama kamu juga” Ucapku kembali memasang mimik wajah serius.

“wuuuu dasar mesum ya, awas aja nanti aku isep sampe ngilu-ngilu” Riska memukul dadaku, kemudian kami tertawa bersama.

Malam itu kami bersetubuh dengan sangat liar, Riska juga terlihat semakin liar dan mulai keluar sifat manjanya yang dulu.




Hari ketiga aku terbangun agak siang, saat itu aku bangun karena aku merasakan ingin kencing. Saat aku akan ke kamar mandi, kulihat pintu kamar mandi tertutup, ingin aku ketuk pintunya tapi aku tahan karena aku dengar sama-samar suara Riska sedang berbicara, aku berpikir mungkin dia lagi mandi sambil nyanyi.

Tapi dari suaranya terdengar seperti orang ngobrol bukan orang nyanyi, beberapa saat kemudian aku dengar suara ckrik ckrik ckrik, suara seperto dia sedang memotret. Ah dasar cewek hobinya selfi, dikamar mandipun masih sempet-sempetnya selfie. Akhirnya aku ketuk juga pintunya dan bilang kalo aku kebelet.

“Wuuu gak sabaran banget sih sayangku ini” Ucap Riska saat keluar dari kamar mandi sambil memanyunkan bibirnya dan mencubit hidungku.

Wangi semerbak tercium saat dia keluar dari kamar mandi, akupun berkesimpulan dia habis mandi. Aku perhatikan dia yang sedang berjalan memunggungiku, dia saat itu menggunakan kimono yang waktu itu aku lihat saat sedang mengintip di kos Andi, kimono yang dia gunakan untuk menggoda bapak-bapak preman kroco musuh si Andi itu. Kulihat celana dalam merah terbayang dibalik kimono tersebut, sangat seksi memang.

Kulihat rambutnya yang tergerai. Ya ampun aku baru menyadari, rambut itu sudah kering, gak seperti rambut orang yang baru saja mandi dan gak sempat mengeringkan rambutnya karena pintunya sudah aku ketuk. Berarti Riska sudah selesai mandi dari tadi, tapi kenapa baru keluar sekarang. Ah gak mikir, yang penting aku harus menuntaskan hasrat buang air ini.

Kami habiskan hari itu dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan tapi juga melelahkan, pokonya kegiatan alam yang benar-benar menguras keringat kami. Bangga juga rasanya melihat Riska menjadi pusat perhatian orang, dimana banyak orang yang curi-curi pandang untuk melirik ke Riska.

Saat itu Riska mengenakan baju santai kaos ketat dan juga hotpants. Warna kaosnya yang berwarna kuning dipadu dengan kulitnya yang mulus sungguh sangat menarik sekali. Riska yang sadar dirinya jadi perhatian tampak mukanya memerah dan agak salah tingkah dia.

Sore harinya kami pulang ke hotel, karena hari ini sangat lelah dan berkeringat, Riska pun berlari mendahuluiku masuk ke kamar mandi untuk mandi. Aku cuma tersenyum melihat tingkahnya.

Saat masuk ke kamar aku lihat HP Riska tergeletak, akupun mengambilnya dan memainkannya, aku iseng-iseng membuka BBMnya dan aku lihat sepertinya dia sedang berBBM ria dengan Andi, aku baca isi BBMnya biasa saja aku arahkan aja kursornya keatas, agak penasaran juga waktu aku lihat beberapa tulisan “picture has been send” dan aku lihatada tulisan “file video has been send”.

Aku yang penasaran mulai membuka galery dia, saat aku membuka folder foto disitu tidak ada foto yang mencurigakan, akhirnya aku tutup folder itu dan aku buka folder video, aku mainkan video teratas, ternyata itu video dia yang tadi di pantai yang menampilkan indahnya pantai, aku pun meng close video itu dan beralih ke video kedua, aku mainkan video itu dan terdengar bunyi kresek-kresek dan kemudian video itu menampilkan gambar lantai kamar mandi, degg..

Aku pun terkaget, kemudian kameranya seperti diputar untuk menampilkan sudut dari kamar mandi itu. Kemudian sepertinya kamera itu diputar kembali dan sekarang terlihat wajah Riska pacarku sedang tersenyum sambil tangannya dihadapkan ke kamera sambil menunujkkan 2 jarinya seperti sedang memperlihatkan simbol peace.

Kemudian kamera itu bergerak tidak karuan, beberapa saat kemudian dia terlihat sudah mengenakan headset, lalu dia mulai berujar.

“Haii Andi sayang. Aku abis mandi loh, wangi deh deh ini” terlihat Riska berkata begitu sambil menghirup aroma tangannya.

“Kamu pasti kangen kan sama aku? Hihi, udah lama ya gak liat tetek ini? Kan kamu suka banget sama tetek aku.

Coba deh kamu kesini nanti aku kasih nenen deh” Riska telihat menunjukkan payudaranya, suara Riska itu pelan seperti tertahan, ditambah lagi suara gemericik air yang menyamarkan suaranya jika terdengar dari jauh.

“Ah tapi kamu kan sukanya malah remes-remes kaya gini, sukanya juga mainin putingku kayak gini kan ouhhh” Riska berbicara sambil mendemonstrasikan apa yang dia ucapkan itu.

“Pasti kamu sekarang ngaceng ya liat video ini? Pasti udah tegang banget deh ndi yahhhh” Riska terlihat memainkan payudaranya sendiri.

“Ndii, Riska pengen banget ni ndiii, biasanya kan andi suka ciumin memek Riska, geli banget tau sayang rasanya, apalagi kalo lidah kamu jilat-jilatin itil Riska, uhhhh gelli banget ndi tau gak sihhhh” Kulihat Riska memejamkan matanya, sambil mendesah-desah.

Kulihat tangan Riska sudah dibawah tapi aku gatau apa yang sedang dia lakuin, karena arah kamera masih mengarah ke wajahnya yang terlihat sangat keenakan.

“Eh lupa Andi belum liat memek Riska kan? Duh kasian, ini deh Riska kasih lihat ya memek Riska lagi diapain” Kulihat arah kamera sekarang mengclose-up vagina Riska.

“Nih ndi memek Riska udah basah banget, dari semalem bayangin kamu sih uhhh. Riska mainin jarinya di memek sambil bayang itu kontolnya Andi yah ouhhh” Jari telunjuk terlihat menyusup kedalam vagina Riska.

“kurang andi sayaaangghh, kurang enak. Riska tambahin satu lagi ya sayang uhhh hmmm” kulihat jari tengah Riska menyelusup juga ke dalam vaginanya.

“ouhh enak ndi, ahhh Riska tambahin aja deh jarinya biar rasanya sama kaya kalo lagi disodok kontolnya andihhhh ouhhhmmm” kulihat jari manis Riska juga menyusup menyusul kedua jari sebelumnya.

Aku agak sedikit lega karena melihat di jari manisnya yang menyelusup ke dalam vaginanya tidak melingkar cincin pemberian dariku. Paling tidak dia masih menghormati hubungan kami.

Kulihat dilayar arah kamera tidak lagi fokus vaginanya tapi malah ke arah kakinya, kudengar suara Riska mendesah-desah. Ah dia pasti sedang keenakan hingga tidak bisa fokus memegang HPnya. Setelah itu dia desahannya berkurang.

“Maaf ya ndi tadi gak fokus, abis enak banget sih bayanginnya. Duuuh bayangin aja enak apalagi beneran ya hihi, uh jadi pengi deh sayang” kulihat Riska agak sayu, tapi sempat juga dia terkekeh.Kulihat Riska seperti bangkit dari duduknya di kloset tadi, kemudian dia seperti berjalan, kemudian dia membalikkan badanya. Ternyata dia sudah berada di depan cermin dan kini sedang memunggunginya.

“Mau ini gak?” Ujar riska sambil mengelusi pantatnya, itu terlihat dari pantulan cahaya cermin. Dan kulihat tangannya menyusuri pantatnya dan kemudian kulihat telunjuknya sudah berada di lubang anusnya.

“Tapi Andi gak boleh make dulu ya, harushh ijin sama rudiihh duluhh ohh” kulihat telunjuknya pelan-pelan masuk ke anusnya. Dan dia mulai gerakan telunjuknya keluar masuk lubang anusnya.

“Uhhh uhhh nggghhh, Enak banget sayang, udah lama gak dimasukin soalnyahhhh” Pantat Riska terlihat ikut bergoyang.

“Udah ah capek, cukup ya sayang, paling juga kamu udah ngaceng sekarang, sana gih keluarin. Nanti aku kirim foto aja deh yah sayang” Kemudian video itu selesai. Kemudian aku keluar dari galery dan kemudian aku kunci lagi keypad HP dia. Suara Riska walaupun agak berbisik tapi terdengar jelas karena dia menggunakan headset.

Aku menontonnya jadi sangat bernafsu, aku mulai mengelus penisku dari luar celanaku, kemudian aku lepas celanaku dan mulai mengocoknya. Saat sedang asik-asiknya mengocok kudengar pintu kamar mandi dibuka.

“Ihh sayang kok mainin itunya sendiri sih? Pasti bayangin aku lagi mandi ya hiihi" Dia pura-pura menutupi matanya.

Melihat itu aku menjadi sangat gemas kemudian aku langsung bangkit dan kutarik tubuh dia, kubalik tubuh dia dan kudorong badannya ke arah meja rias, Aku langsung memelorotkan celana dalamnya dan kuangkat bagian bawah kimononya hingga sampai ke pinggul dia, aku lihat vagina dia yang montok menggembung itu aku sangat bernafsu dan mulai memasukkan penisku ke vaginanya.

“uhhh sayang sakit, masih kering soalnya awwww” Riska sedikit protes, tetapi aku gak peduli dan aku pompa vagina dia sampai aku ejakulasi. Kemudian aku berjalan ke ranjang dan berbaring.

“duh jadi keringetan lagi deh gara-gara kamu sih sayang. Kok tadi nafsu banget sih?” ucap riska setelah menghempaskan tubuhnya untuk berbaring disampingku

“Ya tadi aku bayangin tubuh kamu yang lagi mandi sih” ucapku sambil tersenyum kepadanya

“ Wuu tapi kan aku jadi keringetan lagi, kamu sih enak belum mandi, lah aku kan udah mandi. Yaudah sana gih mandi, bauu tau, huweeek” Riska mendorong badanku sambil menutup hidungnya dan pura-pura ingin muntah.

Mendengar itu akupun mulai beranjak dan kemudian berjalan ke arah kamar mandi. artseks.com

“Sayang” Panggil Riska manja

“Ya?” jawabku lirih sambil menengok ke arahnya.

“ikuut” aku melihat dia turun dari ranjang dan setengah melompat kemudian memelukku dari belakang.

Akupun berjalan kekamar mandi sambil membawa beban yang cukup berat. Ya, riska memelukku dari belakang kemudian menaikkan kakinya ke pinggulku, jadi sekarang posisi dia sedang kugendong.

Dapat kurasakan ketatnya payudaranya menempel di punggungku dan vaginanya terasa hangat di pinggulku. Kemudian aku mulai memutar gagang pintu dan mendorongnya.
Cklek.

Lanjut ke halaman berikutnya...



Sudah satu minggu kami menghabiskan waktu liburan ini, sudah banyak kegiatan yang kami lakukan bersama, mulai dari sekedar jalan sampai melakukan kegiatan outbond yang lumayan menguras tenagaku, maklum saja karena memang aku sudah jarang sekali berolah raga. Kami sangat menikmati liburan kali ini, dan rasanya aku dan Riska menjadi lebih dekat dan diapun kembali menjadi perhatian sama aku.

Satu minggu berada di kawasan resort terasa membosankan karena hanya itu-itu saja, kalo aja aku gak sama Riska pasti aku udah gak betah deh. Untungnya semua kebosanan itu dapat ditutupi dengan tingkah laku Riska yang menjadi sangat manja, mulai dari minta di suapin bahkan dia juga minta dimandiin.

Aku yang malas liburan di kota karena Riska pasti bakal belanja sesuka dia dan aku pasti kerepotan bawain belanjanya, makanya aku ajak dia liburan ke alam terbuka.

Ternyata sama saja, kalo di kota aku seperti pembantu dia yang bawain belanjaannya, tapi disini lebih parah karena aku malah jadi seperti babysitter karena sifat manjanya kumat.

Karena memang liburan kami rencananya gak matang dan gak kami susun dulu karena aku pikir bakal lebih bebas kalo gak pake rencana-rencanaan, malah menjadi boomerang bagi kami karena baru seminggu saja kami sudah bingung mau ngapain dan mau kemana. Akhirnya semalam aku putuskan untuk mengajak Ajun jalan bareng aja siapa tau dia paham daerah sini dan bisa jadi guide juga.

Akupun memberitahu Riska kalo besok kami akan jalan bareng ditemeni si Ajun, Riska setuju-setuju aja sih tapi dia punya permintaan jalanya ke kota dulu soalnya dia mau beli beberapa keperluannya, dengan berat hati aku mengiyakan karena sudah jelas besok akan jadi hari yang melelahkan karena satu hal pasti, yaitu si Riska bakal BELANJA !

Pagi harinya aku bangun sekitar jam setengah tujuh pagi, setelah beberapa saat malas-malasan aku mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi aku menelepon Andi untuk mengingatkan dia, dan ternyata dia sudah bangun dan dia juga bilang sudah mandi. Dia mengundangku ke kamarnya untuk sekedar ngopi sambil ngobrol.

Aku lihat Riska masih tertidur pulas dengan tubuh telanjang. Ya, dia tidur telanjang karena memang semalam kami habis bercinta. Aku goyangkan tubuh dia tapi dia tertidur pulas. Akhirnya akupun memencet hidungnya dan akhirnya karena merasa sesak nafas dia bangun juga.

“iihh kamu iseng banget sih? Kalo tadi kebablasan aku jadi lupa napas gimana?” wajah Riska tampak bersungut-sungut. Tapi wajahnya terlihat cantik sekali, aku sangat suka wajah dia pas bangun tidur itu.

“katanya mau belanja?” tanyaku mengingatkan.

“oh iya, yaudah aku mandi deh” Wajah Riska terlihat berbinar, akupun menjadi sangat gemas melihatnya.

“Yaudah sana mandi cepetan, terus nanti kita ke kamar Ajun, dia ngajak ngopi dikamarnya” Aku berkata sambil menyalakan sebatang rokok.

“Duh paling gak suka kalo mandi ditunggu-tunggu gitu, sayang ke tempat Ajunnya sendirian aja deh, ini aku mandi sekalian mau siap-siap dulu, tar kalo udah kelar aku kabarin ya sayang” Riska beranjak dari tempat tidurnya kemudian mengecup mesra bibirku, kemudian setengah berlari dia menyambar handukku dan masuk kekamar mandi.

Akupun lalu berjalan ke kamar Ajun. Dikamar dia kami ngopi sambil merokok sambil ngobrolin kenangan kita waktu sekolah dulu, mulai saat kita naksir cewek yang sama tapi ternyata cewek itu berkomitmen gamau pacaran selama sekolah, hingga saat aku menolong Ajun yang waktu itu hampir dikeroyok anak-anak STM. Sungguh jantan sekali aku waktu SMA dulu.

Sekitar satu jam aku mengobrol sama Ajun, saking serunya obrolan kita sampai aku lupa waktu. Saat itupun hampir saja aku melupakan kalo di kamar lain di hotel ini ada pacarku, kalau aja Riska gak menelpon aku buat ngabarin kalau dia sudah siap. Akupun mengajak Ajun cepat-cepat bersiap, sebelum Riska ngamuk karena aku kelamaan.

Saat aku dan Ajun sampai di depan kamar, kulihat Riska sudah berdiri didepan pintu sambil memainkan Hpnya. Aku tertegun melihat panampilan Riska. Aku melihat Riska memakai gaun putih dengan corak bunga-bunga, corak yang khas dengan baju-baju yang dijual di sekitar resort. Gaun itu mirip daster karena berbentuk baju terusan,tapi yang membuatku tertegun adalah pahanya yang mulus jadi terekspos. Ini adalah gaun yang biasa dipakai kalau sedang di pantai, tapi rencana kami berjalan hari ini adalah ke kota!

“Eh udah dateng ya kalian, emang jalannya jauh banget ya sayang? Kok 15 menit baru sampe sih? Capek tau nunggunya” Riska sedikit merengut.

“Yaa jelas capek lah, orang kamu jinjit kok bukan cuma berdiri hehe” Ucapku sambil sedikit mengejeknya. Saat itu dia memang menggunakan sepatu high heels yang lumayang tinggi, sehingga bagian pinggulnya sedikit terangkat.

“Yaudah yuk jalan, kan kotanya jauh banget, bisa-bisa kita pulangnya malem nanti hihi” Riska berkata begitu sambil menggandeng tanganku, ini sih bukan menggandeng tapi menyeret.

“Aku yang nyetir aja sini, udah lama gak nyetir ni soalnya dulu waktu pendidikan dilarang bawa kendaraan sendiri, eh pas udah kerja juga gak dikasih inventaris haha” ajun menawarkan diri.

Singkat kata, saat ini kami sudah ada di dalam mobil. Ajun di barisan bangku paling depan di belakang kemudi, aku dan Riska duduk di bangku belakangnya.

“Kamu beruntung banget Ris dapet cowo sebaik dia” Ajun mulai membuka percakapan, sambil memonyongkan bibirnya seperti menunjukku.

“ kok bisa dibilang beruntung sih jun? Tolak ukurnya apa coba?” tanya Riska.

“Ya dia kan mantannya banyak, tapi dia bilang sekarang dia lebih milih kamu” Jawab Rudi.

“Masa sih cowok jelek gini banyak mantannya? Ngaku-ngaku aja kali” Riska berujar sambil mukanya terlihat mengamati wajahku. Akupun cuek aja dijadikan mereka bahan pembicaraan.

“Iya deh beneran, masa sih dia gak cerita ke kamu? Yeni, Vika, Tami, Fira, Rita , Rina, Sari, Puspa, Rika, Mona, Rosa, Risma, Zeli, Sendy, Putri, Abriel, Indah, Aulia, Riska, eh yang terakhir itu belum putus ya” Ajun tertawa lepas bisa mengejaiku.

“Enak aja ngomongnya! Ngedoain ya? Huh” Riska sepertinya sebel mendengar ocehan Ajun.

“Udah Jun, nyetir aja yang bener bawa nyawa anak orang ini loh” Protesku.

Sepanjang jalan kami saling mengobroldan kulihat antara Riska dan ajun sudah mulai akrab, karena Ajun ini memang orangnya ramah dan suka sok akrab gitu, tapi dari sifat sok akrabnya itu malah akhirnya membuat dia jadi akrab beneran sama Riska.

Setelah sekitar satu jam lebih di perjalanan akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami. Kamipun mampir resto sebentar untuk makan, Riska memilih tempat duduknya yang didepan kaca dengan kursi yang ada menghadap kaca. Sementara Aku memilih duduk disampingnya dan Ajun duduk di depanku.

Di dalam resto tersebut kulihat beberapa orang memperhatikan kami, tapi aku rasa mereka cuma fokus ke satu arah, yaitu Riska.

Kami ngobrol dengan serunya, aku yang penasaran dengan apa yang mereka lihat akhirnya akupun pamit diri untuk cuci tangan.

Saat selesai cuci tangan, aku yang penasaran mencoba duduk ditempat yang kosong diantara mereka. Yaampun, aku lihat kaki Riska di bawah terbuka, walaupun tidak terbuka lebar tapi aku bisa lihat betapa mulus pahanya, dari sini pemandangan tidak terhalang karena letak duduk Ajun tidak persis di depannya dan kursi yang ada di depan Riska diambil oleh orang yang akan duduk di samping meja kami, karena jumlah mereka lumayan banyak.

Sambil berpura-pura menelepon seseorang aku tetap duduk di situ sambil memperhatikan Riska, aku lihat pahanya yang putih mulus dan roknya yang tertarik keatas karena posisi duduknya, kulihat samar ada setitik kain putih dibalik roknya itu, aku yakin itu adalah celana dalam Riska.

Aku berpikir, kenapa gak disilangkan aja kakinya untuk menutupi pahanya, walaupun mungkin pahanya akan dapat dinikmati bebas oleh orang tapi paling tidak paha dalamnya, bahkan celana dalamnya tidak akan terlihat orang lain.

Aku lihat Riska dan Ajun masih asyik mengobrol, aku melirik ke arah kaki Riska. Kulihat Riska menggerak-gerakan pahanya sedikit. Aku sangat kaget dan hampir copot jantungku saat kulihat dia tertawa sambil tubuhnya condong ke belakang untuk menahan tawa, dan kulihat kakinya terbuka lumayan lebar saat dia tertawa dan dari sini dapat terlihat jelas saat ini Riska memakai celana dalam berwarna putih.

“Mas itu temennya ya mas? Seksi banget mas, bisa di booking gak? Aku bayar berapa aja deh” Ucap seorang pria yang terlihat sangat berwibawa karena dia memakai jas dan dari penampilannya kulihat dia memang seperti orang penting.

“Maaf pak itu temen saya pak, dia cewek baik-baik pak gak bisa di ajak begituan. Sekali lagi maaf pak” Ucapku halus sambil tersenyum dan sedikit membungkukkan badanku. Aku sebenarnya tidak sudi membungkuk kepadanya, walaupun kulihat dia orang berpengaruh tapi rasanya bodoh banget kalo harus membungkuk sama orang yang berwibawa diluar, tapi didalamnya mesum!

“Oh tapi kok penampilannya kaya cewek nakal ya mas? Kayaknya liar banget kalo di ranjang pasti. Ah sayang banget gak bisa di booking” Ucap pria tersebut dengan mimik kecewa.

“Iya pak gak bisa, maaf pak saya tinggal dulu pak kami mau jalan-jalan” kataku tetap memperlihatkan rasa hormat kepadanya, kemudian aku beranjak dari situ dan langsung aku ajak mereka berdua pergi dari situ.

Aku bersama Riska dan Ajun kemudian meninggalkan tempat itu, Riska mengajak kami mampir di counter peralatan kosmetik. Hampir satu jam kami terjebak di dalam counter tersebut, Riska masih saja sibuk memilih lipstick yang pas dengannya. Kulihat dia mengoles lipstick ke biibirnya yang seksi itu kemudian dia tersenyum ke arah kami sambil meminta pendapat. Hampir semua yang dicobanya aku lihat memang cocok dengannya, karena memang pada dasarnya bibir dia sudah sangat seksi sekali.

Tapi setelah meminta pendapat kemudian dia berkaca, dan dia menghapus lipstick itu dan kemudian mengoleskan yang lainnya. Kejadian itu berulang berkali-kali hingga membuatku dan Ajun seperti lelaki yang putus asa. Kenapa sih cewek itu kalo masalah kosmetik kenapa gak menetap pilih salah satu brand atau modelnya aja, Kaya cowok kan kalo udah nemuin sabun muka yang cocok kan pasti dia akan memakai itu terus. Ribetnya jadi cewe ini.

Akhirnya ritual memilih kosmetik kelar juga, tapi satu neraka baru sepertinya akan segera hadir saat kami melewati lorong yang disitu berderet toko-toko pakaian dari berbagai merek. Riska kemudian menarikku memasuki salah satu toko itu, dia bilang cuma mau sebentar. Ajunpun terlihat dengan enggan mengekori langkah kami.

Sekitar setengah jam aku dan Ajun duduk sambil menunggu Riska selesai memilih bajunya, sampai akhirnya Riska menghampiri kami sambil membawa beberapa lembar pakaian.

“Sayang, pilihin baju buat aku ya, bagusan yang mana” Ucap Riska sambil tersenyum dan menari tanganku.

Akupun bangkit dan lagi-lagi Ajun dengan langkah terpaksa mengikuti kami ke ruang ganti dan menunggu Riska dari luar, sesaat kemudian Riska terlihat membuka tirai dan memperlihatkan kepada kami pakaian yang baru saja dia pilih.

“Sayang gimana cocok gak baju ini?” Riska bertanya sambil sedikit berpose memperlihatkan calon baju barunya.

“Bagus kok sayang, cocok” Sebenarnya aku lihat itu kurang pas di badan Riska karena memang agak terlalu longgar dan warnanya agak gelap begitu.

“Kalo menurut Ajun gimana?” Tanya Riska yang menoleh ke arah Ajun.

“Eh iya, eh, bagus kok, cocok banget jadi keliatan tambah cantik.” Ucap Ajun agak kaget dimintai pendapat oleh pacar temennya sendiri.

Riska dengan mata berbinar kembali memasuki ruang ganti. Aku dan ajun sadar sebenernya dari beberapa pakaian yang dia coba itu sebenernya gak cocok buat Riska, tapi daripada nanti dia milih-milih baju lagi mending kami sedikit bohong aja daripada kami dikerjain dia lagi. Seingatku sudah sekitar 6 baju yang dia coba, aku juga melihat baju yang tadi ditangannya sudah dia coba semua. Jadi aku pikir sekarang dia sedang memakai gaunnya sendiri dan segera kami akan meninggalkan neraka ini.

Saat tirai terbuka aku sudah siap untuk berbalik dan berjalan ke arah kasir.

“Sayang kalo yang ini cocok gak?” tanya Riska

“heenggg, kok beli gituan?” Aku terhenyak melihat apa yang dia pakai.

Dia sekarang sedang memakai sebuah lingerie yang sangat seksi sekali. Dimana lingerie itu hanya menutupi bagian dadanya dan sebatas menutupi pas di garis bawah pantatnya.

Lingeri itu berwarna hitam tetapi tebuat dari bahan transparan hingga kulit Riska yang putih terlihat sedikit tersamarkan tapi masih bisa jelas terlihat, bagian dada yang menutupi payudaranya walaupun memang terlihat sedikit agak tebal tetapi masih tercetak putingnya dari balik lingerie itu.

Akupun menyapukan mataku kedalam ruang ganti itu dan kulihat memang ada sebuah BH yang tergantung di gantungan baju yang udah disediakan oleh manajemen toko ini.

“Iya sayang soalnya dikosku tu panas banget kalo malem jadi aku sering gak bisa tidur kalo malem, makanya tadi waktu aku lihat ini kok kayaknya bahannya adem ya jadi ya udah deh aku beli” Riska menjelaskan alasannya kepadaku,

“Gimana Jun? Cocok gak nih?” Ucap Riska sambil memutar Badannya menghadap Ajun.

“ co cok, cocok banget Ris, pas banget putihnya gleg” Ucap Ajun sambil menelan ludahnya. Kali ini jawaban dari Ajun sepertinya sangat jujur dari hatinya, karena aku lihat kepolosan dari mukanya.

Sadar Riska juga sedang memperhatikannya juga, sedetik kemudian Ajun mengalihkan pandangannya dari pantat Riska. Saat itu memang seksi sekali Riska pacarku itu, dimana dibagian atas putingnya dapat tercetak lumayan jelas, sementara bagian bawahnya dapat terlihat dengan jelas celana dalam Riska karena memang bahannya transparan.

“Ih sayang Ajun kok lihatnya gitu banget sih kaya mau makan aku? Takut sayang, Ajun jangan macem-macem, ada pacarku loh, dihajar dia baru tau rasa kamu!” Riska merengek sambil memeluk tanganku hingga aku nisa merasakan tonjolan putingnya yang dia tempelkaan di lenganku.

“Ya sorry Ris, aku kan normal, kalo aku maho sih cowomu udah aku embat dari dulu. Abisnya dia lebih seksi sih dari kamu weee” kulihat Ajun malah mengejek Riska, dan tanpa kuduga Riskapun ikut tertawa kemudian dia masuk lagi kekamar ganti.

Setelah membayar dikasir, kamipun memutuskan untuk pulang ke hotel saja. Tapi sebelum pulang kami mampir foodcourt untuk minum-minum saja sambil bercanda menceritakan masa lalu aku dan Ajun ke Riska. Setelah minuman habis kamipun beranjak, tapi tiba-tiba Riska minta izin ke toilet, karena minuman sudah habis akupun menyuruh Riska untuk cepat-cepat saja di toiletnya.

Akhirnya sekarang kami sudah berada di mobil dan sedang berjalan menuju hotel kami, di dalam mobil Riska tertidur di pundakku sementara aku dan Ajun masih sibuk mengobrol. Terdengar suara dari HP Riska sepertinya ada pesan masuk, karena dari nadanya pendek saja jadi aku berkesimpulan itu adalah pesan. Riska kemudian terbangun dan sambil mengucek matanya dia mengambil tasnya untuk mengambil Hpnya.

“Ya ampun sayang, aku lupa pake celana dalem” Ujar riska sedikit berteriak kaget sambil menunjukkan celana dalam putih yang tadi dipakainya sekarang berada di tangannya dan dia angkat sambil menunjukkannya kepadaku, tentu saja teriakan dia mengundang perhatianku dan perhatian Ajun yang sedaritadi mengobrol sama aku sambil melirik spion yang ada diatasnya.

“Tuh bener kan belum dipake” Tiba-tiba Riska menarik roknya seperti ingin membuktikannya kepadaku. Jelas aja Ajun juga melihatnya, karena terasa dia sempat mengerem mendadak.

“sayang jangan gitu deh! Kan ada Ajun, apa gak maulu?” Ucapku protes sedikit memarahinya.

“ups iyah lupa, Ajun maaf yah tadi aku agak teledor. Duh jadi malu ini, tapi dia gak bakal macem-macem kan sayang? Kan ada kamu” Ucap dia sambil menutup mukanya kemudian menyandarkan kembali kepalanya dipundakku.

Kulihat dari kaca spion diatas dashboard depan, disitu Ajun terlihat memandangku dari spion, kemudian saat tatapan kami bertemu kulihat dia seperti mengucapkan sesuatu yang tanpa suara, dia seperti mengucapkan antara kata maaf atau kata mantap, tapi aku berkesimpulan bahwa mungkin dia sedang minta maaf. Akupun kemudian menganggukan kepalaku dan melihat keluar jendela.

“Eh sayang itu didepan orang jualan duren ya? Pengenn dong. Jun stop didepan itu ya yang jualan duren” Ucap Riska,

Aku dan riska pun turun dari mobil untuk membeli durian, karena penjual durian itu menjual duriannya secara lesehan maka aku takut saat Riska jongkok maka akan terlihatlah vagina dia oleh penjual gorengan. Tadi sebelum turun aku lihat aku lihat celana dalam dia ada di tas dia, sementara tas itu terbuka lebar sepertinya Riska lupa untuk menutupnya, tapi saat aku akan menutupnya Riska sudah menarikku. Ajun yang memang tidak suka durian memilih untuk tetap dimobil.

Aku merasa lega karena Riska tidak jongkok melainkan dia berlutut, sepertinya dia sekarang sadar bahwa dia sedang tidak memakai celana dalam. Kulihat Riska mulai menanyakan harga masing-masing durian. Dia sepertinya memang pecinta durian karena dia seperti hafal betul mana durian yang benar-benar matang dan yang belum matang. Penjual durian yang sepertinya lebih muda dari kami, mungkin dia baru aja lulus SMA itu jelas kewalahan untuk meyakinkan calon pembeli yang ternyata susah untuk ditipu.

Nafasku serasa ingin berhenti saat Riska menurunkan bahunya untuk menunjuk salah satu durian yang letaknya jauh dijangkauan, karena dengan membungkuk belum juga bisa meraih yang dia ingin, kulihat diapun agak merangkak untuk meraihnya. Dengan posisi seperti itu sudah jelas roknya akan tersingkap dan Ajun yang sedang ada dalam mobil pasti dapat melihat vagina Riska dengan jelas karena roknya yang tersingkap.

Aku tidak berani menoleh karena kupikir pasti nantinya malah ada rasa canggung antara kami dan malah jadi rasa sungkan. Beruntung atau sialnya, ada mobilku yang menutupi kelakuan Riska dari pandangan orang di jalan Raya, sialnya di dalam mobil itu ada Ajun yang pasti akan menikmati penampakan vagina dari Riska.

Riska bertahan di posisi itu lumayan lama karena dia bertahan sambil menawar durian tersebut, terjadi sedikit perdebatan sebelum akhirnya disepakati harga durian tersebut. Aku dan Riska memutuskan untuk makan durian itu ditempat aja karena gak enak kalau dibawa pulang ke hotel pasti akan membuat Ajun merasa tersiksa dengan aroma dari durian yang kami bawa.

Selama memakan durian Riska terlihat duduk normal seperti biasanya, wajahnya terlihat menikmati sekali durian itu, sampai sampai dia melahap juga sisa sisa durian yang ada di jari-jari dia. Setelah selesai makan kemudian akupun membayarnya dan kembali ke mobil.
Saat masuk kedalam mobil kulihat celana dalam Riska yang tadi ada di tasnya sekarang tergeletak di kursi disebeleh Riska atau diantara kami.

“Duuh kok lupa aku masukin ke tas sih ya” ucap Riska sambil mengambil celana dalamnya.

Ada satu hal yang menjadi perhatiannku, di celana dalam tersebut ada cairan kental yang seperti susu tapi berwarna agak bening. Sebagai cowok tentu aku tahu kalau itu adalah sperma, ya pasti itu Ajun.

Aku melihat Riska sepertinya sadar ada “sesuatu” di celana dalamnya, aku lihat saat memasukan celana dalam tersebut terlihat jari telunjuknya seperti mengorek atau mengoles sesuatu dari celana dalamnya, sesaat kemudian dia dengan cepat mengemut jarinya tersebut.

“hhhmmmm, masih terasa, enak juga” ucap Riska sambil melirik ke Ajun dari Spion.

“Apanya Ris yang terasa?” Ucap Ajun sambil terlihat membalas senyuman Riska.

“Oh enggak, ini tadi rasa durennya masih terasa di jariku” Riska menjawab sambil menggigit jarinya dan tersenyum.

Kulihat Ajun kemudian mengalihkan perhatiannya dari kaca spion itu dan sambil senyum senyum dia melanjutkan nyetirnya. Riska sudah tertidur dan karena mengantuk akupun ikut tertidur. Tapi masih seperti tidur ayam yaitu setengah tidur dan setengah sadar, akupun tau saat mobilku berhenti akupun juga sebenernya udah terbangun tapi masih malas, biar aja nanti mereka yang membangunkanku, hitung hitung kasih kerjaan buat mereka.

“woii Ris bangun Ris udah sampai” Ajun sepertinya sedang membangunkan Riska,

“Bangun woii sudah sampai” kurasa lenganku ditepuk Ajun, aku bisa tau karena tepukan dia lumayan keras. Tapi kutepis sambil pura-pura tetap terlelap. Aku ingin mereka berusaha membangunkanku agar mereka tau gimana rasanya susah bangunin orang. Dulu saat SMA aku juga sering beberapa kali menginap dirumah Ajun dan dia juga susah dibangunin.

“Wah kayaknya cowo kamu tepar Ris” Juna berujar

“Iya kayaknya, kamu bantu dia masuk ya jun” Ucap Riska. Yes, berhasil ngerjain mereka ni aku sekarang.

“eh Ris, ada sesuatu yang mau aku omongin, kita ngomong diluar yuk” Ajak Ajun sambil membuka pintu mobilku.

“Mau ngomong apa?” Tanya Riska sambil bersandar di mobil. Riska terdengar sedikit berbisik, akupun memincingkan mata. Kulihat kaca mobil depan gak dia tutup sehingga apa yang mereka bicakan juga bisa kudengar.

“Rokok?” Tawar Ajun sambil mengeluarkan sebungkus rokok, kulihat Ajun menyalakan rokoknya kemudian Riska mengambil sebatang dan Ajun membantu menyalakan roko Riska.

“Kamu tadi sengaja mamerin tubuh kamu ke aku kan?” tanya Ajun to the point.

“huh, ya enggak lah, yang ada tu kamu onani pake celana dalemku, sampe banjir tu celana dalemku” Sergah riska.

“Gimana gak onani aku, awalnya aku iseng pake celana dalem kamu buat nutup hidungku dari bau duren, eh kamunya diluar malah nungging-nungging gitu, liat memekmu yang montok ya aku jadi horni lah, yaudah deh aku coli aja pake cdmu” Jawab Ajun sambil berbisik.

Kulihat tangan Ajun sudah di paha Riska, pelan-pelan naik ke atas ingin menaikkan rok riska,Riska sempat terhanyut tapi kemudian dia menahan tangan Ajun.

“Aku ini pacar temen kamu, jangan lakuin ini atau kupastikan kamu bakal dihajar pacarku” Riska menepis tangan Ajun dan kemudian dia berjalan kearahku, aku memincingkan mata dan kulihat Riska sepertinya sangat marah sama Ajun.

Kudengar pintu terbuka dan kemudian suara lembut membangunkanku.

“Sayang, udah sampe ni, ayo kita balik ke kamar istirahat dikamar aja ya. Kamu kayaknya mabok duren deh” Ajak Riska sambil tanganku di raihnya dan ditaruh di pundaknya.

“eh gapapa sayang, aku kuat jalan kok” Aku yang sudah keluar kemudian pura-pura bersandar di mobil.

Kulihat Riska menghampiri Ajun untuk meminta kunci mobilku, kulihat dia begitu acuh.

Setelah mendapat kunci kemudian Riska menutup semua kaca mobilku kemudian terdengar suara “TUIT TUIT” pertanda mobilku sudah terkunci.

“Loh belanjaannya gak dibawa?” tanyaku sambil berpura-pura jalan sempoyongan.

“Tinggal di mobil aja, lagian kamu bawa badan kamu aja susah malah sok-sokan mau bawain belanjaanku segala. So sweet banget sih sayang” Jawab Riska sambil memeluk pinggangku.

“Aku emang sweet kok hahaha” jawabku sambil tertawa.

“iih, sok sweet ya sayang, bukan so sweet. Duh baru mabok duren aja udah hilang pendengaran, apalagi kalo mabuk janda?” Jawab Riska.

Aku menatap mukanya yang cemberut, kemudian aku cium kening dia lalu kami tertawa bersama.
Sesampainya dikamar Riska langsung memelukku dari belakang, sambil bibirnya menyusuri leherku. Tangan dia dengan terampil membuka bajuku, kemudiian tangannya menyusuri dadaku yang ditumbuhi bulu.

Kurasakan ciuman Riska sekarang sudah sampai di punggungku dan tangannya sekarang sudah berusaha melepas ikat pinggangku. Kurasakan celana jeansku sekarang sudah terlepas dan sekarang celana dalamku juga dipelorotkan Riska.

Pelan Riska mengelus penisku sambil memelukku dari belakang dan menciumi tengkukku. Rasanya sungguh nikmat sekali antara geli dan ngilu. Kemudian Riska sekarang berjalan memutar dan posisinya sekarang ada didepanku, dia mencium bibirku dan kemudian ciuman dia turun dan terus turun.

Sampailah dia di depan penisku dan kulihat dia langsung mengecupi penisku, Lidah Riska dia julurkan dan dia mulai menjilati lubang kencingku dan kemudian dia mulai melumat penisku. Sambil melumat penisku dia terus menatapku dengan pandangan sayu dan tangan kiri dia sedang memainkan vaginanya.

Riska bangkit kemudian mencium bibirku dan kemudian dilanjutkan dengan menyerang leherku hingga membuatku mengerang keenakan. Tapi sesaat kemudian Riska berjalan menuju ke meja rias yang ada di kamar, kemudian tangannya bertumpu pada meja sehingga sekarang dia sedang menungging, kemudian dia menoleh ke arahku dan tersenyum menggoda.

Akupun setengah berlari langsung berjalan ke arahnya, kuremas-remas pantatnya daan kusingkap dasternya, terpampanglah pantat montok Riska yang sudah tidak terhalang apapun karena memang dia sudah tidak memakai celana dalam. Wajahkupun langsung kuturunkan untuk mencium pantat Riska, tepi tangan Riska menahanku.

“Langsung masukin aja sayang, Riska udah basah kok” Riska meminta dengan manja dan tatapan sayu.

Akupun langsung menancapkan penisku ke vaginanya dan langsung memompanya, memang terasa licin sekali vagina Riska ini, dia sudah sangat basah sepertinya dia memang sudah sangat horni. Aku terus genjot dia dengan posisi itu sampai aku berejakulasi dan kusemprotkan spermaku ke bongkahan pantat dia. Kamipun langsung menghempaskan diri ke kasur, kemudian dia menyusupkan kepalanya ke dadaku, akupun langsung mencium kening dia.

Ada sedikit harapan yang tercercah bagiku untuk menyelesaikan masalah ini. Melihat Riska bisa menahan birahinya saat menghadapi Ajun yang secara fisik lebih ganteng dari Andi maupun Rudi. Menolak cowok seganteng Ajun saja dia bisa,Riskaku sayang pasti bisa mengendalikan nafsunya saat menghadapi Andi ataupun Rudi. Aku yakin itu, apalagi sekarang juga secara tidak resmi kami telah bertunangan!

Sekarang aku hanya tinggal memikirkan cara untuk menjauhkan mereka.

Lanjut ke halaman berikutnya...



Tanpa terasa waktu 2minggu liburan kami sudah selesai, akhirnya kami akan pulang kekota kami dan akan kembali ke rutinitas seperti biasanya. Sebelum pergi tidak lupa aku dan Riska menemui Ajun dan kami berpamitan. Terlihat Riska masih kesal sama Ajun dan itu semakin kentara dengan mimiknya saat melihat Ajun seperti orang yang tidak suka, dan saat kami akan berpamitan pun Riska tidak menyalami Ajun melainkan hanya tersenyum ala kadarnya.

Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya sampai juga di kota kami, entah kenapa kalo sehabis liburan pasti tersisa rasa malas. Malam itu Riska tidur dikosku karena aku lihat dia sedikit kelelahan jadi kubiarkan saja dia tidur nyenyak dikasurku tanpa ada niat untuk membangunkannya.

Esok paginya malah aku yang dibangunkan oleh riska, terlihat dia sudah rapi dan cantik. Dia membangunkanku dan memintaku mengantar ke kosnya karena dia bilang mau pergi kekampus. Aku tawarkan dia untuk langsung mengantar ke kampusnya tapi dia menolak dengan alasan lebih nyaman pake motor sendiri jadi gak ngrepotin aku .

Akhirnya aku antar aja dia ke kosnya, sesampainya di depan kosnya akupun turun dan membantu mengangkat barang bawaan dia yang ada di mobilku. Kemudian dia menyuruhku pulang dan istirahat aja dulu.

Saat dijalan aku merasa ada yang tidak beres, karena seingatku kampus Riska sedang dalam masa libur semester. Terus apa yang akan dia lakukan di kampus? Bimbingan skripsi? Setauku dia belum memulai skripsinya. Akhirnya akupun menebak, jangan-jangan Riska pergi ketempat Andi! artseks.com

Dengan cepat aku datangi kos temenku untuk meminjam motornya, sebagai gantinya selama motornya kupinjam dia juga meminjam mobilku. Huh, padahala mobilku juga baru aja aku isi Full kemarin saat di perbatasan kota. Dengan cepat aku mengebut ke arah kosan Andi, setelah sampai aku langsung memasang posisi pengintaian.

Didalam kos kulihat Riska sedang duduk bersandar di sofa sementara disampingnya duduk Andi yang kulihat sedang meremas-remas payudara Riska. Didepan mereka berjajar beberapa botol minuman keras. Kulihat Riska sambil bersandar di sofa dia seperti merem-melek menerima serangan di payudaranya. Terlihat tangan Riska juga seperti sedang menggapai-gapai penis Andi yang memang sudah terlihat menonjol dibalik celana boxernya.

“Kamu horni banget ya Ris?” Tanya Andi yang menghentikan kegiatannya.

“Iya sayang, udah lama aku bayangin kontol kamu” Jawab Riska sambil tangannya meremas penis Andi dari luar celana boxernya. Tapi Andi menahan tangannya dan berusaha menepis tangan Riska.

“Aku juga sayang, tapi aku ada satu permintaan ni” Pinta Andi.

“Permintaan apa lagi sih?” Riska sedikit ketus, dia seperti sebal karena tangannya disingkirkan oleh Andi.

“Begini, aku belum bisa bayar utangku yang kemarin sama temenku, terus kemarin aku juga kalah lagi taruhannya, tapi kecil aja sih” Jawab Andi sambil cengengesan

“Terus mau apa? Uang? Nanti ya sayang masih di ATM uangku” Jawab Riska sambil berusaha kembali meraih penis Andi, tapi kembali ditepis Andi.

“Bukan uang Ris, aku udah banyak ngabisin uang kamu, udah cukup lah uangmu buat bantuin aku. Aku cuma pengen kamu tunjukkin beberapa show buat temenku” Jawab Andi enteng

“Pertunjukan? Maksudmu?” Riska bertanya heran.

“Ya kaya yang kamu lakuin waktu beli gorengan itu, Rudi udah cerita kok. Terus kemarin videomu yang di kamar mandi hotel juga aku tunjukkin ke temenku itu, dan sepertinya dia tertarik sama show kamu” Andi terlihat menundukkan mukanya.

“Jangan gila kamu ndi! Itu sama aja kamu jual aku!” Riska sepertinya agak emosi.

“Masa yang waktu disuruh Rudi aja buat nyenengin dia kamu mau, masa sekarang aku yang minta kamu gamau? Anggap aja ini juga buat nyenengin aku, sekalian buat bantuin aku. Ya itu juga kalo kamu mau bantuin aku sih” Andi menunduk, kemudian dia terlihat sedang mengelus penisnya sendiri.

“huft, yaudah deh. Mau kapan? Eh tapi sebelumnya puasin aku dulu dong ndi” Ujar Riska sambil matanya memperhatikan kelakuan Andi.

“Kalo kamu setuju, sekitar 10 menit lagi mereka datang. Maaf Ris tapi mereka harus buru-buru soalnya uangnya harus cepat disetorin ke bandar” Andi terlihat sumringah.

“hmmm, yaudah deh. Tapi cuma kali ini ya ndi.Dan aku gamau ada coitus dari mereka!” Jawab Riska sambil tersenyum manis ke arah Andi. Kulihat dia mengambil Hpnya dan seperti mengirimkan pesan ke seseorang.

“Minum dulu Ris,biar nanti gak malu waktu pamerin ke’malu’anmu” Kulihat Andi menuangkan minuman ke gelas Riska dan kulihat mereka berdua melakukan toss sambil tertawa.

Mereka terlihat sangat enjoy sekali, kulihat juga tidak ada gurat kekhawatiran dari mimik wajah Riska, padahal dia tau sebentar lagi dia bakal jadi seperti bintang porno yang memperlihatkan tubuhnyaa ke orang lain. DIN DIN, kudengar suara klakson mobil dari luar.

“Eh itu mereka datang, sayang kamu siap- siap ya, kamu bilang kemarin beli baju seksi dan mau nunjukkin ke aku kan? Dipake ya” Ujar Andi sambil mengecup bibir Riska.

Riska terlihat seperti ingin protes, tapi dia lihat Andi setengah berlari menuju pintu dan kulihat Riska dengan enggan beranjak juga dan sepertinya dia masuk ke dalam kamar mandi.

Terlihat andi masuk bersama 3 orang lainnya, kemudian mereka membenahi posisi sofa sehingga posisi sofa sekarang menghadap ke ranjang. Sepertinya mereka sudah siap untuk memulai pertunjukkan. Jarak dari sofa ke ranjang sepertinya sekitar satu meter, entah lah aku gak bisa mengukurnya.

Kulihat Riska keluar dari kamar mandi, mereka semua seperti terpana melihat penampilan Riska yang sekarang sedang mengenakan lingerie yang dia beli waktu liburan kemarin. Kulihat Andi langsung menghampiri Riska dan menggandengnya ke ranjang, Andi dan Riska duduk di tepian ranjang menghadap ke arah 3 orang yang sedang duduk di sofa, letak sofa sangat dekat dengan ranjang sehingga jika berjalan satu atau dua langkah sepertinya sudah sampai ke ranjang.

“Kenalin Ris, ini temen-temen baikku, itu Anto, yang di tengah Fajar sama yang dikiri Joni” Rudi mengenalkan temannya ke Riska sambil menunjuk satu persatu nama yang dia sebut.

“Riska” Riska memperkenalkan diri sambil tersenyum ke mereka.

“Wah gila ndi, cewek kok bisa secakep ini ya” kata Joni takjub melihat Riska.

Mereka kemudiaan terlihat terlarut dalam obrolan mereka sambil meminum minuman keras yang disediakan Andi. Sampai kulihat Andi menciumi pipi Riska yang dilanjutkan dengan mengulum telinganya dan turun ke leher.

“Jadi udah hampir skripsi dong Ris?” Tanya Anto

“iyaahh uhhm, bulanh depanh maaaaaau mulai ahhh” Jawab Riska sambil mendesah karena merasakan tangan Andi sedang memainkan payudaranya.

Saat itu Andi sedang menciumi leher Riska, sementara Riska berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-teman andi tersebut. Riska menjawab sambil sesekali dia mendesah saat menjawab pertanyaan dari ketiga teman Andi tersebut sehingga membuat mereka belingsatan. Kejadian itu berlangsung agak lama sekitar 15 menit Riska di gerayangi Andi begitu.

“Udah mulai aja ndi, kelamaan!” Joni terlihat kesal. Kemudian kulihat Andi membisikan sesuatu ke Riska dan Riska mengangguk.

“Ihhh Joni gak sabaran banget sih? Pengen Riska nakalin ya? Mau lihat tetek Riska?” Tantang Riska sambil tersenyum menggoda dan kulihat tangannya sudah berada di kedua bahunya, memegang tali lingerie tersebut dan bersikap seolah-olah akan melepasnya.

Kulihat Joni tersenyum dan mengangguk, kulihat Riska menurunkan tali lingerie dia dan tiba tiba berhenti saat lingerie itu masih menutupi bagian atas putingnya, tapi aerolanya yang berwarna merah muda sudah terlihat mengintip.

"Ihhh kok nyangkut sih, Anto bisa bantu bukain gak?” Riska mengerling ke arah Anto.

Anto terlihat kaget namanya dipanggil Riska, dia terlihat menelan ludah dan kemudian bangkit dari tempat duduknya dan tangannya pelan-pelan menarik turun tali lingerie Riska. Hingga pelan-pelan terlihatlah semua bagian payudara Riska. Sambil menarik kulihat tangan anto seolah-olah gak sengaja menyenggol puting Riska sehingga Riska melenguh manja

“ouhh nakal ya Anto”.

“Kalian suka lihat tetek Riska ya?” Riska seolah bertanya pada mereka.

“Kalo tetek Riska diginiin tu rasanya enak banget tau uhhhh apalagi kalo diginiin essst uhh enakkh” Riska meremas teteknya sendiri, kemudian dia memilin putingnya sendiri.

Kulihat Andi menarik Riska ke pangkuannya, Riska menurut saja saat dia tarik ditarik begitu kemudian kulihat mereka saaling melumat bibir masing-masing. Andi sepertinya gak tahan melihat kebinalan Riska terhadap teman-temannya karena terlihat Andi dengan gemasnya melumat bibir Riska. Andi memang berbeda dengan Rudi yang bersifat lebih tenang dan cenderung pendiam, Kalo andi cenderung slengekan orangnya.

“Sayang, katanya kangen sama kontolku, sapa dia dong sayang” Andi berbicara begitu sambil tersenyum penuh arti kearah 3 temannya sambil tangannya menekan bahu Riska untuk turun.

Aku melihat Riska memerosotkan badannya, dan tanpa kuduga dia sekarang malah menunggingkan pantatnya persis didepan fajar, ini terlihat seperti hanya beberapa senti senti dari wajah fajar dan aku yakin Riska menyadarinya karena dia pasti dapat merasakan hangatnya nafas fajar. Kulihat tangan fajar terangkat seperti hendak menyentuh Riska.

“eitss ingat perjanjian kita, gak ada yang boleh nyentuh Riska ya” Andi mengingatkan fajar, fajar terlihat seperti kesal sekali.

“Yah ndi, aku anggap lunas deh semua utangmu, bahkan aku berani bayar kamu lima ratus ribu” Pinta Fajar.

“sorry bro, perjanjian adalah perjanjian esstt” Jawab Rudi yang terlihat menikmati elusan tangan Riska di penisnya.

“Hai dedek, lama gak liat kamu ni kakak, uhh jadi kangen deh” Riska berbicara sambil mengelusi penis Rudi dan matanya menatap kearah kemaluan Rudi.

“ihh iya kakak tau, dedek juga pasti kangen kan sama memek kakak kan? Ihhh Imut banget sih kamu deh, kakak cium nih” Riska masih melanjutkan aktivitasnya tadi dan sekarang kulihat dia mulai menciumi penis Andi dan terlihat sepertinya dia sedang menjilati lubang kencingnya.

Andi terlihat senyum puas melihat tingkah Riska, dia menatap ketiga temannya dengan tatapan seolah mengejek, seolah dia bangga sekali karena sudah berhasil menaklukan gadis secantik Riska.

“Sayang, buka dong celana dalemnya, kasihan tu temenku pengen liat memek kamu” perintah Andi, dan terlihat satu tangan Riska terulur kebeleakang dan dia berusaha melepaskan celana dalamnya. Tapi karena mulutnya masih sibuk mengulum penis Andi maka dia terlihat kesulitan melepasnya.

“Sayang, susah ni lepasinnya, aku kan lagi kangen-kangenan sama dedek kok malah digangguin sih. Fajar bisa bukain celana dalem aku kan?” Riska yang awalnya menatap ke arah andi kemudian menoleh kearah fajar dan tersenyum.

Mendengar permintaan Riska, kulihat fajar dengan tangan agak sedikit bergetar menuruti saja kemauan Riska. Kulihat memelorotkan celana dalam Riska maka terpampanglah vagina Riska didepan mereka, terutama bagi fajar yang duduknya tepat dibelakang Riska. Aku yakin fajar bisa mencium aroma vagina Riska dari tempatnya duduk sekarang. Kejadian itu berlangsung sekitar 10 menit, atau lebih. Ah aku tidak dapat memperkirakan berapa lama karena akupun seperti terlarut melihat betapa seksinya Riska saat itu.

“Ayo sayang sini naik, masukin ya” Andi menarik bahu Riska.

“Dedeknya udah mau ketemu sama memek kakak ni, dedek baik-baik ya sama memek kakak, jangan dinakalin loh” kulihat Riska berbicara seperti itu sambil mengecup penis Andi.

Kulihat Riska ditarik Andi untuk dipangku, karena posisi Andi saat itu tetap duduk tidak membaringkan badannya seperti pada posisi women on top. Sambil ditarik kulihat mulut Riska mengecupi seluruh badan andi yang dilewati kepalanya saat dia beranjak.

Kemudian setelah dia sudah diatas pangkuan Andi, dia menggesek-gesekan penis Andi ke memeknya sambil menoleh kearah 3 teman Andi itu dan kulihat dia tersenyum menggoda.

“Ahh sayang penuh banget, udah lama gak ngerasain yang enak kaya gini” Riska mengerang saat penis Andi mulai memasuki vaginanya.

“Kurang pemanasan tu ndi makanya masih keset” Celetuk Anto yang terlihat terpana melihat keliaran Riska

“Enak aja To, gak usah dipanasin juga udah basah banget gini kok. Ini tu karena kontolku yang gede tau. Iya gak sayang? Hos hos” Andi mebantah argumen Anto.

“uh uh uh iyahh, kon uh kontol Rudi gede uhh, enakhh bangethh tau ah ah ah” Riska membela Andi sambil tersengal sengal karena sodokan penis Andi di vaginanya.

Riska sepertinya sangat meresapi kenikmatan yang diberikan oleh penis Andi, karena disitu terlihat saat andi menghentikan goyangannya. Riska membenamkan penis itu dalam-dalam karena terlihat pantat dia menekan paha andi. Beberapa saat kemudian dia terlihat melumat bibir Andi sambil menaikan pantatnya sampai terlihat kepala penis Andi menyembul, kemudian dia menurunkan pantatnya kembali dengan pelan sampai penis Andi menghilang diantara kedua pahanya.

“balik badannya sayang, lihat tu apa yang mereka lakuin” Andi membalik badan Riska sehingga sekarang Riska menghadap ke arah 3 temen Andi yang terlihat mereka sedang memainkan penis mereka masing-masing.
Sekarang posisi Riska masih dipangku Andi dengan kaki mereka berua menjuntai ke lantai. Riska agak bungkuk ke depan dengan tanganya sebagai penahan badannya dia tekankan di lutut dia.

“Mereka lagi ngapain sayang? Hoh hos hos” Tanya Andi sambil mulai memompa vagina Riska, Kulihat pantat Riska juga mengikuti goyangan andi.

“auuh auhh Lagi mainin kontolnya sendirihh sayanghh ohh, kasianh bangeth mereka uh uh” Jawab riska.

Tiba-tiba Andi melakukan hujaman yang kencang dan keras ke arah vagina Riska hingga badan Riska terlihat terdorong kedepan. Karena pegangannya pada lututnya kurang kuat maka hampir saja Riska jatuh tersungkur, tapi untungnya dia mendapatkan pegangan baru, yaitu paha Fajar.

Aku bersyukur Riska tidak jadi tersungkur, tapi sialnya sekarang wajah Riska berada di jarak yang sangat dekat dengan wajah Fajar. Tapi saat itu Riska masih mebungkuk karena masih mengatur keseimbanganya. Terlihat sekarang posisi Andi sudah tidak lagi terduduk melainkan sekarang dia berdiri di lantai sambil tetap memompa vagina Riska.

Kulihat Riska mendongakan kepalanya dan dia seperti kaget melihat wajahnya pas di depan wajah Fajar yang hanya terletak beberapa centi di depannya. Riska menatap wajah Fajar dengan sayu sambil dia mendesah desah. Jika saja aku yang berada di posisi Fajar pasti akan langsung aku lumat saja bibir seksi Riska. Pasti saat itu wajah Riska terlihat seksi sekali di mata Fajar.

“kasian kenapa emangnya? huh huh huh” Andi terus memompa vagina riska dengan ritme yang cepat.

“ ahh sayang, kasian mereka gabisa ngerasain memek Riska uh uh uh. Tapi kalo mulut Riska boleh gak sayang?”

Tanya Riska.

“ Ya terserah kamu sih auh anjing enak banget ni memek” Jawab Andi sambil terus memompa vagina Riska.

Mendengar jawaban Andi, terlihat Fajar langsung melumat mulut Riska dengan ganasnya, kemudian terlihat joni memegang kepala Riska dan kemudian Riska melepaskan pagutannga dengan Fajar, lalu Riska mulai melumat mulut Joni. Begitupun Anto yang sepertinya tidak mau kalah dengan kedua temannya itu. Saat Riska dan Anto sedang berciuman, terlihat joni mengulurkan tangannya untuk memainkan payudara Riska dan terlihat Fajar sedang menciumi leher Riska.

“ouuhh sayanghh, mereka langgar janji ohh, ada yang mainin tetek Riska inihhhh uhh, astaga enak bangethh” Kata Riska disela pagutannya yang terlepas dari mulut Anto.

“Yaah kalo kamu mau uh ya aku gak bisa larang hos hos” Jawab Andi sambil memompa vagina Riska dengan kencang.

Sekarang terlihat Riska mengarahkan kepalanya menghadap fajar dan dia kembali melumat bibir fajar, kali ini terlihat sekali lumatan Riska sangat agresif sekali. Dan ya ampun, aku melihat tangan Riska menjulur dan sekarang dia membelai penis Fajar dan mulai mengocoknya. Beberapa saat kemudian terlihat dia menurunkan kepalanya dan dia mengulum penis Fajar.

Sambil mengulum Penis Fajar kulihat tangan kiri Riska terulur ke penis joni dan terlihat dia mulai mengocoknya. Saat gerakan naik turun tangan kirinya itu beberapa kali kulihat sedikit kilatan cahaya dari tangan kiri Riska, ya, sumber cahaya itu adalah pantulan cahaya dari cincin yang aku berikan waktu liburan dulu.

Andi yang melihat tingkah riska yang yang begitu sepertinya dia tambah bernafsu dan itu terlihat dari cara dia menghujam-hujamkan penisnya ke vagina Riska yang sepertinya dia hujamkan dalam-dalam.

Beberapa saat kemudian terlihat fajar seperti mengerang dan terlihat dia menahan kepala riska, tetapi Riska memberontak hingga sekarang kepalanya terbebas dari cengkeraman fajar dan sekarang malah beralih menyerang mulut fajar, terlihat fajar yang sepertinya tidak tahan akhirnya dia mengocok penis dia sendiri dan terlihat dia klimaks.
Saat kepala Riska terlepas dari pagutan fajar, terlihat kedua tangannya saling terbentang sehingga aku menebak pasti tangan kanannya juga sedang mengocok penis Anto.

Kulihat Andi sudah mulai berejakulasi di pantat Riska dan terlihat Anto juga mengerang, sekarang terlihat Riska masih sibuk mengocoki penis Joni tapi tidak lama kemudian Joni juga berejakulasi, saat melihat joni berejakulasi bukannya berhenti tetapi dia malah terus mengocok penis Joni seperti sedang memompa sesuatu, hingga akhirnya penis Joni menyemburkan spermanya tetapi tangan Riska malah menutupi ujung penis joni sehingga sperma Joni tidak muncrat ke atas karena tertahan oleh tangan Riska.

Setelah menahannya Riska melanjutkan mengurut-ngurut penis Joni, dan kulihat sperma Joni meleleh di tangan Riska dan sebagian ada yang melelehi cincin pemberianku itu.

Aku yang sedari tadi onani juga akhirnya berejakulasi juga, tetapi diantara kenikmatan saat berejakulasi tanpa sadar airmataku juga meleleh melihat ada sperma orang lain yang membasahi cincing pertunanganku dengan Riska.

Terlihat ketiga teman Andi berpamitan saat Riska sedang berada di kamar mandi dan mereka bertiga berujar titip salam untuk Riska. Setelah itu terlihat Riska keluar dari kamar mandi dan kulihat dia sudah rapi kembali seperti saat tadi dia aku antar ke kampus.

Tapi sekarang muka dia terlihat sedikit murung, kulihat dia berpagutan sebentar dengan Andi dan kulihat dia berpamitan sambil keluar dari kamar Andi.

Tubuhku serasa sangat lemas melihat kejadian apa yang baru aja aku saksikan itu, aku seperti kehabisan ide memikirkan apa yang bisa aku lakukan. Sampai saat ini aku masih belum bisa menemukan apa ang cocok untuk ku lakukan untuk menyelesaikan masalah ini, memutuskan hubungan dengan Riska? Tentu hal itu sempat terpikir bahkan berkali-kali terpikir.

Tapi sepertinya tidak akan aku lakukan hal itu karena memang dengan berbagai pertimbangan itu akan sangat berat sekali untuk jalanku ataupun jalan Riska, yang menjadi fokus pikiranku sekarang adalah bagaimana caranyaa menjauhkan Andi daan Rudi dari kehidupan Riska. Menggunakan kekerasan? Ah tentu itu hal yang konyol, dan bisa-bisa itu malah akan membahayakan psikis dan fisik Riska nantinya.

Akupun memutuskan untuk pulang saja ke kosan, di jalan tanpa aku sadari aku menangis, untung saja helm yang aku pakai berkaca gelap sehingga dapat menutupi tangisku dari penglihatan pengendara lain. Aku memutuskan langsung saja pulang ke kosan dan mengembalikan motor temenku besok saja, tidak lucu juga kalo temenku sampai tahu aku yang biasanya kelihatan tegar malah nge’gap’ aku abis nangis. Bisa-bisa jadi santapan biang gosip kampus nantinya.

“Sayang abis dari mana? Pake motor siapa?” Tanya Riska tersenyum ramah kepadaku. Ternyata dia sudah ada di depan kamarku.

“Oh aku abis dari bengkel, mobilku lagi mau diservis dan aku males nunggu soalnya agak gak enak badan, makanya aku pinjem aja motor bengkel”

“ Ya ampun, sayang pasti kecapean deh, yaudah ayo masuk nanti aku pijitin deh di dalem” ujar Riska dengan perhatiannya kepadaku.

CKREK!

Lanjut ke halaman berikutnya...



Aku dipijati si Riska hingga terasa nyaman sekali badanku ini. Riska memijati sekujur tubuhku hingga aku merasa sangat rileks dan mulai sedikit melupakan kejadian yang baru aku lihat tadi, sungguh sangat nyaman sekali dipijiti Riska dengan penuh perasaan.

Riska menyuruhku membalikkan badannya kemudian akupun terlentang, aku terlentang sambil tersenyum. Melihatku tersenyum Riskapun lalu tersenyum kemudian dia mulai mengecup bibirku, lalu akupun melumat bibirnya. Kami berciuman sangat mesra sekali hingga aktivitas kami terganggu karena adanya suara klakson mobil dari luar.

“Huuuh, Rani kok cepet banget sih jemputnya. Sayang, aku mau anter Rani belanja dulu ya” Kata Riska dengan memasang wajah yang kecewa.

“Yaah sayang, padahal lagi pengen kangen-kangenan ini” Akupun menjawab sambil memasang wajah kecewa.

“ihh manja banget deh sayangku satu-satunya, yaudah nanti malem aku tidur disini deh, itupun kalo kamu boleh” Jawab Riska sambil memeletkan lidahnya sedikit mengejek.

Kulihat Riska beranjak dari tempat tidurku, kemudian dia menyisir rambutnya. Ya ampun, kenapa ada makhluk yang secantik ini sih, kataku dalam hati. Setelah itu Riska beranjak keluar, diluar aku melihat Rani yang sudah tampil cantik. Aku lihat Rani terlihat sangat seksi sekali dengan kaos ketat tanpa lengan dan rok mini jeans di bawahnya. Ternyata Rani tidak sendiri, dia bersama cowoknya yang kulihat berdiri bersandar di samping mobilnya.

“sayaang, aku jalan dulu ya” kata Riska sambil mencium tanganku.

“Abang ganteng, Riskanya Rani pinjem dulu ya” Teriak Rani sambil melambaikan tangannya kearahku, akupun hanya tersenyum dan mengangguk.

Aku merasa ada yang aneh, kalo Rani sudah bersama pacarnya terus buat apa ngajak Riska segala. Aku yang curiga kemudian langsung masuk kamar untuk mengambil helm dan kemudian aku langsung tancap gas motor pinjamanku untuk mengikuti mobil tersebut. Untung gerakanku tadi cepat hingga jejak mobilitu masih bisa aku ikuti.

Kulihat mobil itu berjalan ke arah kompleks perumahan kos Riska, dan ya memang benar mobilitu berjalan menuju ke kosan Riska. Saat itu aku berpikir mungkin Riska mau mengambil sesuatu dari kosnya, tapi kulihat mobil itu bergerak masuk ke halaman kos Riska. Setahuku dan dari kebiasaanku, kalau kita mengantar orang untuk hanya mengambil barang yang ketinggalan biasanya tu mobilku aku taruh dipinggir jalan.

Dan kutunggu sekitar 10 menit mobil itupun tak kunjung keluar, akhirnya aku memutuskaan untuk mengintip apa yang sedang terjadi. Kuparkirkan motor di Indomar*t dekat kos Riska. Aku berjalan mengendap masuk ke halaman kos Riska dan aku langsung menuju ke bagian belakang kos Riska. Aku langsung menuju belakang kos Riska karena aku sudah tau titik mana yang aman untuk mengintip, yaitu lewat pintu belakang kosnya.

Aku sampai di posisiku mengintip dan aha, ternyata lubang ini belum diperbaiki oleh Riska ataupun pemilik kos. Lubang itu adalah lubang bekas grendel pintu yang terlepas dan belum terpasang grendel baru, sehingga dari lubang bekas grendel itu yang lumayan besar aku pasti dapat melihat dengan leluasa ke dalam.

Ku dorong buntelan kertas yang Riska pakai untuk menyumbat lubang tersebut, setelah terdorong jatuh kemudian aku langsung tempatkan kepalaku dengan mataku sebelah kanan pas pada posisi lubang itu untuk menghindari masuknya cahaya dari luar.

“Lagian kamu sih, orang Andi itu kan penjudi, mau-maunya aja diajak taruhan sama dia. Toni aja udah males taruhan sama Andi soalnya dia kalo menang tu nagihnya terus terusan, tapi kalah tu alesan mulu” Rani berbicara kepada Riska.

“Ya gimana ya ran, namanya juga khilaf” Ucap Rani agak lesu.

“Lah terus gimana kejadian dalem toilet itu Ris? Ceritain dong” Ucap Rani sambil membelai kepala cowoknya.

“Ah, kan malu Ran ada Toni ini. Ya gitu deh awalnya ya emang dia cuma mainin tetek aku gitu, ya ampun dia jago banget mainin tetek aku, enak banget tau ran. Terus tiba-tiba dia elus pahaku gitu deh, karna udah horni ya aku buka aja pahaku sekalian hiihi” Ucap Riska sambil tersipu malu.

“Ngapain malu sama Toni,bentar lagi juga kamu bakal jadi kameramen buat kita hihihi.” Kulihat Toni (Pacar Rani) kini sedang menciumi leher Rani, mendengar pengakuan Riska sepertinya mereka jadi horni.

“Ini ris, bisa makenya kan?” kulihat Toni menyerahkan handycam dari tas Rani, kemudian menyerahkannya ke Riska.

Riska mulai menyalakan handycam itu, kemudian dia mengarahkannya ke arah Rani dan Toni yang sedang bercumbu, terlihat Rani sedang mendesah keenakan karena lehernya sedang Diserang oleh toni. Kulihat Ton membuka kaos Rani, Rani ternyata tidak memakai bra sehingga sekarang tersembulah payudara dia di hadapan Toni. Toni gak menyia-nyiakan kesempatan itu sehingga langsung saja dia lahap payudara rani.

“Haii pemirsahh, sekarang kami lagi mau bikin film bokep nihhh uh, perkenalin aku Raniiih, ini yang lagi nyusu pacarku toni sama yang lagi ngrekamhhh namanya riska uhh” Rani berkata begitu sambil merem melek.

Kulihat Riska agak kurang fokus juga pegang handycam tersebut, aku rasa dia sudah mulai agak horni melihat kelakuan Rani dan Toni, itu terlihat karena Riska merapatkan kedua kakinya seperti orang yang sedang menahan pipis. Kurasa Rani juga menyadarinya karena terlihat dia malah melakukan gerakan-gerakan yang memprovokasi Riska dan disertai dengan desahan-desahan yang benar-benar seksi.

“Siniin ris kameranya” Rani kemudian mengambil kamera dari tangan Riska, setelah itu dia melepaskan badannya dari cengkeraman Toni.

Terlihat Rani memberikan kamera itu kepada Toni, kemudian mereka terlihat menonton berdua sambil tertawa. Kemudian kulihat Rani berdiri kemudian dia mendekati Riska, kulihat rani mendorong riska ke arah ranjang hingga sekarang Riska terjerembab dan terduduk di tepian ranjang, riska terlihat sedikit memberontak tapi kemudian Rani menahan badannya.

“Diem aja Ris! Atau aku bakal laporin kelakuanmu ke cowokmu!’ hardik Rani, kulihat Riskapun tertunduk pasrah.

Rani memegang kepala Riska,Riska menggeleng dan menoleh ke arah lain, tetapi kemudian kepalanya ditarik Rani dan kemudian mereka saling menatap. Toni tidak menyianyiakan adegan itu, kemudian Toni mengarahkan kameranya ke arah mereka berdua. Aku dapat melihat dengan jelas karena posisi Riska dan Rani yang berada di samping pintu belakang tempatku mengintip. Karena memang ranjang Riska berada di dekat pintu belakang.

“Aku tau Ris kamu tu horni liat aku sama Toni tadi, iya kan” Tanya Rani sambil dibuat-buat seksi suaranya.

Riska gak menjawab pertanyaan Rani, dia malah memalingkan wajahnya, hal ini malah membuat malapetaka baginya karena terlihat Rani mengulum telinga Riska dan kemudian dia menciumi leher Riska. Rani terlihat pandai sekali dalam memainkan lidahnya disekitar titik-titik sensitif Riska, mungkin karena dia juga cewek jadi dia tau bagian mana saja yang sensitif. Toni terus mengarahkan kameranya ke arah Rani dan Riska, kulihat wajah Toni sangat sumringah sekali.

Rani terus menyerang leher Riska, sementara Riska seperti sedang melawan birahinya karena terlihat dia memejamkan matanya dan mengatupkan rahangnya. Kini terlihat tangan Rani sedang menyentuh payudara Riska dari luar kemejanya, dia mainkan tangannya disitu hingga beberapa saat kemudian dia terlihat sedang mencoba membuka kancing-kancing kemeja Riska.

“Tolong hentiin Ran, perjanjiannya kan gak gini” Protes riska sambil mukanya terlihat seperti memohon dan tangannya menahan tangan Rani.

“Udah nikmatin aja, aku cuma bakal nyentuh kamu aja kok. Coba aja ya” ucap Rani sambil tersenyum manis ke arah Riska, kemudian dia terlihat mengelus pipi Riska.

Alhasil akhirnya Riska melepaskan tangannya yang tadi menahan tangan Rani. Kemudian Riska memejamkan matanya. Rani yang mendapat lampu hijau lalu membuka kemeja Riska, tapi diaa membiarkan 2 kancing paling bawahnya tetap terpasang.

Kemudian Riska menurunkan tali bra Riska dari bahunya dan di lanjutkan dengaan menarik turun cup bra Riska, hingga sekarang payudara Riska sudah terpampang di depannya. Rani kemudian menangkupkan tangannya di payudara Riska, terlihat dia meremas-remas payudara Riska hingga membuat Riska mendongak.

Puas bermain dengan payudaranya, tangan rani sekarang sedang berusaha membuka pengait celana Riska dan kemudia resleting Riskapun sudah diturunkannya, setelah itu kulihat Rani menarik lepas celana jeans riska beserta celana dalamnya. Setelah celana itu terlepas Riska langsung mengatupkan kedua belah kakinya.

“Buka lebar kakimu!” Perintah Rani, tapi Riska menggeleleng, kulihat nafas Riska sesak karena nafsu, terlihat bahu dia naik turun dan nafas Riska ngos-ngosan.

Mengetahui Riska menolak permintaannya, Rani kemudian membuka secara paksa kaki Riska, tetapi itu terlihat sangat mudah seperti tidak ada perlawanan. Kemudian Riska memasukan tangannya diantara paha Riska, aku tidak dapat melihatnya karena tertutup oleh paha Riska. Kemudian Riska terlihat kembali mendongakkan kepalanya.

“Nikmatin aja Ris, aku tau kamu keenakan kok” Ucap Rani sambil sambil matanya menatap kearah Riska tetapi tangannya masih diantara 2 paha Riska.

“Buktinya udah basah gini” ucap Rani sambil memandang ke arah kamera, terlihat Toni mengacungkan jempalnya ke arah Rani.
“Apa yang kamu pikirkan sekarang Ris?’ tanya Rani terhadap Riska yang masih terpejam dan menggigit bibirnya.

“uhhh pen ah nis” Jawab Riska sambil tetap terpejam. Rani terlihat menjilat jari telunjuknya kemudian mengulumnya. Setelah itu dia masukan kembali tangannya diantara paha Riska, terdengar riska agak berteriak ‘HUUUNGGH!’ Rani tersenyum kemudian tangannya seperti sedang maju mundur.

“Kasih tau aku kalo kamu lagi ngerasa keenakan” ucap Rani diantara kocokan tangannya, tetapi Riska tidak menjawabnya.

Rani kemudian merangkak naik sambil tangan kirinya masih berada diantara kedua paha Riska, kemudian dia terlihat mengelus rambut Riska. Riska kemudian terlihat membuka matanya lalu dia tersenyum kearah Rani, tanpa kuduga Riska kemudioan memajukan kepalanya ke arah rani dan dia melumat bibir Rani.

Mereka terlihat sangat mesra sekali, sungguh aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa melihat 2 orang wanita saling berciuman secara langsung. Tonipun sepertinya merasa begitu karna aku lihat dia sedang meremas penisnya dari luar celananya.

Kulihat kepala Riska di dorong oleh Rani kebawah kemudian riska menjilati leher rani, dan Rani kembali menekan kepala Riska kebawah, hingga sekarang wajah Riska berada tepat didepan payudara Rani. Kulihat Riska sekilas menatap ke Rani, kemudian Rani tersenyum ke Riska dan menganggukan kepalanya.

Kemudian terlihat Riska memejamkan matanya dan mulai menjulurkan lidahnya ke arah payudara Rani dan kulihat dia menjilati payudara rani hingga Rani pun mendesah ‘oohhh’, Riska sekarang mengulum payudara Rani dan kadang juga menghisap, kemudian dia berpindah kebagian payudara lainnya. Sungguh terlihat sisi liar Riska sekarang sedang keluar dan itu terlihat sangat menggairahkan.

Rani sepertinya kelabakan menghadapi serangan dari Riska, dia mendesah-desah gak karuan. Kemudian dia menarik tangan toni, kemudian dia mencium bibir Toni dengan ganas sambil menikmati serangan Riska di payudaranya.

Celana Toni sekarang sudah terlepas dan sekarang penisnya sedang dikocok oleh Rani. Terlihat Riska seperti curi-curi pandang ke arah penis Toni yang sedang dikocok Rani. Tangan kiri Toni mengelus-elus rambut riska sambil tangan kanannya berusaha fokus dengan rekamannya.

Rani menarik kepala Riska, lalu dia melumat bibir Riska dan Riskapun terlarut dalam ciuman mereka. Tangan Rani terlihat mengangkat tangan Riska yang sedang meremas payudara Rani, kemudian tangan itu dia arahkan ke penis Toni.

“Ran” Riska melepas pagutannya dari rani, kemudian dia menggigit bibrinya sambil memandang ke arah penis Toni yang sekarang sudah berada di genggamannya.

“Nikmatin Ris” Rani menjawab Riska dan tersenyum, kemudian dia menoleh dan menyerang paha Toni.

Oh ya ampun, sekarang tangan Riska terlihat seperti maju mundur.

“eeeeessst, Toni nafsu yah, kok udah tegang banget” bahu riska naik turun, dan sekarang kulihat riska mencondongka tubuhnya. Ya ampun sekarang riska sedang melakukan blowjob terhadap toni.

Rani yang daritadi sedang menciumi paha Toni kemudian bergerak naik dan mencium bibir Toni. Tak berapa lama Rani kemudian turun kembali, tapi kini wajah dia berada disamping kepala riska yang sedang maju mudur melumat penis Toni. Rani terlihat tersenyum melihat sahabatnya sepertinya sangat menikmati penis pacarnya tersebut, kemudian dia mengelus kepala Riska. artseks.com

Riska sepertinya mengerti dengan apa yang harus dia lakukan, kemudian dia terlihat bergeser kesamping tanpa melepaskan kulumannya terhadap penis toni. Rani lalu menjilati buah zakar Toni, dan dia bergerak naik untuk menjilati penis Toni. Riska terlihat mengalaah dan dia sekarang menjilati sisi kiri penis Toni dan Rani menjilati penis Toni. Toni merem melek menerima serangan begitu, tapi tangannya tetap fokus.

Mereka sepertinya sangat menikmati penis Toni, kini Riska dengan nakalnya tangannya bermain main diantara paha rani dan kemudian dia menarik lepas celana dalam rani yang membuat rani terpekik dan melotot ke arahnya, tapi riska malah tertawa.

Toni menarik badan rani, kemudian dia mendorong badan Rani sehingga sekarang badan rani ditopang oleh kedua tangannya. Toni menyerahkan kamer kepada Riska dan kemudian dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Rani.

“Pemirsa, sekarang sedang terjadi live sex. Rani si binal haahaha’ ucap riska sambil tertawa. Rani terlihat menikmati masuknya penis toni kedalam vaginanya.

“Lihat wajah rani yang lagi keenakan lagi dikontolin pacarnya pemirsa” Ucap Riska sambil arah kamera menghadap kewajah Rani

“Ouuh emang enak banget kontol toni tau, mauuh nyicipinn uh” rani menjawab sambil mendesah

“Kalo boleh sih hihiihi. Uh emang kayaknya enak banget deh” Riska berkata sambil kameranya dia arahkan ke arah kedua kelamin sedang beradu dan tangannya berada di vaginanya.

Rani melepaskan penis toni dari vaginanya kemudian dia merebut handycam dari tangan riska dan dia mendorong tubuh Riska hingga dia terlentang dikasur. Toni tau apa yang harus dilakukannya pun langsung menghampiri riska dan membuka lebar kaki Riska, kemudian dia menciumi bibir Riska dan terlihat riskapun membalas ciuman Toni, tangan Toni sekarang sedang mengarahkan penisnya ke vagina Riska dan terlihat kaki Riska sekarang makin membuka lebar.

Rani sedang memposisikan handycamnya di atas meja belajar riska, dia posisikan sedemikian rupa sepertinya dia ingin mendapatkan view terbaik dari pemandangan didepannya. Setelah dia menemukan posisinya kemudian dia langsung menuju kesisi Riska yang sedang merasakan nikmat disetubuhi toni.

“Gimana ris, udah percaya kontol Toni nikmat kan?” Tanya Rani sambil tersenyum menggoda

“ouuh ya ampun, enakkh banget kontol toni uh. Uh enak banget memekku ran, beruntung banget memekku bisa dimasukin kontol seenak ini ouuhh, jangannh ran, nanti aku keluuar ahh” riska meracau karena sekarang payudaranya sedang dijilati Rani dan kulihat tangan rani sedang memainkan klitoris riska.

Rani masih asik memainkan payudara dan klitoris Riska tanpa peduli racauan Riska yang meminta berhenti.

Kemudian dia terlihat melepas penis Toni dari vagina Riska, dia melirik ke arah Toni kemudian menepuk pantatnya.

Toni mengerti apa yang diminta Rani yang kemudian dia berjalan ke arah belakang Rani dan mulai berusaha memasukkan penisnya ke vagina Rani. Saat penis Toni mulai memasuki vaginanya, kulihat Rani membenamkan wajahnya ke vagina Riska.

“Awww ran ya ampunh enakh bangeth ohhh” kaki Riska terlihat menjepit kepala Rani.

Terdengar suara ‘srruupp’ dan ‘clep clep clep’ beserta dengan rintihan dan desahan dari 3 makhluk yang sedang berasik asikan tersebut. Suara “sruuup” sepertinya berasal dari mulut Rani yang sedang memainkan vagina Riska dan suara gesekan penis Toni dan Rani menghasilkan suara ‘clep clep clep’. Oh, benar-benar keadaan yang sangat sensual.

Beberapa saat kemudian Toni sepertinya berejakulasi, karena kulihat dia melenguh kemudian melepas penisnya dari vagina Rani dan menyemprotkan spermanya di pantat Rani.

Kemudian Rani merangkak ke atas dan dia mulai melumat bibir Riska, gak terbayang gimana rasa bibir Rani yang langsung melumat bibir Riska, pasti masih ada rasa dari vagina Riska dibibirnya dan pasti Riska merasakan juga rasa dari vaginanya sendiri, tapi sangat terlihat kalo sekarang Riska sangat menikmati ciuman tersebut.

“Ris, pejuhnya Toni rasanya enak loh. Gamau nyicipin” Tawar Rani

“hmmmphh kan udah keluar punya dia” Rani menjawab di sela-sela pagutan bibirnya.

“Masih banyak itu di pantat aku, kamu cicipin ajah hmmphh” Jawab Rani.

Kulihat Riska sedikit terhenyak, dia seperti sedang berpikir sesuatu. Tapi tak lama kemudian aku lihat Riska mulai merangkak ke bagian belakang tubuh Rani. Kulihat dia terdiam menatap bongkahan pantat Rani, kemudian matanya terpejam dan dia mulai menjilati bongkahan pantat Rani dan dia menyusuri bongkahan pantat tersebut, kemudian kulihat wajah Riska berhenti di suatu titik dan disitu terlihat kepalanya bergerak di tempat, kuyakin dia sedang mencium atau menjilatri sesuatu.

“oouuhh Ris enak banget Ris” Erang Rani, kemudian aku lihat kepala Riska agak condong ke atas.

“Ouuh Riss geliih banget eeh, babe uh, Riska nakal bangeth ni jilat jilat anuskuh oh” Rani mengerang keenakan. Mendengar itu sepertinya birahi Toni naik kembali, dia mendekati Rani dan kemudian menyodorkan penisnya ke mulut rani, Rani langsung melahap penis itu dan dimainkan sedemikian rupa hingga penis Toni terlohat menegang sempurna.

“Riss uh jangannh, aku belum pernahh. Ahhh sayang, tolong dong Riska masukin jarinya ke anusku uhh” Rani terlihat melepas penis Toni dari mulutnya kemudian mengocok penis Toni sambil melaporkan kelakuan Riska.

Toni sepertinya sudah tidak tahan kemudian berjalan ke arah belakang Riska kamudian dia angkat pantat Riska dan terlihat Riska juga mengagngkat pantatnyaa sehingga posisinya menungging.

“Dimemek aja Ton” Riska berkata sambil tangannya berada diantara bongkahan pantatnya, sepertinya Toni tadi berusaha memasukkan penisnya ke anus Riska. Kemudian Toni menggenjot vagina Riska selama sekitar 10 menit, selama itu pula terdengar suara “ah uh oh” dari ketiganya.

“Udah siap pakai ni Ton ouuuhhm” Ujara Riska sambil merekahkan bongkahan pantat Rani dan dia melepas penis Toni dari vaginanya.

“Tahan ya Ran, nanti juga enak kok” Riska mengelus rambut Rani dan dibelakang terlihat Toni sedang berusaha memasukan penisnya ke anus rani. Sepertinya beberapa kali Toni gagal penetrasi ke anus Rani.

“ auuuww sakitt anjing, aduh” Rani berteriak kesakitan saat Toni sudah berhasil memasukkan penisnya kedalam anusnya.

“tenang ran, nanti juga kerasa kok enaknya” Riska menenangkan Rani. Dan memang beberapa saat kemudian Rani memang sudah tidak meringis kesakitan, tapi diapun gak mengerang kenikmatan

“bangsat enak bangeth ni lubang uh, aku mau keluar ni, buka mulutmu Ris” Toni mengerang dan menarik kepala Riska dengan kasar.

Riskapun menurut membuka mulutnya, dan sperma Tonipun beberapa kali menyemprot ke mulutnya. Setelah sepertinya sudah habis kemudian Riska melumat penis Toni. Setelah itu dia menghampiri Rani yang sedang terbaring lemas, kemudian dia melumat bibir Rani. Ah ini adegan seperti yang ada di film porno, film porno yang dibintangi oleh artis profesional barat.

Aaaaa aku sudah tidak tahan melihatnya kemudian memutuskan untuk pulang ke kos saja. Saat hendak berjalan keluar kos aku bertemu dengan satpam yang jaga di kos Riskaa.

“Loh mas kok abis dari belakang? Ngapain?” tanyanya

“Ah enggak kok, iseng aja pengen ke belakang tadi. Pak jangan bilang-bilang Riska aku abis kesini ya” Jawabku sambil memberi dia 2 lembar uang merahku.

“Siip bos. Bos satu ini memang paling baik deh. Yaudah saya mau ngumpul sama bapak-bapak dulu” Ujarnya sambil melongos ke arah gerombolan bapak-bapak yang sepertinya sedang berjudi.

Akupun kembali menuju Indomar*t dekat kos Riska, kemudian kunyalakan mesin motor dan kupacu motor itu dengan perasaan tidak karuan. Seringkali hampir saja aku menabrak pengendara di sekitarku hingga akupun di maki oleh mereka

Lanjut ke halaman berikutnya...



Final chapter
Sekitar jam10 malam Riska datang ke kosku, wajahnya terlihat sangat lesu.

“Balanja apa sih kok sampe malem gini?” Tanyaku ke Riska.

“Ya belanja macem-macem”Jawab Riska singkat.

“Sayang, horni ni” Ucapku sambil memeluk Riska dan menciumi telinganya.

“Duh, jangan sekarang deh aku lagi capek” Riska berusaha melepaskan pelukanku.

Aku tidak melepaskan pelukanku, malah mempererat pelukanku, bahkan kini aku mengunci badan Riska hingga Riska kesakitan. Tapi aku gak peduli dan mulai meremas-remas payudaranya. Aku remas dengan kasar.

“Hei sayang lepasin. Bajingan!” Riska membentakku. Aku terhenyak, Riska menyebutku bajingan? Batinku Aku gak peduli bahkan sekarang aku sudah membuka bajunya dan sekarang sedang kunikmati payudaranya.

Tangankupun sekarang sedang berusaha membuka celananya dan aku berhasil membuka celana dia dan juga celana dalamnya. Aku sudah bernafsu sekali melihat apa yang Riska lakukan seharian ini sehingga tanpa perlu disentuh Riskapun penisku sudah tegang maksimal. Aku elus dan aku celupkan jariku ke vagina Riska, Riska masih saja meronta-ronta.

Aku yang sudah sangat bernafsu tidak memperdulikan rontaan Riska dan kudorong saja tubuh dia ke ranjang, aku buka kedua kakinya. Ya ampun, aku melihat memek dia memerah, mungkin karena terlalu sering dihantam penis seharian ini pikirku. Akupun langsung memasukan penisku ke vaginanya dan dengan mudahnya penisku menerobos vagina dia. Entah karena memang vagina dia juga sudah ‘basah’ atau melongar karena di terobos penis lain sebelumnya. Entah lah aku tidak peduli.

Bosan dengan posisi missionaris, akupun membalik tubuh Riska dengan kasar, sehingga Riska sekarang sudah menungging dan langsung saja aku tancapkan penisku ke vaginanya. Aku genjot dengan cepat, saat aku melihat pantatnya terlihat lubang anusnya yang mungil dan membuatku tergoda.

Kubasahi jari telunjukku kemudian aku masukkan ke anus Riska, terdengar lenguhan Riska “heenggg’. Puas memainkan jariku di lubang anus dia akupun mencabut jariku dari anusnya dan penisku dari vaginanya, kemudian aku coba terobos lubang anus dia. Tapi tangan Riska menghalanginya dan mendorong tubuhku.

“jangan disitu, aku gamau njing!” Riska kembali membentakku.

Aku tidak peduli dan terus saja aku berusaha membenamkan penisku ke anusnya, dan akhirnya aku berhasil dan aku langsung genjot saja lubang tersebut sampai aku berejakulasi didalamnya. Kemudian PLAKK!

“Kamu kok jadi kasar ginin sih! Kamu berubah!” Riska membentak dan menamparku

“Maaf, aku tadi cuma lagi horni aja” Ucapku dengan kepala menunduk.

“Aku gak suka ya, kalo aku bilang enggak mau ya enggak! Kamu udah berubah!” Mata Riska melotot ke arahku. Dia terlihat marah sekali.

“Iya aku udah berubah, kamu berubah, semua sudah berubah, dan aku rasa aku udah gak bisa mengikuti arus perubahan itu” Ucapku tenang, tapi mataku menyorot tajam mata Riska, memainkan psikologi dia.

“Maksudmu?” tatapan Riska yang tadinya garang, sekarang berubah menjadi tatapan yang penuh tanya.

“Ya, aku rasa kita udah gak bisa sama-sama lagi. Terlalu banyak perubahan yang gak bisa aku ngertiin. Aku juga udah mau fokus sama skripsiku” aku tetap berusaha tenang.Kulihat air mata Riska mulai menggenang di kedua matanya.

“Aku lagi gak mau becanda ya sayang” dia sepertinya sangat berharap ini semua hanya gurauan.Dia terlihat lemas.

“Maaf Ris, aku mau fokus sama skripsiku” Ucapku lagi, sekarang kulihat air mata Riska mulai mengalir.

“Kenapa? Kenapa harus putus? Kita bisa break dulu, nanti setelah kamu wisuda kita bisa lanjut lagi” Riska sangat berharap.

“Maaf Ris, aku gak bisa janjiin itu. Masalahnya terlalu kompleks” ucapkusambil menyalakan rokok dan menghisapnya dalam-dalam.

“Aku gak mau sayang, please cabut lagi kata-katamu itu. Aku mau nglakuin apa aja sayang, please” Riska tiba-tiba memelukku dan menangis didalam pelukanku. Akupun memeluk dia dengan erat. Kemudian mencium rambut dia.

“Selama ini juga kamu udah ngelakuin segalanya buat aku, makasih ya Ris’ Ucapku sambil tetap mencium rambut dia.

“Enggak, kamu pasti becanda kan sayang? Aku gamau putus. Aku pengen tetep sama kamu selamanya” Riska mempererat pelukannya.

“Semua akan baik-baik aja Ris” Ucapku sambil tetap memeluknya.

“Gak mau! Riska baik-baik aja kalo sama kamu!” Jawabnya.

“Ih lihat deh rambutmu berasap. Fyuh fyuh” Ucapkua sambil meniup-niup rambutnya. Karena saat itu ada asap rokokku di rambutnya. Aku juga sedang berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Iiih sayang jahat banget deh! Udah bikin aku nangis bukannya diademin malah disembur asep rokok huuuh” Ucapnya sambil mengacak-ngacak rambutku. Sepertinya dia udah bisa teralihkan perhatiannya. Huft.

“Eh coba mana aku lihat belanjaannya, ada makanan kan? Aku laper ni’Ucapku sambil melepas pelukan Riska kemudian tersenyum lebar ke arahnya. Riskapun tersenyum padaku kemudian dia mengambil beberapa mie instan kemudian memasaknya.

Kami makan mie sambil bercanda, sambil bercerita apapun yang bisa diceritakan. Riska yang awalnya murung akhirnya terpancing juga tawanya dan kami sangat menikmati malam itu. Riska kemudian pamit.

Beberapa saat kemudian aku mendapat sms dari Riska ‘Aku sayang kamu, aku gak mau kamu ninggalin aku’. Aku hanya tersenyum membacanya. Besoknya Jam 8 pagi aku memutuskan untuk pulang kekampungku saja.




Satu minggu sudah aku di kampungku, selama satu minggu ini juga aku gak berhubungan sama sekali dengan Riska karena Hpku aku matikan. Seminggu ini aku habiskan waktu bersama keluarga dan temen-temenku.

Sempat ketemu juga dengan beberapa mantanku dan akhirnya nonton juga dengan beberapa mantanku itu dalam waktu yang berbeda. Sempat juga mereka mengalihkan pikiranku dari Riska tapi saat bangun tidur aku teringat kembali dengan Riska.

“Itu ada telepon tu dari mamanya Riska katanya pengen ngobrol sama kamu” Mamahku memberitahuku.

“Ah bilang aja lagi keluar atau masih tidur” jawabku enggan.

“Eh gak boleh gitu, gimanapun dia udah baik sama kamu, sama keluarga kita juga kenal dekat” Mamaku memaksaku untuk menerima telepon dari mamanya Riska.

Akhirnya akupun menerima telepon dari mamanya Riska, di telepon dia menceritakan keadaan Riska yang sekarang kelihatan murung dan sering menyendiri dikamar. Dia menananyakan kenapa Hpku gak bisa dihubungi, aku bilang saja lagi kehabisan baterai.

Malam harinya saat makan malam aku disidang oleh kedua orang tuaku. Mereka menanyakan kenapa sampai aku memutuskan hubungan dengan Riska, mereka sangat kecewa karena mereka sudah menyayangi Riska karena Riska anaknya baik dan sopan, bahkan kalau mamaku pergi menjengukku juga tidak lupa dia pasti pergi berbelanja bareng dengan Riska.

Setelah mendengar penjelasanku (tentu tidak menceritakan pengkhianatan Riska) mamaku menerima saja alasanku yang ingin fokus untuk mengerjakan skripsi, tapi disitu papaku tidak terima dan dengan alasan sebagai lelaki harus jantan harus berani menjelaskan semuanya kepada Riska apa yang aku jelaskan dihadapan kedua orantuaku.

Akhirnya mereka memutuskan hari minggu ini aku dan Riska harus ketemu dan sepertinya mereka berharap aku gak berpisah sama Riska. Huh, konspirasi keluarga pikirku! Ini kan masih hari senin, tapi yaudahlah hari Rabu nanti aku bakal balik ke kosku.




Akhirnya sekarang sudah hari minggu, hari yang aku tunggu-tunggu dan hari yang akan menjadi hari yang menegangkan. Aku dan Riska janjian ketemu di tempat yang pertama kali aku menyatakan cinta ke Riska. Di sebuah cafe yang terletak dipinggiran kota. Kami janji ketemu jam 7 malam.

Uh,udah jam 6 aja, pikirku. Akupun langsung mandi dan bersiap-siap ke cafe. Di perjalanan hatiku berdebar-debar gak menentu, bingung apa yang harus kulakuin nantinya, karena gimanapun aku masih sangat menyayangi Riska.

Aku akhirnya sampai juga di cafe, aku menanyakan meja reservasi atas nama Riska. Seorang pelayanpun mengantarkanku ke meja tersebut. Aku sempat tertegun, meja yang sama yang 2 tahun lalu aku dan Riska tempati saat aku berencana menembaknya.

Tapi bedanya sekarang Riskalah yang memilih meja ini untuk kami berdua. Setelah kami jadian kami gak pernah lagi duduk di meja itu karena Riska bilang meja itu khusus buat orang yang akan menyatakan cintanya.

Aku jadi semakin terkejut saat disitu duduk seorang gadis cantik, dengan senyuman yang sangat manis ke arahku. Bukan, aku bukan terkejut saat melihat senyuman manis Riska, tapi aku lihat Riska memakai kembali baju yang dia pakai saat aku menembaknya dulu, sebuah baju yang sangat anggun sekali dipakainya itu.

“hai Ris, udah lama nunggu?” tanyaku sambil tersenyum, kemudian aku duduk dikursi depan dia.

“Hai Yoh, barusan aja kok dateng. Apa kabar sekarang? 2 minggu gak ada kabar” Tanya Riska sambil tersenyum, senyum yang sangat manis tapi tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, karena matanya terlihat sembab.

Yohanes Satria Kirana, itulah namaku. Terasa sesak juga mendengar Riska memanggil namaku, ya setelah lama dia memanggilku sayang sekarang sudah tidak lagi. Padahal saat di sms dia masih memanggilku sayang. Aku memang sengaja tidak mengaktifkan paket BBMku karena untuk menghindari berondongan pertanyaan dari orang-orang yang menanyakan alasanku memutuskan Riska.

“Baik juga kok, kamu sendiri baik kan?” tanyaku basa basi.Jelas terlihat goresan luka hati diwajahnya dan terlihat tangan dia juga terlihat bekas sayatan.

“Aku baik juga kok, gimana kabar cewek barumu?” Tanya Riska.

“Hah? Cewek baru? Belum nemu Ris”aku menjawab

“yee masa sih? Bukannya kamu mutusin aku soalnya udah jalan sama cewek lain ya?” Riska seakan gak percaya.

“Sumpah belum punya Ris, gak ada itu yang namanya cewek baru, apalagi jalan sama cewek lain waktu pacaran sama kamu dulu. Orang ngurusin satu aja udah susahnya minta ampun kok” Jawabku sambil tertawa garing, tapi kulihat Riska gak ikut tertawa.

“Terus kalo gitu, kenapa kamu putusin Riska? Gak mungkin kalo cuma karena kamu mau fokus skripsi, Riska gak bakal ganggu skripsi kamu yoh, kamu sibuk KKN juga Riska gak ganggu kok, Riska gak nuntut kan? Yaudah, aku mau denger penjelasan kamu, sekarang” Riska memaksaku.

“huuuuuuufth. Mungkin Riska kenal Andi sama Rudi” jawabku sambil menarik nafas dalam-dalam.

“Hah?” Riska nampak sangat kaget.

“Aku tau semuanya Ris, dari waktu pertama kalian clubing, aku tau Ris, aku lihat dengan mataku sendiri” Aku menjawab dengan perasaan tidak karuan.

“Jadi kamu lihat semuanya, tapi kamu gak coba hentiin Riska? Kamu jahat yoh!” Riska mulai menangis.

“iya aku memang jahat, aku gak pantes buat cewek sebaik kamu” aku memgang tangannya

“Enggak yoh, bukan kamu yang gak pantes buat Riska, tapi Riska yang gak pantes buat kamu. Riska udah sangat kotor, pantes kamu udah gak mau sama Riska lagi, kamu pasti udah jijik kan? Huhuhuhu” riska berkata sambil menangis.

“Tapi yoh, Riska udah berhenti hubungan sama mereka yoh. Karena Riska pengin masa depan Riska sama kamu, kamu udah iket Riska dengan cincin ini, kamu lupa yoh?” Riska menunjukkan cincinnya.

“Maafin Riska yoh, Riska pikir Riska yang disakitin sama kamu, tapi sekarang Riska sadar Riska udah nyakitin kamu. Maaf banget yoh. Riska bingung, Riska pengen mati yoh!” Riska terisak sambil menundukkan wajahnya.

“Riska, kalo kamu beneran sayang sama aku, kamu harus janji gak boleh ngelakuin hal yang konyol. Kamu masih punya masa depan Ris” aku mengangkat dagu Riska, kemudian aku tersenyum.

“Riska pengin masa depan Riska sama kamu yoh” Riska berkata lirih, wajahnya sudah basah dengan air mata.

“Enggak Ris, ada orang yang lebih baik yang udah disiapin Tuhan buat nemenin kamu” Aku menggeleng sambil tersenyum.

“Riska udah gak bisa perbaikin ini semua ya? Yohan gamau ngasih Riska kesempatan memperbaiki diri? Riska sayang banget sama Yohan” Riska terlihat sangat berharap.

“Aku bisa kasih Riska kesempatan memperbaikin diri, tapi itu untuk seseorang yang Tuhan siapin buat masa depan Riska. Kalo emang aku orang yang disiapin Tuhan itu, aku pasti seneng banget, tapi buat sekarang aku rasa itu bukan aku” jawabku

“Riska sayang banget sama Yohan” Riska masih terus menangis.

“Makasih Ris” Jawabku pendek. Kurasakan Riska menggenggam tanganku erat.

“Aku boleh ngasih saran gak Ris?” tanyaku

“Saran apa, iya Riska bolehin kok?” jawab Riska

“Aku pengin Riska harus bisa kembali ceria ya, Riska jangan murung terus nanti jadi jelek. Kalo jelek nanti orang yang disiapin Tuhan gak mau sama Riska gimana? Heheheh?” aku terkekeh, Riskapun terlihat mulai tersenyum sekarang.

“Nanti kalo Riska udah ketemu orang itu, Riska jangan suka maksa-maksa dia buat nganterin belanja, jangan suka minta gendong sama dia soalnya badan Riska berat tau.

Riska sering-sering pijitin dia ya kalo misalnya dia lagi capek, Riska juga harus sering masakin dia, soalnya masakan Riska tu enak banget tau. Dan, riska jangan ngerokok di depan dia, karena cowok baik-baik gak suka cewek yang ngerokok. Oh iya, Riska jangan pura-pura gak bisa nyetir mobil, kasian nanti dia kecapean nyetir eh Riskanya malah enak-enakan tidur. Aku berkata dengan semangat dan tersenyum, tapi tak terasa air mataku juga mengalir gak terbendung.

“Yohan baik, maafin Riska yoh” Riska meremas tanganku erat, ingin sekali aku peluk dia, tapi apa daya, aku udah gak punya hak sekarang.

Saat aku melihat matanya, aku jadi teringat lirik lagu GnR November Rain yang liriknya ‘When i look into your eye, i can see a love restrained. Darling when i hold you, dont you know i feel the same?’.

“Yaudah aku balik ya, eh ini ada sesuatu” aku mengeluarkan sesuatu dari tasku.

“ini aku kemarin nemuin Andi n Rudi, Rani juga. Ini disini ada Rekaman video yang mungkin bisa jadi bahan pemerasan buat kamu. Aku pastiin mereka udah gak punya lagi video ini. Kalo mereka ngancemin kamu, kamu hubungin aja nomer ini, temenku ini bakal bantu beresinnya” Aku mengeluarkan 2 buah HP dan sebuah kaset handycam, kemudian aku menuliskan sebuah nomer dan menyerahkannya ke Riska. Riska hanya terdiam saat itu.

“Yaudah aku balik dulu ya, kamu bawa kendaraan gak?” tanyaku

“Gak apa aku nanti naik taksi aja”Jawab Riska sambil mencoba tersenyum.

“Yaudah ayo balik bareng aja, itung-itung tanda terima kasih soalnya udah kamu traktir” Aku sedikit memaksa. Akhirnya diapun menurut.

Selama perjalanan kami terhanyut dalam pemikiran kami masing-masing, dalam perjalanan itu Riska memutar lagu ‘Tak akan ada cinta yang lain’ dari dewa, dia putar kencang-kencang karena mobilku ini memang audio mobilku lumayan bagus. Aku melirik ke arah dia, pandangan Riska lurus kedepan tapi kulihat dia masih meneteskan air matanya.

“Jadi udah cukup ya? Dua tahun kebersamaan kita berakhir malam ini?” Tanya Riska saat mobilku sudah berhenti di depan kosnya. Aku gak jawab.

“Maaf yoh, tapi Riska belum terima!” Riska berteriak kemudian mebuka pintu mobilku. Tapi dengan sigap aku raih tangan kanan dia dan kutarik ke pelukanku. Aku mencium keningnya.

“Riska harus janji gak bakal ngelakuin hal yang konyol, kalo Riska memang sayang sama aku, Riska harus tepatin janji riska dan ikutin saran aku yah” Ucapku sambil memeluk tubuhnya. Kulihat Riska mengangguk.

Kemudian aku angkat dagu Riska, aku cium bibirnya. Ini benar-benar ciuman yang sangat mesra, gak ada nafsu yang aku rasakan. Aku menciumnya dengan sepenuh hati, aku merasakan kasih sayang kami berdua sekarang disalurka melalui bibir kami masing-masing. Kata yang gak pernah bisa terucap akhirnya dapat dimengerti oleh bibir kami masing-masing.

“Riska pengen perbaikin semuanya demi kamu Yoh, tapi Riska rasa udah gak punya waktu” Ucap Riska sendu.

“Enggak perlu Ris, biar aku aja yang memperbaikinya. Kalo Riska mau perbaiki diri, Riska punya banyak waktu kok buat persiapin diri buat orang yang disiapin Tuhan. Jangan lakuin kesalahan yang sama lagi ya Ris, aku percaya kamu kok. Ucapku sambil kembali mencium keningnya.

“Iya yoh Riska janji, yaudah Yoh, Terima kasih buat semuanya ya, sayang” Riska tersenyum kemudian membuka pintu mobilku. Akupun membalas senyumnya.

“Gak mau mampir ke dalem yoh?” tawar Riska saat hendak turun dari mobil.

“Gak usah, nanti jadi khilaf lagi hahaha” jawabku sambil tertawa.

Kulihat Riska juga ikut tertawa, lega sekali akhirnya bisa lihat lagi tawa dia yang sangat lepas. Setelah itu Riska pamit masuk ke kamarnya, akupun mulai melajukan mobilku. Aku melirik ke spion, kulihat Riska gak langsung masuk melainkan dia berdiri di depan pagar dan memperhatikan mobilku yang mulai menjauh.




Ah, Riska Artetsya Nugroho. Gadis cantik yang berkulit putih mulus, hidung mancung dan rambut agak sedikit berombak. Bibirnya yang tebal dan diolesi lipstick berwarna merah tebal. Dengan wajah riang sedang bercanda dengan teman-temanya di sebuah restoran siap saji.

Aku terus memperhatikan dia dan ternyata diapun melirik kearahku, aku yang malupun kemudian menolehkan pandanganku ke arah lain. Kulihat gadis itu sedang berjalan ke arah wastafel, aku yang sudah kepalang tanggung ketahuan meliriknya pun nekat mengikutinya ke wastafel.

Disitulah awal mula perkenalanku dengan riska, ternyata Riska saat itu masih mahasiswa baru di salah satu universitas bonafite di kota ini. artseks.com

Karena masih baru dikota ini maka ada kesempatanku buat kenalan sama dia, beberapa hari dari perkenalanku itu aku dapat BBM dari Riska yang menanyakan alamat toko buku. Akupun menawarkan dia untuk mengantarnya dan setelah berbelanja buku kamipun makan bareng. Itulah awal perkenalanku dengan Riska.

2 minggu setelah pertemuan pertamaku itu aku beranikan diri menyatakan cintaku ke dia, di sebuah cafe yang sangat romantis untuk menyatakan cinta. Disitu dia sempat menolakku tapi begitu dia lihat aku sudah seperti putus asa akhirnya dia merubah keputusannya. Kami jadian saat itu.

3 bulan setelah jadian, aku ajak Riska ke kosku untuk sekedar main-main dan bersantai ria di kosku. Dia sangat terkejut karena dia melihat kamarku yang sangat berantakan, dia bilang kamarnya gak serapi penampilan orangnya, akhirnya dia membersihkan kamarku dan membereskannya.

Setelah itu Riska menyalakan laptopku diatas ranjang dan mulai memainkan game the sims. Game yang memang menurutku game asyik buat cewek, akupun lupa entah mengapa aku sampai menginstall game tersebut dilaptopku.

Riska saat itu mengenakan kaos santai untuk menutupi bagian atas tubuhnya dan mengenakan celana bahan untuk bawahannya. Melihat Riska sedang asyik memainkan game itu, akupun naik ke ranjang dan kemudian memeluknya dari belakang. Aku mengecup tengkuknya dan menciumi lehernya. Kemudian kulihat game itu di pause oleh Riska dan dia menolehkan kepalanya sehingga bibir kamipun bertemu.

Aku kecup kecup tipis bibir dia dan kulihat mulutnya agak terbuka, seperti mamancing lidahku untuk menerobosnya, akupun langsung menyeruakan lidahku kedalam mulut Riska dan kemudian lidahku menari-nari didalam mulutnya, aku merasakan lidahku pun seperti ada yang melawan tarian lidahku, oh Riska memainkan lidahnya juga untuk melawan tarian lidahku.

Kami melakukan frenchkiss yang cukup lama hingga saat mulut kami saling lepas, dapat terlihat benang ludah kami yang membentang antara bibirkua dan bibir Riska. Aku lihat Riska tersenyum sayu kemudian aku mulai mengecup hidung mancungnya, kemudian aku kecup kedua matanya dan keningnya, aku turun dan mulai mengecup pipinya dan kemudian aku mulai menyerang lehernya dan kulanjutkan membuka bajunya.

Kami memang sempat beberapa kali melakukan petting sebelumnya. Aku mulai menjilati payudara Riska dan gerakanku semakin lama semakin mendekati puting susunya,tapi aku tidak langsung menyerang putingnya melainkan memutar-mutarkan lidahku disekitar aerolanya, Riska terlihat semakin kelonjotan aku perlakukan begitu.

Hingga akhirnya lidahku menyentuh putingnya hingga terdengar suara desisan dari mulut Riska ‘eesssst ahhh” hanya itu yang kudengar dari mulutnya, aku kemudian mulai menghisap puting itu sambil menggigit-gigit kecil puting tersebut, dan lagi lagi terdengar suara desisan dari mulut Riska. Tanganku juga tak kubiarkan menganggur karena sekarang tanganku sudah berusaha melepaskan celana Riska dan setelah itu terlepas akupun melepas celanaku.

Riska sekarang sudah telanjang bulat dan celanakupun sudah terlepas, tapi aku tidak membuka bajuku. Aku memegang tangan Riska kemudian aku mengarahkannya ke penisku yang sudah menegak, kemudian tangan Riska mulai mengelus penisku dan lama-lama elusan itu menjadi kocokan yang membuatku merasa agak linu.

Saat itu Riska belum mau mengoral penisku karena dia masih merasa jijik. Tangankupun tidak tinggal diam dan tanganku mulai mengelus permukaan vagina Riska dan memainkan klitoris dia. Lagi lagi terdengar suara desisan dari mulut Riska.

“Sayang, aku gak tahan ni. Aku gesek-gesekin disini ya” Ucapku sambil menempelkan penisku di permukaan vagina Riska, kulihat Riska hanya terdiam.

Akupun mulai menggesek-gesekan penisku di permukaan vagina Riska, mulai dari gerakan naik turun, kiri-kanan dan juga memutar-mutarkan penisku di permukaan vagina Riska, aku mendengar Riska mendesah “oouhhh eeghhhh uhhh” tidak karuan. Karena gak tahan akupun menempatkan penisku di lubang vagina dia.

Kemudian aku memandang Riska dengan pandangan yang seolah meminta. Kulihat Riska dengan pandangan sayu dia tersenyum kemudian mengangguk, kemudian dia memejamkan matanya.

“uuhhh eessttt, pelanh sayangh, sakit banget uhh” Riska memintaku pelan karena dia merasa kesakitan. Aku melihat dia meremas kuat spreiku yang tadi baru saja dibereskannya.

“uuhh enak banget, aku mulai goyang ya sayang’ kataku, dan Riskapun kembali mengangguk sambil tetap terpejam dan menggigit bibir bawahnya.

Akupun mulai menggoyangkan badanku, kami melakukannya di posisi itu hingga aku berejakulasi diperutnya.

“Makasih ya sayang udah ijinin aku jadi yang pertama” Aku mengecup kening dia, dia terlihat seperti menangis karena disela matanya yang terpejam aku melihat butiran air mata.

“Iya sayang, aku percaya kamu kok. Janji ya gak bakal ninggalin Riska” Riska berkata sambil membuka matanya, kemudian kami saling berpelukan.

“Ihhh sayang nakal, gara-gara kamu kasurnya jadi berantakan lagi deh, kan Riska capek beresinnya’ Ucap Riska sambil mencubit perutku.

“Aw, kan kamu yang berantakin tadi, kok aku yang disalahin sih?” ucapku protes karena perutku dicubit. Tapi kemudian kami saling tertawa dan kembali berpelukan.

Itulah saat dimana pertama kali aku bersetubuh dengan Riska, gadis yang sangat cantik dengan kulit putih mulus, kaki jenjang dan payudara yang sangat montok, belum lagi bibirnya yang tebal seksi menggoda dan hidungnya yang mancung.

Saat itu aku merasa sangat beruntung sekali mendapatkan cintanya Tapi sekaramg aku harus rela melepaskannya, semoga ada orang baik yang seberuntung aku bisa mendapatkan cinta dari Riska. Aku berharap orang itu harus jauh lebih baik daripada aku.

Semua tentang kenangan aku dan dia, semua sifat manjanya, semua tentang kebawelannya, semua tentang kebaikannya. Semua semua semua, Riska tetap yang yang terbaik yang pernah aku miliki, the best that i ever had.

Terlepas dari semua kesalahannya, aku tau Riska bukan manusia sempurna dan aku hanya bisa berharap dia menemukan sosok penggantiku yang jauh lebih baik dari aku. Ah, rasanya dada ini jadi sesak kalo teringat tentang Riska. Semoga kamu sekarang sudah menemukan orang yang disiapin Tuhan untukmu ya, Sayang
The END / TAMAT
Cerita Dewasa Perubahan Pacarku Cerita Dewasa Perubahan Pacarku Reviewed by Anonymous on 5/26/2016 Rating: 5

6 comments:

  1. Kisah nya boleh jg.. w jg pernah rasain seperti itu mnjadi yo. Tp skrng riska dah nikah dan hidup bahagia bersama pilihan barunya

    ReplyDelete
  2. terima kasih :) semoga terhibur ya.

    ReplyDelete
  3. cerita panjang dan seru,

    ReplyDelete
  4. Cerita mu hampir sama dengan pengalaman yang peenah aku alami.Terlepas apakah itu cerita fiksi atau nyata,yang pasti ceeitamu telah membawa ku kembali mengingat masa lalu ku.
    TERIMAKASIH atas cerita mu yang bagus.Ceritanya sungguh bermana,terlepas dari unsur Sex didalamnya,ceritamu punya kesan yang pas buat ku.semoga sukses selalu.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.